Tips Cegah Gangguan Pencernaan pada Anak

Pernahkah Ibu mengalami dua hal ini? Sedang asyik bermain, tiba-tiba si Kecil mengeluh sakit perut karena tidak bisa buang air besar. At...

Ditulis oleh : Tim Penulis

4 min
05 Feb 2022


Pernahkah Ibu mengalami dua hal ini? Sedang asyik bermain, tiba-tiba si Kecil mengeluh sakit perut karena tidak bisa buang air besar. Atau sebaliknya, si Kecil bolak-balik ke toilet gara-gara diare sehingga tidak bisa bermain dan belajar dengan tenang. Gangguan pencernaan pada anak, seperti diare dan konstipasi (susah BAB), memang bisa mengganggu aktivitas si Kecil.  Bagaimana ya cara menghadapinya? 

Gangguan Pencernaan, “Musuh” Besar si Kecil 

Gangguan pencernaan pada anak seperti diare dan konstipasi mungkin terdengar sepele ya Bu. Tapi sebenarnya, dampaknya besar, Bu. Gara-gara diare, pertumbuhan si Kecil bisa terganggu, karena penyerapan nutrisinya tidak optimal. Belum lagi rasa mulas, kembung, dan perut melilit yang kerap menyertai diare. Tentu sangat mengganggu si Kecil dan membuat Ibu khawatir, ya?

Lalu, bagaimana dengan konstipasi? Menurut studi, konstipasi bisa menurunkan kualitas hidup si Kecil2. Selain aktivitasnya jadi terganggu karena sakit perut dan harus berlama-lama di toilet, si Kecil juga kesakitan saat BAB lantaran fesesnya yang keras. Alhasil, ia merasa trauma dan ketakutan tiap kali hendak BAB sehingga cenderung menahan BAB yang pada akhirnya justru akan membuat fesesnya semakin keras. Duh, nggak tega rasanya melihat si Kecil semakin kesakitan ya? 

Mencegah Gangguan Pencernaan pada Anak

Nah, apa ya yang bisa Ibu lakukan untuk mencegah gangguan pencernaan pada anak? Sebenarnya, solusinya sederhana, kok, Bu. Salah satunya adalah dengan memberi si Kecil asupan makanan dan minuman yang bersih, sehat, dan bernutrisi. Tips berikut ini bisa Ibu lakukan. Simak, yuk!

Baca Juga: 7 Cara Mengobati Diare pada Anak

Jaga Kebersihan dan Sanitasi 

Diare bisa disebabkan oleh virus, bakteri, ataupun parasit1. Nah, mikroba-mikroba patogen ini bisa masuk dan menginfeksi saluran cerna si Kecil lewat makanan atau minuman yang terkontaminasi, atau melalui tangan yang kurang bersih1.

Untuk itu, menjaga kebersihan dan sanitasi memang harus diprioritaskan. Kebiasaan mencuci tangan yang sepertinya sangat sepele, ternyata besar sekali perannya1. Ibu pasti sudah terbiasa mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum dan sesudah memasak, serta sebelum menyiapkan dan memberi makan si Kecil. Juga tentunya, setelah dari toilet, atau mengganti popok si Kecil.

Baca Juga: 8 Makanan untuk Diare yang Perlu Ibu Ketahui

Bila ada babysitter atau anggota keluarga lain yang membantu, Ibu bisa mengajari mereka untuk melakukan hal yang sama, ya. Dan pastinya, ajarkan juga si Kecil untuk selalu mencuci tangan agar ia terbiasa melakukannya.

Pastikan Makanan si Kecil Bersih dan Aman

Kuncinya adalah memilih bahan makanan segar dan berkualitas prima, serta dicuci bersih sebelum diolah. Masaklah makanan untuk si Kecil sampai matang, untuk mematikan kuman berbahaya yang mungkin ada di dalam makanan. Selain itu, jangan lupa untuk memastikan peralatan masak dan peralatan makan si Kecil bersih sebelum digunakan agar tidak terjadi kontaminasi silang. Kita tak boleh lengah menghadapi musuh yang tak kasat mata ini ya, Bu.

Baca Juga: Tanda-tanda Si Kecil Mengalami Gangguan Saluran Pencernaan

Cukupi Kebutuhan Serat 

Serat sangat penting bagi kesehatan pencernaan si Kecil, baik untuk mencegah konstipasi, maupun diare. Serat sebenarnya merupakan karbohidrat, tapi tidak bisa dicerna langsung oleh tubuh kita. Lantas, apa manfaatnya, dong? Ternyata, bisa menjadi makanan bagi kuman baik yang ada di sistem cerna sehingga terciptalah keseimbangan dalam sistem pencernaan tubuh. Tahukah ibu bahwa 70% sel imun ada di pencernaan? Oleh karena itu sangat penting untuk menjaga keseimbangan & kesehatan saluran cerna.

Kuman baik yang ada di usus memakan serat dan menghasilkan asam lemak rantai pendek yang menjadi sumber energi bagi sel-sel usus besar, untuk memperkuat pertahanan usus3. Asam lemak rantai pendek juga memelihara pH usus besar tetap rendah, sehingga bisa mencegah terjadinya infeksi yang disebabkan oleh bakteri jahat, seperti C. difficile yang bisa menyebabkan diare berat3.

Di sisi lain, serat mencegah konstipasi karena akan merangsang gerakan peristaltik usus, melembutkan feses dengan menyerap air ke dalam feses, serta merangsang rasa mulas4. Semua ini akan membuat BAB si Kecil jadi rutin, dan fesesnya tidak keras.

Berapa banyak serat ya yang dibutuhkan si Kecil? Di usia 1-3 tahun, anak membutuhkan 19 gram serat5. Cukup banyak ya, Bu. Kebutuhan serat ini bisa didapat antara lain dari buah-buahan, sayur, serta biji-bijian dan kacang-kacangan.

Ibu juga dapat melengkapi kebutuhan serat si Kecil dengan  Bebelac Gold yang merupakan satu-satunya susu tinggi serat, dengan mengkonsumsi Bebelac Gold 3 gelas sehari dapat mencukupi kebutuhan serat harian anak hinggal 50%. Apalagi, Bebelac Gold juga dilengkapi dengan berbagai nutrisi penting, seperti minyak ikan, 13 vitamin, dan 7 mineral. Asyiknya lagi, susu pertumbuhan untuk anak usia 1 tahun ke atas ini bisa diolah jadi aneka hidangan lezat lho, Bu. Coba yuk!

Perhatikan Asupan Cairan 

Nah, asupan cairan juga tak kalah penting, Bu. Pastikan si Kecil selalu cukup minum setiap hari ya, Bu. Sebagai patokan, anak dengan berat badan (BB) 1-10 kg butuh 100 ml air per kg BB, dan untuk anak dengan BB 11-20 kg, kebutuhan airnya yakni 1000 ml ditambah 50 ml/kg untuk tiap kg di atas 10 kg. Jadi semisal si Kecil yang berusia 2 tahun bobotnya 12 kg, maka kebutuhan airnya: 1000 ml + (2x50ml) = 1100 ml.

Agar si Kecil terhindar dari diare, pastikan bahwa air yang diminumnya bersih dan matang ya, Bu. Pastikan juga bahwa tempat air, dan gelas atau tumbler juga bersih1.

Demikian tips yang bisa ibu lakukan untuk mencegah gangguan pencernaan pada anak. Mencegah lebih baik daripada mengobati, kan, Bu? Yuk, kita jaga saluran cerna si Kecil agar ia tumbuh optimal!

Pilih Artikel Sesuai Kebutuhan Ibu


  1. Margaret Mokomane, et al. (2018). The global problem of childhood diarrhoeal diseases: emerging strategies in prevention and management. Diambil dari https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles /PMC5761924/ [Diakses 21 April 2021]
     
  2. Shaman Rajindrajith, et al. (2016). Childhood constipation as an emerging public health problem. Diambil dari https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles /PMC4974585/ [Diakses 21 April 2021]
     
  3. Rui Zhao, et al. (2017). Effects of fiber and probiotics on diarrhea associated with enteral nutrition in gastric cancer patients. Diambil dari https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles /PMC5671874/ [Diakses 21 April 2021]
     
  4. Magdalena Gibas-Dorna, Jacek Piatek. (2014). Functional Constipation in Children – Evaluation and Management. Diambil dari https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles /PMC4178044/ [Diakses 7 Maret 2021]
     
  5. Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2019). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2019 tentang Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan Untuk Masyarakat Indonesia. Diambil dari: http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk _hukum/PMK_No__28_Th_2019_ttg _Angka_Kecukupan_Gizi_Yang_Dianjurkan _Untuk_Masyarakat_Indonesia.pdf [Diakses 28 April 2020]


Temukan Topik Lainnya

Artikel Terkait