5 Makanan yang Jadi Penyebab Alergi pada Anak

Sangat penting, lho, Bu, mengenali makanan apa saja yang berpotensi jadi penyebab alergi pada anak. Sebab, dalam proses mengenal berbaga...

Ditulis oleh : Tim Penulis

4 min
20 Jun 2022


Sangat penting, lho, Bu, mengenali makanan apa saja yang berpotensi jadi penyebab alergi pada anak. Sebab, dalam proses mengenal berbagai jenis makanan, ada kalanya si Kecil dihadapkan pada masalah alergi. Yuk, cari tahu makanan apa saja yang bisa memicu alergi pada anak, dan bagaimana cara menghindarinya!

Macam-Macam Penyebab Alergi Makanan

Alergi makanan adalah reaksi sistem kekebalan tubuh yang keliru menganggap suatu zat dalam makanan, seperti protein, adalah berbahaya bagi tubuh.  Akibatnya, tubuh memberikan reaksi berupa pelepasan histamin ke dalam darah dan menimbulkan gejala alergi. 

Gejala alergi makanan bisa meliputi mual dan muntah, gatal-gatal, pembengkakan di wajah atau bibir, sesak napas, gangguan pencernaan (sakit perut, diare), sampai anafilaksis.

Reaksi yang timbul dari alergi makanan seringkali ringan. Namun, pada beberapa kasus, alergi makanan bisa menimbulkan gejala berat. Oleh karena itu, penting untuk mengetahui penyebab alergi makanan agar Ibu bisa segera mewaspadai ciri-cirinya yang muncul pada anak.

Inilah lima jenis penyebab alergi makanan yang paling sering terjadi pada anak:

1. Telur

Penyebab alergi telur adalah reaksi berlebihan dari sistem imun anak yang salah mengenali protein dalam telur sebagai zat yang membahayakan. Seseorang bisa alergi pada bagian putih telur, bagian kuning telur, atau keduanya. Namun, anak-anak lebih sering memiliki alergi pada putih telur. 

Ciri ciri alergi telur pada anak adalah:

  • Ruam kemerahan pada kulit yang terasa gatal dan tampak bengkak.

  • Sesak napas yang disertai bunyi ngik.

  • Batuk-batuk atau wheezing cough alias suara mengi (suara bernada tinggi seperti siulan yang terdengar saat bernapas.)

  • Hidung tersumbat atau pilek dan bersin.

  • Mata gatal, berair, kemerahan.

  • Sakit atau kram perut.

  • Mual dan muntah.

  • Diare.

2. Seafood

Alergi makanan laut (seafood) adalah jenis alergi protein yang terdapat dalam beberapa jenis ikan (salmon, tuna, sarden, makarel, belut, dan cod), tiram dan kerang-kerangan, moluska (cumi, gurita, teripang), serta hewan bercangkang keras seperti udang, lobster, rajungan, dan kepiting.

Ada anak yang hanya alergi terhadap ikan tapi masih bisa makan kerang-kerangan, atau alergi terhadap kerang-kerangan tapi masih boleh makan ikan. Ada pula beberapa anak yang memang alergi terhadap keduanya.

Ini karena meski ikan dan kerang hidup di tempat yang sama, jenis protein yang terkandung di masing-masing jenisnya bisa berbeda satu sama lain.

udang adalah salah satu makanan penyebab alergi pada anak

Reaksi yang biasanya muncul jika anak alergi seafood, di antaranya:

  • Mengi (suara napas yang berbunyi seperti siulan).

  • Kesulitan bernapas.

  • Batuk.

  • Suara serak.

  • Tenggorokan seperti terasa menyempit.

  • Sakit perut.

  • Muntah.

  • Diare.

  • Mata gatal, berair, atau bengkak.

  • Gatal-gatal.

  • Bintik merah.

  • Pembengkakan pada beberapa bagian tubuh.

  • Penurunan tekanan darah yang menyebabkan pusing.

Gejala alergi dapat terjadi dalam 2-3 jam setelah anak makan makanan yang berbahan seafood.

Baca Juga: 5 Cara Meningkatkan Daya Tubuh Anak yang Alergi

3. Kacang

Kacang-kacangan juga merupakan salah satu makanan penyebab alergi yang umum pada anak-anak. Jenis kacang-kacangan yang bisa menimbulkan alergi di antaranya kacang tanah, kacang mete, kenari, hingga almond.

Berbeda dari alergi makanan lainnya, alergi kacang umumnya tidak menunjukan gejala seperti bersin-bersin atau pilek. Anak yang mengalami alergi kacang seringkali menunjukkan gejala sebagai berikut:

  • Sesak napas.

  • Batuk-batuk.

  • Mual dan muntah.

  • Ruam kulit.

Baca Juga: Mengenal Manfaat Susu Soya untuk Kesehatan Anak

4. Gandum

Gandum dikenal sebagai sumber karbohidrat kompleks yang baik, karena menghasilkan energi yang bertahan lebih lama di dalam tubuh. Gandum pun dapat diproses untuk membuat berbagai jenis makanan favorit si Kecil, mulai dari roti, kue, hingga pizza.

Namun, protein dalam gandum dapat memicu reaksi alergi pada beberapa anak. Anak yang alergi gandum bisa mengalami reaksi dari paparan berbagai jenis protein yang ada di dalam gandum, baik albumin, globulin, gliadin, maupun gluten.

Ciri-ciri alergi gandum meliputi:

  • Urtikaria atau biduran.

  • Asma.

  • Rhinitis alergi.

  • Sakit perut.

  • Muntah.

5. Susu sapi

Alergi susu terjadi ketika sistem imun tubuh anak beraksi abnormal terhadap protein yang ada di dalam susu sapi dan produk olahannya, seperti krim, keju, mentega (butter), es krim, dan yogurt. 

Susu dan produk susu juga bisa menjadi salah satu bahan untuk membuat makanan yang biasa kita makan sehari-hari, seperti cookies, cake, dan bahkan sampai kuah soto.

Jika si Kecil tidak cocok dengan susu sapi, Ibu juga perlu teliti membaca label makanan dan menghindari semua makanan yang mengandung whey, kasein, kaseinat, padatan susu tanpa lemak, laktoglobulin, protein susu sapi, nougat, dadih, natrium kaseinat, atau laktalbumin. 

Mungkin Ibu bertanya-tanya, apa sebenarnya gejala tidak cocok susu sapi? Pasalnya, ada anak yang mengeluh gatal-gatal, dan ada juga yang mengalami muntah dan diare setelah minum susu sapi. Tanda dan gejala tidak cocok susu sapi memang bisa berbeda-beda pada setiap anak, ya, Bu.

susu sapi adalah salah satu asupan yang bisa menyebabkan alergi pada anak

Namun secara umum, reaksi alergi terhadap susu sapi yang biasanya muncul adalah:

  • Mengi (suara napas yang berbunyi seperti siulan).

  • Kesulitan bernapas.

  • Batuk.

  • Suara serak.

  • Tenggorokan seperti terasa menyempit.

  • Sakit perut.

  • Muntah.

  • Diare.

  • Mata gatal, berair, atau bengkak.

  • Gatal-gatal.

  • Bintik merah.

  • Pembengkakan pada beberapa bagian tubuh.

  • Penurunan tekanan darah yang menyebabkan pusing.

Reaksi alergi bisa muncul cepat, umumnya 30 menit sampai 1 jam setelah si Kecil terpapar protein susu sapi. Tingkat keparahan reaksi alergi terhadap susu juga dapat bervariasi, Bu.

Oleh karena itu, reaksi yang dialami si Kecil dapat bereaksi berbeda pada kesempatan paparan yang berbeda. Artinya, mungkin di satu kesempatan reaksi yang dialami si Kecil ringan, tapi pada paparan berikutnya reaksi alergi si Kecil bisa lebih parah dan bahkan mengancam jiwa.

Baca Juga: Perbedaan Alergi Susu Sapi dengan Intoleransi Laktosa

Nah, kini Ibu sudah lebih tahu apa saja penyebab alergi makanan yang umum terjadi pada anak-anak. Meski sebagian besar alergi tak dapat disembuhkan, alergi dapat dikendalikan dengan menghindari alergen maupun faktor pencetusnya, ya, Bu. 

Sebagai contoh, jika Ibu curiga pencetusnya adalah protein dalam susu sapi, segera hentikan atau hindari memberi si Kecil minum susu sapi atau makanan yang diolah dengan susu sapi. Di sisi lain, susu merupakan salah satu sumber kalsium yang penting untuk anak. Si Kecil membutuhkan kalsium untuk menjaga kesehatan dan kekuatan tulang, gigi, serta sistem sarafnya.

Jadi, untuk bantu mendukung nutrisi si Kecil usia 1 tahun ke atas yang tidak cocok minum susu sapi, Ibu bisa berikan susu formula isolat protein soya seperti Bebelac Gold Soya yang satu-satunya tinggi serat mengandung nutrisi tepat..

Susu Bebelac Gold Soya adalah susu formula isolat protein soya yang bebas laktosa dengan keunggulan tinggi serat FOS Inulin untuk mendukung kesehatan saluran cerna si Kecil (happy tummy) dan kandungan Triple A (kombinasi AHA, DHA, dan ALA) yang lebih tinggi untuk bantu dukung daya pikir si Kecil (happy brain).

Bebelac Gold Soya 3 juga memiliki kandungan nutrisi lengkap dari minyak ikan, serta 13 vitamin dan 9 mineral, seperti zat besi, zinc, kalsium, kolin, dan taurin untuk mendukung pertumbuhan optimal agar si Kecil yang punya alergi susu sapi juga bisa tumbuh jadi anak hebat! 

Dengan dukungan nutrisi yang tepat untuk alerginya, anak akan semakin aktif dan bersemangat untuk bermain sambil belajar (happy heart). Tertarik mencoba? Yuk, daftarkan diri Ibu jadi member Bebeclub untuk menikmati promo dan penawaran menarik lainnya seputar Bebelac Gold Soya!

Pilih Artikel Sesuai Kebutuhan Ibu


  1. Ireska Afifa, Catherine Sambo, Bernie Medise. (2016). Pentingnya Memantau Pertumbuhan dan Perkembangan Anak (Bagian 1). Diambil dari https://www.idai.or.id [diakses 5 Februari 2022]
  2. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2020 TENTANG STANDAR ANTROPOMETRI ANAK. (2020). Diambil dari http://hukor.kemkes.go.id [diakses 5 Februari 2022]
  3. Krushnapriya Sahoo, dkk. (2015). Childhood Obesity: Causes and Consequences. Diambil dari https://www.ncbi.nlm.nih.gov [diakses 7 Februari 2022]
  4. Cut Nurul Hafifah. (2017). Anak Gemuk Lebih Berisiko Terkena Berbagai Penyakit. Diambil dari https://www.idai.or.id [diakses 7 Februari 2022]
  5. Gerakan Kesehatan Ibu dan Anak. (2018). Isi Piringku. Diambil dari https://gkia.org [diakses 7 Februari 2022]
  6. Height and weight chart from newborn to 8 years: Average child and baby weight by age. (2021). BabyCenter. https://www.babycenter.com/baby/baby-development/average-weight-and-growth-chart-for-babies-toddlers-and-beyo_10357633#what-factors-can-affect-my-childs-weight-and-height
  7. Miller, A. L., Lumeng, J. C., & LeBourgeois, M. K. (2015). Sleep patterns and obesity in childhood. Current Opinion in Endocrinology & Diabetes and Obesity, 22(1), 41–47. https://doi.org/10.1097/med.0000000000000125
  8. Silver, N. (2022, July 25). How to Increase Your Height: Is There Anything I Can Do? Healthline; Healthline Media. https://www.healthline.com/health/how-to-increase-height#how-to-increase-height
  9. Predicting a Child’s Adult Height. (2023). HealthyChildren.org. https://www.healthychildren.org/English/health-issues/conditions/Glands-Growth-Disorders/Pages/Predicting-a-Childs-Adult-Height.aspx
  10. Cegah Stunting dengan Perbaikan Pola Makan, Pola Asuh dan Sanitasi - Direktorat P2PTM. (2013). Direktorat P2PTM. https://p2ptm.kemkes.go.id/post/cegah-stunting-dengan-perbaikan-pola-makan-pola-asuh-dan-sanitasi
  11. Verywell. (2022). Find Out the Normal Growth Rate for Young Children. Verywell Family. https://www.verywellfamily.com/normal-growth-of-young-children-2632414#toc-why-tracking-is-important


Temukan Topik Lainnya

Artikel Terkait