8 Gangguan Pencernaan pada Anak yang Harus Ibu Ketahui

Kemampuan anak dalam mencerna makanan masih berkembang dan belum sempurna, sehingga si Kecil sangat rentan terhadap berbagai masalah pen...

Ditulis oleh : Tim Penulis

Ditinjau oleh : Dr. dr. Eva Jeumpa Soelaeman, Sp.A (K)

4 min
21 Nov 2024
Profile Dr. dr. Eva Jeumpa Soelaeman, Sp.A (K)
Tips Cegah Gangguan Pencernaan pada Anak-Bebeclub


Kemampuan anak dalam mencerna makanan masih berkembang dan belum sempurna, sehingga si Kecil sangat rentan terhadap berbagai masalah pencernaan. 

Gangguan pencernaan anak bisa terjadi kapan saja dan menghalangi aktivitas sehari-hari. Jika dibiarkan begitu saja tanpa penanganan yang tepat, masalah ini dapat memengaruhi tumbuh kembangnya, lho! 

Oleh karena itu, Ibu dan Ayah perlu tahu ragam gangguan pencernaan yang sering dialami anak dan cara mengatasinya. Yuk, simak penjelasan lengkapnya di sini!

Jenis Gangguan Pencernaan yang Umum Dialami Anak

Gangguan pencernaan adalah masalah kesehatan yang terjadi pada sistem dan organ pencernaan. Agar lebih jelas, berikut adalah beberapa gangguan pencernaan yang sering dialami oleh anak-anak: 

1. Diare 

Diare rentan terjadi pada anak karena kondisi ususnya masih lebih sensitif dibandingkan dengan orang dewasa. Alhasil, tidak semua jenis makanan dapat dicerna dengan baik oleh usus, ehingga mengganggu gerakan usus dan menyebabkan diare.

Gejala umum anak yang mengidap diare adalah perut kram, sakit perut, perut kembung, mual, demam, dehidrasi, dan selalu ingin buang air besar. Sementara itu, gejala yang lebih parah ditandai dengan munculnya ruam, demam, menangis ketika buang air, dan perdarahan.

Diare dapat terjadi selama beberapa hari dan akan menghilang dengan sendirinya. Selain itu, kondisi ini juga dapat diatasi dengan konsumsi obat-obatan.

Diare mungkin dapat terjadi dalam jangka pendek, yaitu hanya beberapa hari yang biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri. Namun, diare kronis dapat berlangsung lebih lama, Bu bahkan hingga lebih. dari empat minggu lamanya. 

Anak bisa mengalami diare kronis akibat kondisi sindrom iritasi usus atau pun penyakit kronis, seperti kolitis ulseratif atau penyakit celiac.

Sebagai langkah pertolongan pertama, Ibu bisa memberikan lebih banyak cairan, serta memberikan larutan gula dan garam (oralit) kepada si Kecil. Untuk makanannya, cobalah memberikan crackers, sereal, pasta, atau pisang.

Untuk memastikan penyakitnya tidak parah, jangan ragu membawa anak ke dokter. Ingat ya, Bu, jangan berikan obat apa pun tanpa rekomendasi dokter.

2. Radang Usus Buntu

Jika anak Ibu terlihat mengeluh sakit pada area kanan bawah perut, sebaiknya Ibu perlu waspada. Sebab, bisa jadi si Kecil mengalami apendisitis atau radang usus buntu. 

Apendisitis adalah kondisi darurat medis yang dapat menyebabkan rasa sakit perut secara tiba-tiba dan parah di bagian kanan bawah perut anak. 

Kondisi ini kerap disertai dengan gejala lain, seperti demam, mual, muntah, sulit buang angin, hilangnya nafsu makan anak, sembelit, dan diare. Orang tua harus segera membawa si Kecil ke rumah sakit bila menunjukkan gejala sakit perut ini.

Baca Juga: Gejala dan Penyebab Usus Buntu Pada Anak

3. Alergi Makanan

Alergi makanan adalah salah satu gangguan pencernaan anak yang juga sering terjadi. Alergi makanan merupakan respon tubuh terhadap jenis makanan tertentu. 

Saat hal tersebut terjadi, antibodi IgE bereaksi dengan makanan dan melepaskan histamin yang membuat anak merasakan gatal-gatal, asma, dan gatal di mulut. Gejala lainnya meliputi kesulitan bernapas, sakit perut, hingga muntah dan diare.

Apabila anak Ibu mengalami kondisi ini, Ibu harus benar-benar memperhatikan asupan makanan dan minumannya. 

Selain itu, Ibu juga mungkin perlu berkonsultasi dengan dokter untuk mengetahui tindakan yang harus dilakukan selanjutnya, obat yang harus digunakan, serta cara mengendalikan gejala alergi makanan yang mungkin terjadi.

4. Sembelit atau Konstipasi

Konstipasi atau sembelit pada anak adalah gangguan pencernaan anak yang terjadi ketika feses lambat bergerak di dalam saluran pencernaan. Beberapa ciri anak sembelit, yaitu:

  • Frekuensi buang air besar kurang dari tiga kali seminggu.
  • Ukuran feses atau kotoran yang dikeluarkan lebih keras dibandingkan biasanya.
  • Sakit perut atau mengejan berlebihan. 

Tak jarang, anak mengalami konstipasi karena kekurangan serat. Selanjutnya, anak yang cenderung kurang bergerak aktif, seperti lebih suka main gadget di tempat tidur selama berjam-jam. 

Kebiasaan ini membuat makanan yang dimakan si Kecil menjadi susah bergerak di dalam pencernaan.

Kemudian, perilaku anak yang suka menahan buang air besar juga menjadi penyebab anak susah BAB. Ini sering kali diawali dengan pengalaman buang air besar (BAB) yang buruk karena sakit. 

Anak-anak mungkin juga masih merasa takut untuk pergi ke toilet sendiri, atau bisa pula karena mereka lebih memilih asyik bermain. 

Beberapa anak mungkin sering menahan BAB karena merasa tidak nyaman kalau harus menggunakan toilet umum saat berada di luar rumah.

Untuk mengatasinya, Ibu bisa memenuhi asupan serat dan probiotik dalam menu makanannya sehari-hari. Di samping itu, pastikan ia banyak minum air putih, memperbanyak konsumsi serat, bergerak aktif, dan membiasakan si Kecil untuk tidak menahan BAB.

Sebaiknya Ibu juga upayakan agar suasana BAB nyaman untuk anak, misalnya dengan menyediakan pijakan kaki bila dudukan toilet terlalu tinggi bagi anak dan kaki anak masih menggantung (belum berpijak ke lantai)

Baca Juga: Kenali 5 Penyebab Konstipasi pada Anak yang Perlu Diwaspadai

5. Intoleransi Laktosa

Intoleransi laktosa adalah masalah pencernaan yang diakibatkan ketidakmampuan tubuh anak untuk mencerna kandungan laktosa di dalam susu secara optimal. 

Normalnya, laktosa akan dipecah menjadi glukosa dan galaktosa oleh enzim laktase. Keduanya ibarat potongan kecil-kecil laktosa yang mudah dicerna dan siap diedarkan ke pembuluh darah sebagai nutrisi penting untuk tumbuh kembang si Kecil.

Pada anak dengan intoleransi laktosa, kandungan laktosa tidak bisa dipecah sehingga menghambat penyerapan nutrisi. Gejala yang ditimbulkan bisa berupa diare, perut kembung, dan mual.

Perlu diketahui, Bu, hingga saat ini, belum ada pengobatan yang dapat menyembuhkan intoleransi laktosa. Kondisi ini hanya bisa dikendalikan melalui gejala dan faktor pemicunya, ySalah satu upaya yang bisa dilakukan adalah menghindari produk susu yang mengandung laktosa dan menggantinya dengan produk susu bebas laktosa. 

Baca Juga: Perbedaan Intoleransi Laktosa dan Alergi Susu Sapi

6. Perut Kembung

Perut kembung juga menjadi salah satu gangguan pencernaan yang umum dialami anak-anak. Penyebabnya beragam, Bu, tapi pemicu utamanya adalah karena perut anak yang terisi banyak udara.

Perut kembung bisa membuat si Kecil merasa tidak nyaman, bahkan rewel dan menangis terus-menerus tanpa alasan yang jelas. Tidak hanya itu, ciri-ciri perut kembung pada anak lainnya adalah sering bersendawa, sering buang angin, dan perut terasa keras.

Untuk mengatasi gangguan pencernaan pada anak jenis perut kembung, Ibu bisa bantu si Kecil bersendawa serta mengurangi konsumsi makanan yang dapat memicu perut bergas (seperti kembang kol, minuman bersoda, kubis). 

7. Irritable Bowel Syndrome (IBS)

IBS adalah penyakit pencernaan sensitif dengan gejala yang cukup berat. Umumnya, penyakit ini ditandai dengan gejala perut kembung, diare, sembelit, sering buang angin, mual, muntah, dan perut kram. 

Jika kondisi IBS belum terlalu parah, Ibu bisa mengendalikan gejala penyakit dengan menghindari makanan dan minuman apa yang memicu IBS, serta memperbanyak konsumsi serat dalam menu makanan si Kecil.

8. Alergi Susu Sapi

Alergi susu sapi merupakan salah satu jenis alergi makanan yang paling sering dialami oleh anak.

Alergi susu sapi atau alergi protein susu sapi adalah reaksi sistem imun yang berlebihan terhadap kandungan protein dalam susu sapi dan berbagai produk olahannya. 

Sistem imun anak mengira protein yang terdapat dalam susu adalah zat berbahaya sehingga tubuh melepaskan bahan kimia histamin untuk menyingkirkannya. Dalam prosesnya, histamin akan membuat tubuh memunculkan reaksi alergi.

Ciri-ciri alergi susu sapi bisa berbeda-beda pada tiap anak, Bu. Bahkan, waktu munculnya gejala juga berbeda-beda. 

Reaksi paling cepat bisa Ibu lihat dalam hitungan menit hingga dua jam setelah terpapar, sedangkan reaksi lambat bisa muncul minimal dalam 48 jam dan berlangsung hingga berhari-hari (1-2 minggu).

Kebanyakan ciri alergi susu sapi ditandai dengan adanya gangguan di saluran pencernaan, pernapasan, dan kulit. 

Misalnya, gatal-gatal pada kulit, gumoh, muntah, batuk terus-menerus, perut kembung, sakit perut, diare, hingga bengkak pada bagian tubuh tertentu, seperti wajah, area mata, bibir, lidah, dan tenggorokan. 

Jika Ibu curiga si Kecil mengalami gejala alergi susu sapi, sebaiknya Ibu segera konsultasi dengan dokter. Dokter mungkin akan melakukan tes darah dan uji tusuk kulit (skin prick test). 

Bila anak Ibu didiagnosis mengalami alergi susu sapi, Ibu perlu berkonsultasi dengan dokter anak atau ahli gizi untuk mengatasi alerginya.

Baca Juga: Tanda-Tanda Pencernaan Si Kecil Lancar dan Tidak Bermasalah

Ibu bisa juga cek langsung gejala masalah pencernaan pada anak di Bebe Journey, ya! Hasilnya bisa Ibu dapatkan langsung, lho, untuk dikonsultasikan lagi nanti dengan dokter anak atau Tim Bebecare yang hadir 24 jam untuk menjawab pertanyaan Ibu.

Pentingnya Asupan Nutrisi untuk Menjaga Kesehatan Pencernaan Anak

Setelah mengetahui macam-macam gangguan pencernaan anak, sekarang saatnya bagi Ibu untuk terus menjaga kesehatan pencernaan anak supaya kondisi ini dapat dicegah dan tidak terjadi lagi di kemudian hari.

Apalagi, ternyata kesehatan pencernaan anak sangat berhubungan dengan seberapa baik sistem imunnya bekerja melindungi si Kecil. Itulah mengapa anak yang sering sakit bisa menjadi salah satu tanda pencernaannya sedang tidak sehat, begitu pula sebaliknya.

Nah untuk membantu menjaga kesehatan saluran cerna untuk sistem imun tubuh anak, Ibu bisa memberikan Bebelac Gold tiga gelas sehari. 

Susu Bebelac Gold mengandung tinggi serat dari kombinasi 4 jenis serat (FOS, GOS, Inulin, dan pati jagung) serta tinggi kandungan Triple A (AHA, DHA, ALA) yang dapat membantu memenuhi kebutuhan gizi hariannya.

Omega-3 dan omega-6 dapat membantu memperkuat fungsi otak sehingga mendukung daya pikirnya, Bu. Sementara itu, kandungan vitamin dan mineral yang tepat dapat membantu menjaga fisik, termasuk meningkatkan kekebalan tubuh anak Ibu.

Baca Juga: Ragam Nutrisi Makanan untuk Jaga Pencernaan Si Kecil Tetap Sehat

Ibu pasti ingin, kan, si Kecil tumbuh menjadi anak yang sehat dan selalu ceria? Jadi, pastikan ia selalu mendapat asupan bernutrisi untuk mendukung kesehatan pencernaannya (happy tummy), ya!

Pastikan Ibu sudah bergabung bersama Bebeclub sebagai partner Ibu Hebat untuk nikmati berbagai fitur menarik dari Bebe Journey serta memantau tumbuh kembang dan kesehatan si Kecil!

Pilih Artikel Sesuai Kebutuhan Ibu


Temukan Topik Lainnya

  1. Pediatric Digestive Disorders. (n.d.). Retrieved from https://mainehealth.org/services/kids-health/pediatric-digestive-disorders

  2. Ikatan Dokter Anak Indonesia. https://www.idai.or.id/artikel/klinik/keluhan-anak/bedanya-%E2%80%98gumoh%E2%80%99-dan-muntah-pada-bayi. Diakses pada 20 Desember 2022. 

  3. Mayo Clinic. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/constipation-in-children/symptoms-causes/syc-20354242. Diakses pada 20 Desember 2022. 

  4. NHS. https://www.nhs.uk/conditions/lactose-intolerance/causes/. Diakses pada 20 Desember 2022. 

  5. Healthy Children. https://www.healthychildren.org/English/ages-stages/baby/feeding-nutrition/Pages/Why-Babies-Spit-Up.aspx. Diakses pada 20 Desember 2022. 

  6. What to Expect. https://www.whattoexpect.com/first-year/care/gassy-baby/. Diakses pada 20 Desember 2022. 

  7. About Kids' Health. https://www.aboutkidshealth.ca/Article?contentid=470&language=English. Diakses pada 20 Desember 2022. 

  8. Ho, J. M. D., & How, C. H. (2020). Chronic constipation in infants and children. Singapore medical journal, 61(2), 63–68. https://doi.org/10.11622/smedj.2020014

  9. Very Well. https://www.verywellfamily.com/breastfeeding-and-baby-poop-whats-normal-431718. Diakses pada 22 Desember 2022.

  10. Health Service Executives. https://www2.hse.ie/conditions/constipation-children/constipation-in-babies-0-to-6-months/. Diakses pada 22 Desember 2022.

  11. Mayo Clinic https://www.mayoclinic.org/healthy-lifestyle/infant-and-toddler-health/expert-answers/infant-constipation/faq-20058519. Diakses pada 22 Desember 2022.

  12. UpToDate. https://www.uptodate.com/contents/constipation-in-infants-and-children-beyond-the-basics/print. Diakses pada 22 Desember 2022.

  13. National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases. https://www.niddk.nih.gov/health-information/digestive-diseases/acid-reflux-ger-gerd-infants/symptoms-causes. Diakses pada 22 Desember 2022.

  14. NHS. https://www.nhs.uk/common-health-questions/childrens-health/what-should-i-do-if-i-think-my-baby-is-allergic-or-intolerant-to-cows-milk/. Diakses pada 22 Desember 2022. 

  15. Web MD. https://www.webmd.com/parenting/baby/milk-allergy-19/slideshow-cow-milk-allergy. Diakses pada 22 Desember 2022. 



Artikel Terkait