5 Penyebab Usus Buntu pada Anak dan Cara Pencegahannya
Usus buntu adalah kondisi peradangan pada usus buntu yang disebabkan oleh bakteri atau penyebab lainnya.
Ditulis oleh :
Tim Penulis

Penyebab usus buntu pada anak sering kali disebabkan oleh penyumbatan yang memicu peradangan. Jika tidak segera diatasi, kondisi ini bisa menjadi infeksi serius yang memerlukan tindakan medis.
Apa Itu Usus Buntu?
Usus buntu atau apendisitis adalah kondisi yang terjadi ketika usus buntu mengalami peradangan akibat penyumbatan, sehingga memicu rasa nyeri di sisi kanan bawah perut.
Penyumbatan ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor seperti lendir, tinja, parasit, atau bahkan perubahan posisi usus buntu itu sendiri.
Ketika usus buntu tersumbat, bakteri mulai berkembang biak dengan cepat dan menyebabkan usus buntu menjadi meradang dan membengkak.
Penyebab Usus Buntu pada Anak
Memahami penyebab usus buntu pada anak sangat penting agar Ibu dapat mencegah dan mengidentifikasi gejalanya sejak dini. Berikut beberapa penyebab utama usus buntu pada anak:
1. Infeksi Bakteri atau Virus
Infeksi pada saluran pencernaan akibat bakteri, virus, atau parasit merupakan penyebab usus buntu pada anak yang umum.
Ketika infeksi menyebar ke usus buntu, organ ini akan mengalami peradangan dan pembengkakan.
Infeksi parasit lebih berbahaya karena dapat menyumbat aliran cairan dalam usus buntu, sehingga meningkatkan risiko pecahnya organ ini.
2. Penyumbatan pada Usus Buntu
Salah satu penyebab usus buntu pada anak adalah penyumbatan pada lubang usus buntu yang disebabkan oleh pengerasan kotoran yang disebut fekalit.
Ketika anak mengalami sembelit, kotoran bergerak lebih lambat melalui saluran pencernaan yang bisa menyebabkan pengerasan dan penumpukan fekalit
Jika kotoran yang mengeras ini menyumbat pembukaan usus buntu, maka dapat menyebabkan peradangan dan infeksi.
3. Penyakit Radang Usus (IBD)
Anak-anak yang memiliki riwayat penyakit radang usus, seperti penyakit Crohn atau kolitis ulseratif berisiko lebih tinggi mengalami usus buntu.
Kondisi ini menyebabkan peradangan kronis di sistem pencernaan yang juga dapat memengaruhi usus buntu dan menyebabkan penyumbatan.
4. Pembengkakan Kelenjar Getah Bening
Kelenjar getah bening adalah kelenjar kecil berbentuk kacang yang menyaring bakteri, virus, dan zat asing lainnya dari tubuh.
Infeksi di saluran pencernaan atau di bagian tubuh lain dapat menyebabkan pembengkakan kelenjar getah bening di perut saat tubuh melawan infeksi.
Kelenjar getah bening yang membesar akan menekan usus buntu dan menyumbatnya. Kondisi ini berisiko menyebabkan peradangan dan berkembang menjadi usus buntu.
5. Cedera atau Trauma pada Perut
Meskipun jarang terjadi, cedera akibat jatuh, terbentur, atau kecelakaan juga bisa jadi penyebab usus buntu pada anak.
Dalam beberapa kasus, cedera ini menyebabkan kotoran anak terperangkap di usus buntu atau menyebabkan peradangan yang menyumbat pembukaan usus buntu.
Baca Juga: Penyebab Sakit Perut Anak Hilang Timbul dan Pengobatannya
Faktor Risiko Usus Buntu pada Anak
Selain penyebab usus buntu pada anak secara langsung, ada juga faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan anak mengalami usus buntu, antara lain:
1. Usia dan Perkembangan Anak
Meskipun semua orang berisiko mengalami radang usus buntu, penyakit ini lebih rentan dialami oleh kelompok usia 10 hingga 30 tahun.
Seiring dengan pertumbuhan anak, perubahan pada sistem pencernaan mereka dapat meningkatkan risiko terjadinya usus buntu.
2. Pola Makan yang Tidak Sehat
Bu, makanan yang dikonsumsi anak ternyata juga bisa menjadi faktor risiko usus buntu.
Pola makan rendah serat bisa meningkatkan risiko sembelit dan tinja yang keras sehingga berpotensi menyumbat usus buntu.
Sebaliknya, penelitian menunjukkan bahwa pola makan dengan banyak sayuran dan buah tinggi serat dapat membantu menurunkan risiko usus buntu pada anak.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Faktor genetik memainkan peran dalam meningkatkan kemungkinan terjadinya penyumbatan pada usus buntu.
Jika Ibu atau Ayah pernah mengalami usus buntu, maka anak memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami kondisi yang sama.
4. Kondisi Kesehatan Tertentu
Anak dengan kondisi kesehatan tertentu, seperti cystic fibrosis atau gangguan sistem kekebalan tubuh, mungkin lebih rentan mengalami usus buntu.
Kondisi ini dapat memengaruhi kesehatan saluran pencernaan dan meningkatkan risiko peradangan pada usus buntu.
5. Penggunaan Antibiotik
Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang mengonsumsi antibiotik dalam enam bulan pertama kehidupannya memiliki risiko lebih tinggi terkena usus buntu di kemudian hari.
Antibiotik dapat mengganggu keseimbangan bakteri dalam usus yang berpotensi memengaruhi kesehatan pencernaan secara keseluruhan, termasuk usus buntu.
Gejala Usus Buntu pada Anak yang Harus Diperhatikan
Radang usus buntu awalnya sering ditandai dengan demam ringan dan nyeri di sekitar pusar. Meskipun mirip gejala sakit perut biasa, Ibu perlu waspada jika disertai gejala berikut:
- Demam ringan.
- Perut yang membengkak.
- Kehilangan nafsu makan.
- Nyeri hebat yang hilang timbul di sekitar pusar atau kanan bawah perut, namun kemudian menjadi kuat dan menetap.
- Mual dan muntah.
- Diare.
Mengingat gejalanya yang mirip dengan penyakit lain, konsultasi dengan dokter sangat disarankan untuk mendapatkan diagnosis yang tepat.
Baca Juga: 6 Tanda Pencernaan Anak Sehat dan Normal
Pencegahan Usus Buntu pada Anak
Meski tidak ada cara pasti untuk mencegah radang usus buntu, Ibu bisa bantu menurunkan risiko radang usus buntu dengan cara-cara berikut:
1. Menerapkan Pola Makan Sehat dan Bergizi
Makanan berserat sangat penting bagi tubuh dalam proses pencernaan. Tanpa serat yang cukup, pencernaan menjadi terganggu dan dapat menyebabkan sembelit pada anak.
Sembelit yang parah berisiko tinggi menyebabkan penyumbatan pada saluran usus buntu yang dapat menyebabkan penyakit usus buntu.
Maka dari itu, Ibu perlu perbanyak sumber serat yang bisa didapat dari buah-buahan dan sayuran sebagai menu makan anak.
Baca Juga: Panduan Pola Makan Sehat untuk Anak
2. Membiasakan Minum 8 Gelas per Hari
Selain mengonsumsi makanan berserat, pencegahan usus buntu pada anak juga bisa dilakukan dengan minum air minimal 8 gelas sehari.
Kekurangan cairan dapat menyebabkan anak mengalami sembelit, bahkan jika asupan serat sudah terpenuhi.
Air dalam usus besar berperan menambah massa feses dan membuatnya lebih lunak, sehingga memudahkan proses metabolisme.
3. Pemantauan Kesehatan secara Rutin
Tak kalah pentinya, Ibu juga perlu memantau kesehatan si Kecil secara rutin untuk mendeteksi kemungkinan adanya gejala penyakit usus buntu sejak dini.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu perubahan pola buang air besar, nyeri perut yang sering muncul, atau demam tanpa sebab yang jelas.
Pengobatan Usus Buntu pada Anak
Pengobatan usus buntu pada anak umumnya dilakukan melalui operasi (apendektomi) dan antibiotik dalam beberapa kasus tertentu.
1. Pengobatan Usus Buntu dengan Operasi (Apendektomi)
Apendektomi adalah metode pengobatan utama untuk usus buntu. Prosedur ini dilakukan dengan cara mengangkat usus buntu yang terinfeksi melalui operasi.
Operasi ini dilakukan dengan teknik laparoskopi, di mana dokter hanya membuat tiga sayatan kecil di perut untuk mengangkat usus buntu menggunakan alat khusus.
Biasanya, anak yang menjalani apendektomi bisa pulang pada hari yang sama atau harus tinggal di rumah sakit selama beberapa hari tergantung kondisi mereka.
2. Pengobatan Usus Buntu dengan Antibiotik
Dalam beberapa tahun terakhir, pengobatan usus buntu dengan antibiotik mulai digunakan sebagai alternatif untuk kasus yang masih ringan.
Metode ini disebut pengobatan non-operatif, di mana anak diberikan antibiotik melalui infus di rumah sakit, kemudian melanjutkan pengobatan dengan antibiotik oral selama 7 hari di rumah.
Jika anak tidak membaik setelah mendapat antibiotik atau mengalami usus buntu berulang, maka tetap diperlukan tindakan operasi.
Butuh konsultasi lebih lanjut mengenai penyebab usus buntu pada anak atau masalah pencernaan lainnya? Hubungi tim ahli BebeCare yang siap merespon 24/7 tanpa buat janji. Gratis!
Jangan lupa gabung jadi member Bebeclub untuk dapatkan artikel parenting terbaru yang terverifikasi ahli!