11 Penyebab Bayi Muntah dan Cara Mengatasinya

Perut bayi masih kecil sehingga lebih mudah mengalami muntah. Muntah juga dapat dipicu oleh berbagai faktor, seperti infeksi pada sistem pencernaan bayi.

Ditulis oleh : Tim Penulis

4 min
08 Feb 2024


Penyebab bayi muntah bisa disebabkan oleh berbagai faktor.  Dengan memahami pemicu muntah, Ibu jadi bisa mengetahui langkah-langkah tepat untuk mengatasi muntah pada bayi.

Penyebab Bayi Muntah

Muntah adalah refleks mengeluarkan isi perut secara paksa lewat mulut. Pada kebanyakan kasus, muntah pada bayi dapat muncul sebagai gejala dari gangguan kesehatan tertentu.

Berikut adalah daftar penyebab muntah pada bayi yang harus Ibu dan Ayah ketahui:

1. Pilek dan Flu

Bayi sangat mudah tertular pilek dan flu dari orang sekitarnya. Di 12 bulan pertama usianya, bayi mungkin bisa mengalami pilek hingga tujuh kali.

Gejala pilek pada bayi bukan hanya hidung berair, tapi juga bisa muntah.

Hal ini mungkin terjadi bila ingus mengalir ke bagian belakang tenggorokan sehingga memicu batuk yang berlebihan bahkan hingga muntah.

2. Menyusu Terlalu Banyak

Menyusu terlalu banyak dan terlalu cepat adalah penyebab bayi muntah yang umum. Terutama pada bayi baru lahir. 

Kondisi ini juga disebut sebagai gumoh atau refluks gastroesofagus. Bayi gumoh banyak seperti muntah karena kekenyangan minum ASI.

Bayi sering gumoh karena otot cincin lambung perut atas bayi masih belum terlalu kuat menahan isi perut

Bayi juga muntah setelah minum ASI juga karena ia sendiri belum bisa mengendalikan seberapa kuat hisapannya ketika menyusu sehingga asupan susunya mungkin berlebihan.

 Hal ini menyebabkan cairan ASI mudah mengalir balik kembali naik ke kerongkongan ketika lambung terisi terlalu penuh. Perut si Kecil pun masih belajar cara mencerna ASI.

Meski terdengar mengkhawatirkan, seiring waktu cincin otot perut bayi akan menguat dan gumoh akan menghilang sendiri.

Baca Juga: 8 Cara Mencegah Gumoh pada Bayi

3. Batuk Berlebihan

Penyebab bayi muntah juga bisa disebabkan oleh batuk yang berlebihan.

Bayi belum bisa mengontrol batuknya sehingga seringkali memicu refleks muntah.  Biasanya, hal ini tidak perlu dikhawatirkan.

Muntah karena batuk umumnya terjadi pada bayi yang memiliki refluks atau sistem pencernaannya belum berkembang sempurna

Namun, waspada jika batuknya sembuh tapi muntahnya terus berlanjut. Waspada juga jika bayi batuk pilek disertai dengan gejala asma kambuh.

Batuk pilek yang disertai asma bisa menyebabkan bayi muntah jika banyak lendir mengalir ke perutnya dan menyebabkan mual.

4. Mabuk Perjalanan

Bayi yang berusia kurang dari 24 bulan lebih rentan mengalami mabuk darat ketika dibawa jalan-jalan menggunakan kendaraan seperti mobil, motor, atau bus. 

Mabuk perjalanan dapat menjadi penyebab bayi muntah karena merasa pusing dan mual, terutama jika si Kecil baru makan.

Bayi dapat mabuk darat karena mengalami perbedaan antara gerakan yang dirasakan oleh mata dan yang dirasakan oleh organ keseimbangan di telinga selama perjalanan. 

Tubuh merasakan pergerakan, sistem saraf telinga juga merasakan gerakan, tapi matanya tidak melihat badannya bergerak maju.

Konflik informasi ini dapat menyebabkan kebingungan pada otak, sehingga akhirnya mengaktifkan respon yang membuat si Kecil merasa mual.

Selain itu, bayi juga mungkin lebih rentan mabuk perjalanan karena perut kembung atau sembelit yang membuat perutnya menjadi tidak nyaman.

5. Kepanasan

Penyebab bayi muntah juga bisa karena mengalami kepanasan (overheating). Bayi bisa cepat mengalami overheating pada cuaca yang panas. 

Hal ini terjadi karena bayi belum mampu menghasilkan keringat yang dapat mendinginkan suhu panas. 

Bayi kepanasan atau overheating perlu Ibu waspadai dan kenali tanda-tandanya, karena dapat menjadi penyebab muntah dan dehidrasi pada bayi. 

6. Alergi Makanan

Penyebab bayi muntah lainnya adalah akibat alergi makanan. 

Alergi makanan muncul ketika sistem kekebalan tubuh bayi salah mengartikan protein dalam makanan dan minuman sebagai sebuah ancaman.

Kesalahpahaman ini membuat tubuh bayi melepaskan berbagai bahan kimia yang dapat menimbulkan reaksi alergi, seperti muntah, ruam kemerahan, hingga pembengkakan di sekitar wajah.

Sejumlah makanan yang berpotensi memicu reaksi alergi makanan pada bayi, di antaranya susu, telur, kacang-kacangan, dan seafood. 

7. Keracunan Makanan

Bayi dapat mengalami keracunan makanan saat mengonsumsi makanan atau minuman yang sudah terkontaminasi bakteri, entah itu Salmonella atau E.Coli

Kondisi ini umumnya terjadi pada bayi yang sudah mulai mengkonsumsi makanan padat. 

Ciri bayi yang mengalami keracunan makanan biasanya akan mengalami muntah menyembur. Ini adalah reflek tubuhnya untuk mengeluarkan zat berbahaya dari perut. 

8. Gastroenteritis

Bayi cenderung rentan terhadap virus karena sistem imunnya yang masih belum kuat.

Itu artinya, virus yang ada di sekitar bisa lebih mudah untuk menular pada mereka. Jika sudah begini, maka bayi akan lebih mudah untuk terserang gastroenteritis. 

Gastroenteritis sendiri merupakan gangguan sistem pencernaan yang disebabkan oleh infeksi virus, seperti Rotavirus dan Norovirus. 

Gangguan sistem pencernaan ini tidak hanya membuat bayi mengalami muntah, tapi juga menyebabkan diare akut yang mungkin berlangsung dalam hitungan hari.

Muntah disertai diare encer adalah penyebab dehidrasi yang paling umum pada bayi.

9. Minum ASI Basi

Jika ASIP tidak disimpan dengan cara yang benar, bakteri dapat tumbuh dan berkembang dalam ASI sehingga menjadi basi.

Minum ASI basi bisa jadi penyebab bayi muntah karena bakteri ini dapat menghasilkan senyawa-senyawa yang mengiritasi pencernaan bayi jika dikonsumsi. 

Kemungkinan besar akan mengalami diare dan muntah-muntah karena terinfeksi bakteri di dalamnya.

Baca Juga: Kenali Kesehatan Pencernaan Bayi dari Pola dan Frekuensi BAB

10. Stenosis Pilorus Bawaan

Stenosis pilorus bawaan adalah kelainan bawaan lahir yang membuat jalur dari lambung menuju ke usus menyempit. 

Penyempitan saluran lambung ke usus membuat makanan sulit bergerak melalui saluran tersebut, sehingga seringkali menyebabkan bayi mengalami muntah menyembur. 

11. Intususepsi

Intususepsi adalah kelainan usus yang jarang sekali terjadi, tapi bisa dialami oleh bayi, terutama yang berusia lebih dari tiga bulan.

Salah satu tanda utama dari kondisi ini adalah bayi muntah. Hal ini terjadi saat bagian usus yang rusak akibat virus “masuk” ke dalam bagian usus lain.

Selain muntah, gejala lain akibat intususepsi ini meliputi kelelahan, mual, serta adanya darah atau lendir pada feses.

Bagaimana Cara Mengatasi Muntah pada Bayi?

Mengatasi muntah pada bayi bisa dilakukan dengan beberapa langkah praktis. Apa yang harus dilakukan jika bayi muntah?

1. Susu Secukupnya

Alih-alih memberi ASI langsung sekali banyak, cobalah berikan makan secukupnya tapi lebih sering. Cara ini efektif untuk mengurangi frekuensi bayi gumoh banyak seperti muntah.

Jika muntah sekali, susui sebentar saja, setengah dari durasi rutinnya setiap 1-2 jam. Jika muntah lebih dari sekali, susui selama 5 menit setiap 30- 60 menit.

Setelah 4 jam tanpa muntah, kembali menyusui secara teratur.

Cara ini juga membantu mencegah dehidrasi pada bayi setelah muntah.

2. Rutin Sendawakan Bayi

Carilah tempat yang tenang saat akan menyusui bayi. Selain lebih nyaman, menyusui di tempat yang tenang juga membantu mengurangi frekuensi si kecil untuk muntah.

Membuat bayi bersendawa setelah menyusui dapat membantu mengurangi gas di perut yang menyebabkan muntah. 

Dudukan bayi di pangkuan, gunakan satu tangan untuk menopang badan bayi supaya tegak kemudian tepuk punggungnya perlahan untuk menyendawakannya.

3. Jangan Tengkurapkan Bayi

Tidur dapat membantu mengosongkan perut dan menghilangkan keinginan untuk muntah.

Tapi, hindari menidurkan bayi dalam kondisi tengkurap setelah muntah untuk mengurangi tekanan yang dapat membuatnya ingin muntah lagi.

Sebaliknya, selalu posisikan bayi tidur telentang. Cari tempat tenang agar si Kecil bisa lebih nyenyak beristirahat.

Segera hubungi dokter jika bayi muntah cairan bening lebih dari 8 jam atau masih terus muntah-muntah lebih dari 24 jam. Begitu pula jika ada darah atau empedu warna hijau pada muntahan.

Ibu juga bisa bertanya langsung kepada tim BebeCare seputar cara perawatan bayi dan tips menjaga kesehatan pencernaannya yang siap mendampingi Bunda kapan pun.

Semoga si Kecil cepat sembuh, ya!

 


 

Referensi:

  1. Pediatric gastroenteritis - statpearls - NCBI bookshelf. (n.d.). https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK499939/ 
  2. Vomiting (0-12 months). Seattle Children’s Hospital. (2022, December 30). https://www.seattlechildrens.org/conditions/a-z/vomiting-0-12-months/ 
  3. Mayo Foundation for Medical Education and Research. (2023, January 24). Infant reflux. Mayo Clinic. 
  4. Food allergies. NHS information. (1BC, November 30). https://www.nhsinform.scot/illnesses-and-conditions/nutritional/food-allergy/ 
  5. Vomiting in adults. NHS information. (1BCb, November 30). https://www.nhsinform.scot/illnesses-and-conditions/stomach-liver-and-gastrointestinal-tract/vomiting-in-adults/#:~:text=Vomiting%20is%20the%20 body%27s%20 way,that%20has%20 irritated%20the%20 gut 
  6. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/infant-acid-reflux/symptoms-causes/syc-20351408 
  7. Logan-Banks, P. (n.d.). Vomiting in babies: What’s normal and what’s not. BabyCenter. https://www.babycentre.co.uk/a536689/vomiting-in-babies-whats-normal-and-whats-not
  8. Iftikhar, N. (2019a, November 19). Baby vomiting no fever: Why this happens and what to do. Healthline. https://www.healthline.com/health/baby/baby-vomiting-no-fever 
  9. WebMD. (n.d.). Your baby: Spitting up and vomiting. WebMD. https://www.webmd.com/parenting/baby/spitting-up 


 
alt

Kenali apa itu

Kalkulator Nutrisi

Cek nutrisi si Kecil yuk! Sudah sesuaikah dengan kebutuhannya?

Artikel Terkait