11 Penyebab Bayi Muntah dan Cara Mengatasinya
Bayi muntah bisa karena menyusu terlalu banyak, alergi makanan, keracunan makanan, atau minum ASI basi. Ibu harus tahu pertolongan pertama yang tepat.
Ditulis oleh :
Tim Penulis
Penyebab bayi muntah ada banyak, tapi tidak semuanya menandakan kondisi kesehatan yang berbahaya. Jadi, Ibu perlu memahami seluk beluknya agar bisa memberikan pertolongan yang tepat.
Penyebab Bayi Muntah
Muntah adalah refleks mengeluarkan isi perut secara paksa lewat mulut. Berikut adalah faktor pemicu bayi muntah yang sebaiknya diketahui:
1. Pilek
Pada 12 bulan pertama usianya, bayi bisa mengalami pilek hingga tujuh kali. Gejala pilek pada bayi bukan hanya hidung berair, tapi juga bisa muntah.
Muntah karena pilek bisa saja terjadi bila ingus mengalir ke bagian belakang tenggorokan sehingga memicu batuk yang berlebihan bahkan hingga muntah.
2. Menyusu Terlalu Banyak
Bayi muntah setelah menyusu karena ia belum bisa mengendalikan seberapa kuat hisapannya sehingga jadi kekenyangan. Muntah setelah menyusu disebut juga dengan gumoh.
Gumoh adalah reaksi yang cukup normal terjadi setelah menyusu atau makan, karena ukuran lambung bayi masih kecil dan otot cincin penutupnya masih masih belum terlalu kuat menahan isi perut.
Hal ini menyebabkan cairan ASI mudah mengalir balik kembali naik ke kerongkongan ketika lambung terisi terlalu penuh.
3. Batuk Berlebihan
Penyebab bayi muntah juga bisa disebabkan oleh batuk berlebihan. Bayi belum bisa mengontrol batuknya sehingga seringkali memicu refleks muntah.
Biasanya, hal ini tidak perlu dikhawatirkan. Namun, waspada jika batuknya sembuh tapi muntahnya terus berlanjut. Waspada juga jika bayi batuk pilek disertai dengan gejala asma kambuh.
Baca Juga: 8 Penyebab Bayi Sering Muntah dan Cara Mengatasinya
4. Mabuk Perjalanan
Bayi yang berusia kurang dari 24 bulan lebih rentan mengalami mabuk perjalanan ketika dibawa naik kendaraan seperti mobil, motor, atau bus. Terutama jika si Kecil baru saja makan.
Mabuk perjalanan menjadi penyebab bayi muntah karena ada perbedaan antara gerakan yang dirasakan oleh mata dan yang dirasakan oleh organ keseimbangan di telinga selama perjalanan.
Selain itu, bayi juga mungkin lebih rentan mabuk perjalanan karena perut kembung atau sembelit yang membuat perutnya menjadi tidak nyaman.
5. Kepanasan
Penyebab bayi muntah juga bisa karena mengalami kepanasan (overheating). Bayi bisa cepat mengalami overheating pada cuaca yang panas.
Hal ini terjadi karena bayi belum mampu menghasilkan banyak keringat yang dapat mendinginkan suhu panas.
Bayi kepanasan atau overheating perlu Ibu waspadai dan kenali tanda-tandanya, karena dapat menjadi penyebab muntah dan dehidrasi pada bayi.
6. Keracunan Makanan
Bayi dapat mengalami keracunan saat mengonsumsi makanan atau minuman yang sudah terkontaminasi bakteri, entah itu Salmonella atau E.Coli.
Kondisi ini umumnya terjadi pada bayi yang sudah mulai mengonsumsi makanan padat.
Ciri bayi yang mengalami keracunan makanan biasanya akan mengalami muntah menyembur. Ini adalah reflek tubuhnya untuk mengeluarkan zat berbahaya dari perut.
7. Alergi Makanan
Penyebab bayi muntah lainnya adalah alergi makanan. Alergi muncul ketika sistem kekebalan tubuh bayi salah mengartikan protein dalam makanan atau minuman sebagai ancaman.
Kesalahpahaman ini membuat tubuh bayi melepaskan berbagai bahan kimia yang dapat menimbulkan reaksi alergi, seperti muntah, ruam kemerahan, hingga pembengkakan di sekitar wajah.
Sejumlah makanan yang berpotensi memicu reaksi alergi makanan pada bayi, di antaranya susu, telur, kacang-kacangan, dan seafood.
8. Gastroenteritis
Gastroenteritis merupakan infeksi diare berat yang disebabkan oleh infeksi virus, seperti Rotavirus dan Norovirus. Diare berat akibat gastroenteritis juga dapat menyebabkan bayi muntah.
Muntah disertai diare encer adalah penyebab dehidrasi yang paling umum pada bayi. Oleh karena itu, Ibu perlu memberikan asupan cairan yang lebih banyak dan waspada.
9. Minum ASI Basi
Jika ASIP tidak disimpan dengan cara yang benar, bakteri dapat tumbuh dan berkembang dalam ASI sehingga menjadi basi.
Minum ASI basi bisa jadi penyebab bayi muntah karena bakteri ini dapat menghasilkan senyawa-senyawa yang mengiritasi pencernaan bayi jika dikonsumsi.
Kemungkinan besar bayi akan mengalami diare dan muntah-muntah karena terinfeksi bakteri di dalamnya.
10. Stenosis Pilorus Bawaan
Stenosis pilorus bawaan adalah kelainan bawaan lahir yang membuat jalur dari lambung menuju ke usus menyempit.
Penyempitan saluran lambung ke usus membuat makanan sulit bergerak melalui saluran tersebut, sehingga seringkali menjadi penyebab bayi muntah menyembur.
11. Intususepsi
Intususepsi adalah kelainan usus yang jarang sekali terjadi, tapi bisa dialami oleh bayi, terutama yang berusia lebih dari tiga bulan.
Salah satu tanda utama dari kondisi ini adalah bayi muntah. Hal ini terjadi saat bagian usus yang rusak akibat virus “masuk” ke dalam bagian usus lain.
Selain muntah, gejala lain akibat intususepsi meliputi kelelahan, mual, serta adanya darah atau lendir pada feses.
Baca Juga: 10 Penyebab Muntah Kuning pada Bayi dan Cara Mengatasinya
Apa yang Harus Dilakukan Jika Bayi Muntah?
Mengatasi muntah pada bayi bisa dilakukan dengan beberapa langkah praktis. Berikut beberapa diantaranya:
1. Berikan ASI Secukupnya
Alih-alih memberi ASI langsung banyak dalam sekali menyusu, cobalah berikan makan secukupnya tapi lebih sering. Cara ini efektif untuk mengurangi frekuensi bayi gumoh banyak seperti muntah.
Jika muntah sekali, susui sebentar saja, yakni setengah dari durasi rutinnya setiap 1-2 jam. Jika muntah lebih dari sekali, susui selama 5 menit setiap 30- 60 menit.
Setelah 4 jam tanpa muntah, kembali menyusui secara teratur. Cara ini juga membantu mencegah dehidrasi pada bayi setelah muntah.
2. Rutin Sendawakan Bayi
Carilah tempat yang tenang saat akan menyusui bayi. Selain lebih nyaman, menyusui di tempat yang tenang juga membantu mengurangi frekuensi si kecil untuk gumoh seperti muntah.
Membuat bayi bersendawa setelah menyusui dapat membantu mengurangi gas di perut yang menyebabkan ASI kembali mengalir keluar.
Dudukan bayi di pangkuan, gunakan satu tangan untuk menopang badan bayi supaya tegak kemudian tepuk punggungnya perlahan untuk menyendawakannya.
3. Jangan Tengkurapkan Bayi
Tidur dapat membantu mengosongkan perut dan menghilangkan keinginan untuk muntah.
Tapi, hindari menidurkan bayi dalam kondisi tengkurap setelah muntah untuk mengurangi tekanan yang dapat membuatnya ingin muntah lagi.
4. Tidurkan Telentang atau Miring
American Academy of Pediatric menyarankan agar si Kecil ditidurkan dalam posisi telentang atau miring setelah muntah-muntah.
Hal ini penting untuk menghindari risiko muntahan terhirup bayi dan masuk ke saluran pernapasan bagian atas atau paru-paru.
5. Hentikan Pemberian MPASI
Ketika bayi muntah-muntah, Ibu sebaiknya menghentikan sementara pemberian MPASI. Ibu lebih disarankan untuk fokus memberikan asupan cairan dari ASI disertai oralit (jika perlu).
Hal ini penting untuk mencegah dehidrasi. Setelah si Kecil berhasil berhenti muntah selama 8 jam, Ibu boleh kembali memberikan MPASI sedikit demi sedikit.
Pilih makanan yang mudah dicerna dan memiliki cita rasa tawar agar tidak menimbulkan mual ya, Bu. Misalnya puree nasi putih, puree kentang, atau puree ubi.
6. Bantu si Kecil Tidur
Ibu direkomendasikan untuk membantu si Kecil agar bisa tidur setelah selesai muntah-muntah. Tidur selama beberapa waktu akan membantu mengosongkan perut si Kecil.
Jadi, ketika bangun si Kecil tidak merasa terlalu mual dan risiko muntah-muntahnya berkurang. Untuk bantu si Kecil tidur nyenyak, Ibu dapat mengatur kamar si Kecil agar terasa nyaman.
Contohnya dengan meredupkan lampu, menyalakan AC, menyalakan white noise, dan mematikan benda elektronik yang berisik.
Kapan Muntah pada Bayi Perlu Diwaspadai?
Ketika bayi muntah lebih dari 3 kali dalam sehari (24 jam), Ibu sebaiknya waspada dan segera membawanya ke dokter. Selain itu, ada beberapa tanda berbahaya lain yang perlu diwaspadai:
- Muntah cairan bening lebih dari 8 jam.
- Muntah-muntah berlangsung lebih dari 3 hari.
- Terlihat tanda-tanda dehidrasi (buang air kecil lebih sedikit dari biasanya, sulit untuk dibangunkan, pucat, tangan dan kaki dingin).
- Bayi di bawah usia 3 bulan demam lebih dari 38°C.
- Bayi di atas usia 3 bulan demam lebih dari 39°C.
- Lehernya terlihat kaku.
- Muncul ruam merah.
- Ada darah di dalam muntahan.
- Muntahan berwarna hijau karena tercampur cairan empedu.
- Muntahan bayi berwarna coklat.
Jika saat ini Ibu memiliki pertanyaan lebih lanjut mengenai penyebab bayi muntah maupun cara mengatasinya, Ibu bisa berkonsultasi secara langsung dengan tim BebeCare.
Tim Bebecare siap menjawab segala kekhawatiran Ibu kapan pun. Semoga si Kecil cepat sembuh, ya!