10 Penyebab Bayi Muntah Kuning dan Cara Mengatasinya
Penyebab bayi muntah kuning bisa karena refluks gastroesofogus, peradangan saluran cerna, dan masih banyak lagi. Waspada bila gejala mengarah pada masalah medis serius agar bisa memberi penanganan yang sesuai.
Ditulis oleh :
Tim Penulis
Ditinjau oleh :
Dr. dr. Eva Jeumpa Soelaeman, Sp.A (K)
Bayi muntah kuning bisa jadi tanda adanya gangguan di saluran cerna serius. Untuk lebih lengkapnya, cek 10 penyebab dan cara mengatasinya berikut.
Penyebab Bayi Muntah Kuning
1. Refluks Gastroesofagus
Refluks gastroesofagus (RGE), yaitu kembalinya isi lambung ke kerongkongan dan dapat terus keluar lewat mulut menjadi gumoh atau muntah.
Muntah kuning pada bayi bisa menunjukkan asam lambung, air liur, sekresi pankreas dan sekresi cairan empedu yang bercampur dengan ASI atau susu formula.
RGE terjadi jika bayi minum susu terlalu cepat, minum susu terlalu banyak, bayi tidak disendawakan atau langsung dibaringkan setelah minum susu.
2. Pemberian MPASI Dini
Dikarenakan saluran cerna bayi yang belum siap mencerna makanan padat, si Kecil berisiko mengalami gangguan pencernaan.
Antara lain gejalanya seperti bayi muntah, mencret, maupun sembelit/konstipasi.
Sebaiknya tunggu bayi 6 bulan, atau jika memberikan lebih awal sebaiknya harus dengan rekomendasi dokter.
3. Infeksi Saluran Cerna
Bayi muntah kuning juga dapat disebabkan karena adanya infeksi kuman/virus di saluran cerna, sebagian besar disebabkan Rotavirus, selebihnya disebabkan bakteri dan parasit.
Virus, bakteri, atau parasit tersebut dapat masuk melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi saat proses persiapan, pengolahan atau penyimpanan susu yang tidak tepat.
Baca Juga: 11 Penyebab Bayi Muntah dan Cara Mengatasinya
4. Keracunan Makanan
Bayi muntah berwarna kuning bisa terjadi juga karena keracunan makanan. Saat bayi muntah, sebagai respon tubuh untuk mengeluarkan zat beracun dari lambung.
Muntah yang disebabkan keracunan makanan dapat terjadi 1-8 jam setelah mengkonsumsi makanan pemicu keracunan. Gejala lainnya adalah perut kembung, diare, dan tubuh lemas.
5. Volvulus
Volvulus adalah kondisi saat lengkung usus berputar mengelilingi dirinya sendiri dan mesenterium, bagian dalam perut penghubung usus dengan dinding perut dalam yang menopangnya, menyebabkan penyumbatan usus.
Gejalanya meliputi perut kembung, nyeri, muntah, sembelit, dan tinja berdarah. Permulaan gejala mungkin terjadi secara perlahan atau tiba-tiba.
6. Intususepsi
Intususepsi adalah invaginasi satu segmen usus ke segmen usus yang berdekatan.
Gejalanya, bayi biasanya mengalami mual muntah, tinja bercampur darah dan lendir, teraba ‘massa berbentuk sosis’ di perut bagian kanan atas.
Bayi akan merasa nyeri perut hebat, rewel dan sering menangis yang terjadi intermiten (berselang atau berjeda). Bayi juga bisa tampak lesu karena rasa sakitnya semakin parah.
7. Atresia Usus
Atresia usus adalah kelainan bawaan yang dapat mempengaruhi bagian mana pun dari usus. Ini dikategorikan berdasarkan jenis sumbatan, apakah lengkap, berselaput, atau tersamar ganda.
Tanda dan gejala yang sering terjadi adalah perut buncit, intoleransi makan, kegagalan mengeluarkan mekonium dalam 24 jam pertama, dan muntah-muntah empedu.
8. Penyakit Hirschsprung (HD)
Penyakit Hirschsprung (HD) adalah kelainan bawaan yang ditandai dengan tidak adanya sel ganglion (GC) pada pleksus Meissner submukosa dan pleksus Auerbach muskularis pada rektum terminal.
Orang tua wajib mewaspadai gejala mencurigakan yang menandakan HD.
Termasuk keterlambatan keluarnya mekonium selama lebih dari 48 jam selama periode neonatal, sembelit, perut kembung, mual, muntah, dan diare.
9. Stenosis Pilorus
Stenosis pilorus juga dikenal sebagai stenosis pilorus hipertrofik infantil (IHPS) adalah kondisi yang ditandai dengan penebalan abnormal otot pilorus di lambung, yang menyebabkan penyumbatan lambung.
Pada usia 3 hingga 6 minggu, gejalanya bayi mengalami muntah ‘proyektil’, yang berpotensi menyebabkan dehidrasi dan syok hipovolemik.
10. Fistula Trakeoesofagus (TEFs)
Fistula trakeoesofagus (TEFs) adalah kondisi di mana terdapat hubungan abnormal antara esofagus dan trakea, yang mengarah ke paru-paru.
Bayi dengan fistula trakeoesofagus biasanya mengalami kesulitan makan, penolakan makan secara oral, GERD, tersedak, dan gangguan pernapasan akibat aspirasi, sesak, kulit menjadi biru, bahkan kematian.
Apakah Muntah Kuning Berbahaya?
Muntah bukanlah penyakit, melainkan sebuah gejala dari adanya masalah di saluran cerna. Dilihat dari penyebab-penyebab bayi muntah kuning di atas, Ibu bisa tahu bahwa tidak semua berbahaya, seperti gumoh.
Namun demikian, Ibu jangan pernah mengabaikan, apalagi jika disertai tanda dan gejala serius tertentu.
Gejala Bayi Muntah Kuning yang Berbahaya
Muntah kuning pada bayi bisa jadi berbahaya jika disertai gejala lain berikut:
- Muntah disertai darah
- Bayi rewel dan menangis terus
- Ubun-ubun bayi besar
- Kejang
- Nyeri perut hebat disertai sembelit dan diare
- Warna kulit berubah
- Laju pernapasan cepat
- Demam
- Buang air besar bercampur darah
- Muntah terus berlangsung hingga 12 jam.
Jika bayi muntah kuning disertai dengan tanda dan gejala serius, segeralah bawa ke dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.
Bahaya yang Mungkin Terjadi jika Bayi Muntah Kuning
Salah satu bahaya yang mungkin terjadi jika bayi mengalami muntah kuning, apalagi jika muntah terjadi secara terus menerus adalah dehidrasi.
Jika bayi muntah, usahakan agar bayi tetap mendapatkan asupan cairan. Berikan cairan sedikit demi sedikit namun sering.
Jika bayi tidak mau minum sama sekali, muntah setiap kali minum, atau terdapat tanda dehidrasi lainnya, segera bawa bayi ke dokter.
Baca Juga: Penyebab Bayi Muntah Menyembur dan Cara Mengatasinya
Cara Mengatasi Muntah Kuning pada Bayi
Penanganan awal muntah yang bisa dilakukan Ibu di antaranya:
- Cukupi cairannya dengan menyusui, hindari menunggu bayi sampai terlalu lapar.
- Selalu sendawakan ia setelah menyusu.
- Hindari menambahkan makanan lain selain ASI, tanpa rekomendasi dokter.
- Hindari menekan atau mengurut perut bayi.
Itulah yang perlu Ibu ketahui mengenai bayi muntah kuning dan cara mengatasinya.
Bila masih ada yang ingin ditanyakan, manfaatkanlah layanan Bebe Care untuk mendapatkan tips lain seputar masalah-masalah kesehatan yang dialami si Kecil.