Alergi Makanan pada Bayi: Gejala, Pemicu, & Cara Mengatasinya
Alergi makanan pada bayi menyebabkan sistem imunnya bereaksi berlebihan. Penting bagi Ibu memahami apa saja penyebab alergi makanan pada bayi.
Ditulis oleh :
Tim Penulis
Ditinjau oleh :
Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK, FRSPH
Diterbitkan: 02 September 2025
Diperbarui: 02 September 2025


Bila si Kecil sudah mulai MPASI, Ibu harus waspada terhadap pemicu alergi makanan pada bayi. Alergi makanan dapat membuat si Kecil muntah, sakit perut, bahkan sesak napas.
Apa Itu Alergi Makanan pada Bayi?
Alergi makanan pada bayi adalah reaksi sistem imun berlebihan yang muncul pada si Kecil ketika ia mengonsumsi makanan tertentu.
Saat makanan masuk, tubuh menganggap protein dalam makanan sebagai suatu zat berbahaya. Alhasil, tubuh memproduksi histamin dan menyebabkan munculnya reaksi alergi.
Reaksi alergi umumnya muncul begitu bayi terpapar makanan penyebab alergi. Namun, dapat juga muncul setelah beberapa kali pemberian makanan.
Intoleransi makanan berbeda dengan alergi karena hanya memengaruhi saluran cerna dan bukan reaksi sistem imun, sedangkan alergi adalah reaksi sistem imun yang dapat berdampak pada pada saluran pernapasan dan kulit.
Faktor Risiko Alergi pada Bayi
Terdapat beberapa faktor yang dapat membuat si Kecil lebih berisiko memiliki alergi, yaitu:
- Riwayat alergi dalam keluarga, risiko akan lebih besar jika kedua orang tua memiliki alergi.
- Paparan asap rokok selama hamil dan pada bayi.
- Paparan debu atau zat kimia lainnya.
- Memiliki alergi lain.
- Memiliki asma.
Baca Juga: Perbedaan Alergi Susu Sapi dan Intoleransi Laktosa pada Anak
Apa Gejala Alergi Makanan pada Bayi?
Gejala alergi makanan pada bayi dapat ringan atau berat (anafilaksis). Gejala biasanya muncul segera atau dalam beberapa jam setelah si Kecil mengonsumsi makanan penyebab alergi.
Dalam beberapa kasus, gejala mungkin tidak akan selalu muncul pada konsumsi pertama. Terkadang, perlu paparan alergen yang lebih banyak sampai menimbulkan reaksi alergi.
Bagaimana ciri-ciri bayi alergi makanan? Berikut uraiannya:
Gejala Ringan - Sedang
Gejala alergi makanan pada bayi yang ringan hingga sedang, antara lain:
- Kulit gatal-gatal
- Muncul ruam atau biduran pada bayi
- Bersin-bersin
- Hidung tersumbat atau berair
- Mengi
- Batuk
- Mata merah dan berair
- Muncul ruam
- Eksim yang memburuk
- Perut kembung
- Diare ringan atau sembelit
Ingin tahu apakah si Kecil berisiko mengalami alergi? Gunakan Allergy Checker sekarang untuk dapatkan analisis cepat dan rekomendasi yang sesuai dengan riwayat keluarga. Hanya butuh beberapa menit, dan hasilnya langsung tersedia. Gratis!
Gejala Berat (Anafilaksis)
Anafilaksis adalah reaksi alergi berat yang membutuhkan penanganan medis sesegera mungkin karena dapat membahayakan nyawa. Gejalanya:
- Sulit bernapas
- Tenggorokan membengkak
- Kesulitan menelan
- Wajah pucat
- Kehilangan kesadaran
- Detak jantung cepat
Anafilaksis umumnya diawali dengan gejala alergi ringan yang secara cepat memburuk. Jika Ibu melihat adanya tanda-tanda reaksi anafilaksis, segera bawa si Kecil ke IGD terdekat.
Baca Juga: 7 Cara Menghilangkan Bentol Merah pada Kulit Bayi
Makanan Pemicu Alergi Paling Umum
Ada beberapa jenis makanan yang umum jadi penyebab si Kecil alergi, seperti:
1. Telur (Ayam, Bebek, Telur Puyuh)
Alergi telur disebabkan oleh sistem imun tubuh yang keliru menganggap protein di dalam telur sebagai zat berbahaya. Alergi telur dapat terjadi karena putih telur, kuning telur, atau keduanya.
Umumnya, gejala muncul dalam hitungan menit hingga jam setelah si Kecil makan telur atau makanan yang mengandung telur.
2. Susu Sapi dan Produk Olahannya
Ciri-ciri alergi susu sapi dan waktu munculnya gejala bisa berbeda-beda pada tiap anak. Reaksi paling cepat bisa Ibu lihat dalam hitungan menit hingga 2 jam setelah paparan.
Sedangkan reaksi lambat bisa muncul minimal 48 jam dan berlangsung hingga berhari-hari (1-2 minggu). Bayi yang alergi susu sapi biasanya juga alergi protein susu domba dan kambing.
Itu sebabnya, dokter anak akan menyarankan MPASI yang terbuat dari protein susu sapi terhidrolisis atau menyarankan makanan dengan protein nabati, seperti kedelai.
3. Kacang-kacangan
Reaksi alergi terhadap kacang biasanya muncul sekalipun ia hanya mengonsumsinya dalam jumlah yang kecil.
Seiring bertambahnya usia si Kecil, kekebalan tubuh pada sistem pencernaan akan semakin baik sehingga reaksi alergi terhadap kacang-kacangan akan berkurang.
4. Gandum
Gandum juga bisa menjadi bahan makanan yang menyebabkan risiko alergi. Ibu perlu selektif dalam memilih bahan makanan untuk membuat MPASI.
Pasalnya, gandum bisa terkandung di dalam bahan makanan yang “tampak tidak mengandung gandum”, seperti kecap manis, es krim, dan puding.
Bayi yang alergi gandum sebaiknya menghindari makanan yang mengandung gluten dan semolina, seperti pasta, roti, atau sereal. Alternatifnya, Ibu bisa gunakan beras atau jagung.
5. Ikan
Bayi juga mungkin saja memiliki alergi ikan, seperti salmon, tuna, lele, nila, teri, kakap, cod, hingga kerapu.
Alergi ikan berbeda dengan alergi seafood ya, Bu. Bayi yang alergi ikan tidak selalu memiliki alergi terhadap jenis makanan laut lainnya, begitu juga sebaliknya.
Ibu tetap bisa memberikannya jika si Kecil tidak memiliki alergi. Reaksi alergi mungkin saja muncul setelah konsumsi ataupun menyentuh ikan.
6. Makanan Laut
Selain ikan, si Kecil juga bisa mengalami alergi terhadap makanan laut. Makanan laut termasuk kerang-kerangan, cumi-cumi, gurita, udang, dan kepiting.
Jenis bahan makanan tersebut dapat menimbulkan alergi pada usia berapa pun, bahkan jika sebelumnya si Kecil tidak memiliki alergi terhadap kerang-kerangan ataupun makanan laut lainnya.
Ketika sudah mengalami alergi pada jenis makanan ini, umumnya si Kecil akan selalu mengalami alergi sampai dewasa.
Baca Juga: Penyebab Intoleransi Makanan pada Bayi dan Cara Atasinya
Bagaimana Cara Mengatasi Alergi Makanan pada Bayi?
Cara terbaik untuk mengatasi alergi makanan pada bayi adalah menghindari makanan yang jadi penyebab alergi. Jadi, apa yang harus dilakukan jika bayi alergi makanan?
1. Mengidentifikasi Makanan Pemicu
Supaya dapat menghindari makanan penyebab alergi pada bayi, Ibu dan Ayah harus mencatat setiap makanan yang masuk dan amati mana yang menyebabkan reaksi alergi.
Ibu juga bisa mencoba berbagai makanan dalam jumlah sedikit untuk melihat apakah ada reaksi alergi yang terjadi.
Catat reaksi alergi yang muncul. Ibu juga bisa menggunakan AI Poop Tracker untuk melihat reaksi alergi yang sampai berdampak pada pencernaan.
2. Menghindari Paparan Makanan Pemicu
Setelah tahu apa saja yang jadi makanan penyebab alergi, Ibu perlu menghindarinya.
Ibu juga perlu membaca label makanan dengan cermat untuk memastikan tidak ada makanan penyebab alergi di dalamnya.
Jangan lupa informasikan ke keluarga dan pengasuh, bahan makanan apa yang jadi penyebabnya agar bisa sama-sama menghindarinya.
3. Konsultasi dengan Dokter atau Ahli Alergi
Membawa ke dokter atau ahli alergi juga bisa bantu Ibu mengetahui makanan penyebab alergi. Dokter dapat melakukan berbagai tes alergi untuk mencari pemicu alergi.
Ibu juga perlu berkonsultasi dengan dokter anak untuk mengetahui tindakan yang harus dilakukan untuk menangani reaksi alergi bayi. Ini berguna untuk penanganan alergi di masa mendatang.
Biasanya, pemberian antihistamin dapat dilakukan. Namun, pastikan Ibu dan Ayah berkonsultasi ke dokter untuk tahu jenis dan dosis yang tepat.
Baca Juga Cara Meningkatkan Daya Tahan Tubuh Anak yang Alergi
Apakah Alergi Makanan Bisa Sembuh?
Untuk beberapa jenis alergi, seperti alergi gandum, kacang kedelai, telur, dan susu sapi mungkin dapat sembuh seiring pertumbuhan dan pertambahan usia si Kecil. Ini karena sistem imunnya yang semakin baik.
Beberapa penelitian telah menyatakan bahwa protein penyebab alergi pada si Kecil dapat dikelola oleh tubuhnya dalam rentang waktu tertentu.
Namun, ada pula jenis alergi makanan pada bayi yang tidak bisa sembuh sampai dewasa, seperti ikan, makanan laut, dan kacang-kacangan.
Baca Juga: 5 Cara Mengatasi Alergi Makanan pada Anak
Tips Mencegah dan Mengelola Alergi
Untuk mencegah alergi makanan pada si Kecil, ini beberapa hal yang dapat Ibu lakukan:
- Perkenalkan makanan baru satu per satu (menggunakan satu bahan makanan).
- Memperkenalkan makanan baru per 3-5 hari.
- Mulai MPASI dengan makanan yang rendah risiko alergi, seperti buah-buahan.
- Perkenalkan makanan yang berisiko alergi sedikit demi sedikit.
- Jangan terlalu membatasi jenis makanan tanpa saran dokter karena berisiko menyebabkan kekurangan nutrisi.
Ibu boleh memperkenalkan kembali makanan penyebab alergi perlahan-lahan untuk melihat apakah sistem imunnya sudah dapat mengatasi alergi atau belum.
Namun, pastikan Ibu melakukannya sesuai dengan anjuran dan di bawah pengawasan dokter, ya.
Jika Ibu butuh saran atau punya pertanyaan seputar kesehatan, tumbuh kembang, dan nutrisi anak, yuk langsung hubungi BebeCare.
Tim careline kami terdiri dari para ahli berlatar belakang keperawatan dan pendidikan gizi yang siap menjadi teman berbagi dan sumber informasi terpercaya untuk Ibu, 24 jam gratis tanpa perlu buat janji!