Bayi Susah BAB (Sembelit): Penyebab, Ciri, & Perawatannya
Bayi bisa susah BAB karena banyak faktor. Kenali tandanya dan segera atasi sebelum jadi masalah serius.
Ditulis oleh :
Tim Penulis
Ditinjau oleh :
Dr. dr. Eva Jeumpa Soelaeman, Sp.A (K)
Diterbitkan: 04 Oktober 2024
Diperbarui: 14 Agustus 2025


Penyebab bayi susah BAB bisa dihindari dengan mudah jika Ibu mengenalinya sejak dini. Yuk, pelajari penyebab, tanda-tanda bayi sembelit, dan cara mengatasinya agar si Kecil bisa kembali BAB dengan nyaman!
Apakah Normal Jika Bayi Jarang BAB?
Tidak semua bayi susah BAB itu pasti sembelit, terutama jika masih menyusu ASI eksklusif. Bayi ASI bisa saja hanya pup seminggu sekali karena ASI diserap tubuh hampir seluruhnya.
Selama fesesnya tetap lunak dan bayi terlihat nyaman, ini masih normal. Tapi jika pupnya keras dan bayi kesakitan saat mengejan, itu bisa jadi tanda sembelit.
Umumnya, bayi masih aman tidak BAB selama 3–7 hari tergantung usianya. Jika sudah lebih dari 3 hari tidak pup dan bayi rewel, segera konsultasikan ke dokter.
Penyebab Bayi Susah BAB
Sembelit pada bayi ditandai dengan BAB kurang dari 1-2 kali dalam seminggu dengan tekstur keras dan sulit dikeluarkan. Apa saja kemungkinan penyebab bayi sembelit?
1. Kurang Minum ASI
ASI memiliki sifat pencahar alami yang dapat bantu melancarkan BAB bayi. Itulah sebabnya bayi yang menyusu eksklusif jarang mengalami sembelit.
Bayi usia 4-6 bulan bisa BAB setiap hari, seminggu sekali, atau pup setiap beberapa hari sekali. Tidak perlu khawatir selama si Kecil masih menyusu teratur dan konsistensi pupnya lunak.
Namun jika bayi tidak BAB selama lebih dari seminggu dengan berat badan yang tidak naik, konsultasikan ke dokter karena ini mungkin artinya ia tidak mendapat cukup ASI.
2. Baru Mulai MPASI
Wajar jika bayi sembelit di awal pemberian MPASI. Penyebabnya adalah karena tubuh bayi yang sedang beradaptasi mencerna makanan padat selain ASI.
Sembelit saat MPASI juga bisa disebabkan karena kekurangan cairan dan makanan berserat.
Kenalkanlah makanan berserat secara perlahan agar pencernaan si Kecil bisa menyesuaikan diri dengan baik.
Baca Juga: Mengenali Kesehatan Pencernaan Bayi dari Warna Pupnya
3. Perubahan Rutinitas atau Cuaca
Mungkin Ibu tidak menyadari penyebab bayi susah BAB dan keras yang satu ini. Namun, traveling atau perubahan cuaca sangat bisa memengaruhi rutinitas BAB bayi.
Faktor pemicunya adalah karena tubuh bayi yang “kaget” dan belum terbiasa dengan perubahan drastis.
4. Asyik Bermain dan Menahan Pup
Bila si Kecil sudah berusia lebih besar, ia mungkin mengabaikan sinyal ingin pup dan cenderung BAB sedikit-sedikit karena ia terlalu asyik bermain.
Hal ini membuat pupnya jadi tertahan di usus, mengeras, dan mengering sehingga bayi susah BAB.
5. Sedang Tumbuh Gigi
Dehidrasi dapat terjadi saat bayi sedang teething (tumbuh gigi) yang membuat si Kecil tidak nyaman menyusui.
Saat dehidrasi, tubuh bayi menyerap lebih banyak air dari feses. Akibatnya, tinja mengeras dan sulit keluar.
6. Beralih dari ASI ke Susu Formula
Bayi yang mengonsumsi ASI jarang mengalami sembelit. Namun, kondisi tertentu mungkin membuat Ibu harus beralih ke susu selain ASI untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi atas saran dokter.
Susu selain ASI lebih sulit dicerna. Saat masa peralihan, bayi mungkin jadi susah BAB. Setelah menyesuaikan diri, frekuensi BAB bayi akan berangsur kembali normal.
7. Alergi atau Intoleransi Susu Sapi
Alergi susu sapi dan intoleransi laktosa menjadi salah satu penyebab bayi susah bab.
Kondisi ini juga bisa disebabkan konsumsi makanan MPASI yang mengandung susu sapi seperti yogurt, keju, dan butter.
Alergi atau intoleransi makanan biasanya juga menyebabkan bayi sembelit tapi sering buang angin.
8. Luka pada Anus
Luka pada anus bisa menyebabkan bayi susah BAB sampai berdarah. Bayi mungkin mengejan dengan keras saat BAB meski ia tidak sedang sembelit, melainkan karena belum terbiasa.
Tekanan ini dapat menimbulkan rasa sakit dan luka pada anus yang menyebabkan si Kecil jadi menahan atau menghindari BAB karena takut akan rasa sakitnya.
Menghindari BAB berarti akan ada lebih banyak air yang terserap usus dari feses, sehingga pup jadi mengeras dan susah dikeluarkan.
9. Gangguan Kesehatan Tertentu
Meski jarang terjadi, gangguan kesehatan bisa jadi penyebab bayi sembelit. Penyakit yang bisa menyebabkan konstipasi pada bayi di antaranya:
- Defisiensi tiroid.
- Gangguan saraf pada usus.
- Masalah pada sumsum tulang belakang.
- Gangguan metabolik.
Baca Juga: 9 Penyebab Bayi Kentut Terus dan Cara Mengatasinya
Tanda Bayi Sembelit
Berikut tanda-tanda bayi susah BAB yang harus Ibu perhatikan:
- Rewel dan lebih sering meludah.
- Terlihat kesusahan saat pup, biasanya wajahnya tampak tidak nyaman ketika mengejan.
- Pup yang keras dan kering.
- Perut terasa keras dan ia kesakitan saat perutnya disentuh.
- Pup kurang dari 3 kali dalam seminggu.
- Gelisah bergerak-gerak ke berbagai posisi.
- Mengencangkan bokong.
- Menolak menyusu atau makan karena rasa begah di perutnya.
- Perut bayi terasa penuh dan keras.
Untuk mewaspadai tanda gangguan pencernaan pada bayi, cek kesehatan pencernaan si Kecil lewat AI Poop Tracker sekarang. Cukup dengan upload foto pup di atas popoknya dan hasil analisisnya bisa Ibu dapatkan secara real time dalam 60 detik untuk dikonsultasikan lebih lanjut ke dokter.
Cara Mengatasi Bayi Susah BAB
Susah BAB pada bayi adalah masalah pencernaan yang umum terjadi tapi tidak boleh disepelekan. Jadi, apa yang harus dilakukan jika bayi susah BAB?
1. Gerakan Kayuh Kaki
Baringkan bayi telentang dan gerakkan kakinya dengan meniru gerakan mengayuh sepeda lalu tekan perlahan lututnya ke bawah hingga ke perutnya beberapa kali.
Gerakan ini dapat membantu mengendurkan otot perut dan rektumnya secara bersamaan sehingga mengurangi keinginan bayi untuk mengejan keras-keras.
2. Mandi Air Hangat
Mandi air hangat dapat membantu mengendurkan otot perutnya dan membantunya berhenti mengejan.
Ibu bisa memandikan si Kecil satu kali sehari cukup sekitar 5-10 menit saja. Mandi lebih sering dan lebih lama dari yang direkomendasikan justru dapat membuat kulit bayi kering.
3. Tambah Hidrasi
Berikan tambahan hidrasi dari ASI maupun air putih untuk melembutkan feses yang mengeras dan melancarkan pergerakan usus untuk BAB secara teratur.
Namun, air putih hanya boleh diberikan jika si Kecil sudah berusia 6 bulan atau lebih untuk mencegah kurang gizi.
4. MPASI Tinggi Serat
Pelan-pelan tingkatkan menu MPASI berserat, seperti puree brokoli atau wortel.
Asupan serat dari buah-buahan dan sayuran dapat bantu menambah massa feses dan melunakkannya sehingga mudah dikeluarkan.
Baca Juga: 7 Cara Mengatasi Sembelit pada Bayi MPASI
5. Pijat Perut Bayi
Berikan pijatan lembut menggunakan ujung jari Ibu dengan gerakan memutar searah jarum jam pada perut bayi. Lalu, jalankan jari di sekitar pusar dengan pola searah jarum jam.
Selanjutnya, Ibu bisa pegang lutut dan kaki bayi bersamaan dan dorong perlahan kaki ke arah perut. Usap dari tulang rusuk ke bawah melewati pusar dengan ujung jari.
6. Ubah Pola Makan Ibu
Jika Ibu menyusui eksklusif, coba amati lagi apa yang Ibu makan sehari-hari.
Beberapa makanan memang dapat menyebabkan sembelit dan mungkin terserap ke dalam ASI. Meski begitu, hal ini jarang terjadi.
Kapan Harus ke Dokter?
Selama bayi ceria, aktif, masih sering menyusu, dan ada kenaikan berat badan, tidak ada masalah pada pola BAB-nya. Namun, segera ke dokter jika bayi sembelit dan muncul gejala bahaya seperti:
- Tidak BAB lebih dari 3 hari
- Pup mengandung darah
- Berat badan menurun
- Menolak menyusu atau makan
- Perut sangat keras dan muntah terus-menerus
Dokter bisa melakukan pemeriksaan fisik, rontgen, atau tes darah. Pemeriksaan dubur juga mungkin dilakukan jika dicurigai ada penyumbatan atau gangguan saraf.
Tips Mencegah Bayi Sembelit
Agar bayi tidak mudah sembelit, Ibu bisa lakukan beberapa langkah pencegahan sederhana berikut ini:
- Buat jadwal makan dan minum yang teratur
- Berikan lebih banyak MPASI tinggi serat
- Cek pup bayi secara berkala untuk pantau konsistensinya
- Ajak bayi aktif bergerak agar pencernaan tetap lancar
Jika Ibu butuh saran atau punya pertanyaan seputar bayi susah BAB, kondisi kesehatan lainnya, tumbuh kembang, dan nutrisi anak, yuk langsung hubungi BebeCare.
Tim careline kami terdiri dari para ahli berlatar belakang keperawatan dan pendidikan gizi yang siap menjadi teman berbagi dan sumber informasi terpercaya untuk Ibu, 24 jam gratis tanpa perlu buat janji!