Penyebab dan Cara Mengatasi BAB Bayi Berbusa
BAB berbusa menandakan bayi belum mampu mencerna laktosa ASI dengan baik. Mencret berbusa juga dapat disebabkan oleh infeksi apabila terjadi secara berulang.
Ditulis oleh :
Tim Penulis
Ditinjau oleh :
Dr. dr. Eva Jeumpa Soelaeman, Sp.A (K)
BAB bayi berbusa umum terjadi pada usia 0 hingga 36 bulan. Apakah ini normal? Agar tidak khawatir, cari tahu penyebab dan cara mengatasinya di sini, yuk
Bahayakah Jika BAB Bayi Berbusa?
BAB berbusa pada umumnya normal dan tidak selalu membahayakan. Terutama jika konsistensi pup bayi masih lunak seperti pasta yang terdapat busa berwarna putih atau kuning.
Namun, BAB berbusa pada bayi dapat berbahaya apabila teksturnya sangat cair dan terjadi secara berulang. BAB encer dan berbusa seperti ini bisa menandakan penyakit pencernaan.
Penyebab BAB Bayi Berbusa
Beberapa hal yang dapat menyebabkan BAB si Kecil berbusa adalah:
1. Belum Bisa Mencerna Laktosa ASI
BAB berbusa umumnya menandakan bahwa bayi belum bisa mencerna laktosa (gula dalam ASI) dengan baik. Hal ini wajar terjadi pada bayi baru lahir yang baru mulai minum ASI.
Pup bayi berwarna hijau dan berbusa bisa disebabkan asupan laktosa terlalu banyak. Di dalam usus, laktosa ASI dicerna dengan sangat cepat sehingga tidak memiliki waktu yang cukup untuk .
2. Asupan Foremilk dan Hindmilk Tidak Seimbang
Terlalu banyak foremilk atau ASI tinggi laktosa dapat memicu perut bayi kembung dan BAB berbusa.
Foremilk biasanya keluar di hari-hari awal menyusui dan lalu digantikan dengan hindmilk yang lebih kaya lemak. Lemak hindmilk membantu mencerna ASI lebih lama pada saluran pencernaan.
3. Perubahan Pola Makan
Saat bayi mulai MPASI, sistem pencernaan bayi yang sebelumnya hanya terbiasa dengan ASI mulai beradaptasi dengan makanan padat.
Proses adaptasi ini seringkali menyebabkan reaksi BAB bayi berbusa dan lebih encer dari biasanya, karena tubuh bayi masih belajar untuk mencerna makanan yang baru.
Namun, kondisi ini akan berkurang dengan sendirinya seiring berjalannya waktu dan penyesuaian sistem pencernaan bayi terhadap makanan padat.
Baca Juga: Bayi Sering BAB Sedikit-Sedikit, Apakah Ini Normal?
4. Alergi Makanan
Apa yang bayi konsumsi saat MPASI dapat mempengaruhi tekstur dan juga mungkin warna pupnya. Misalnya, jika bayi mengalami alergi telur atau produk turunan susu.
Kandungan protein telur atau laktosa dalam susu bisa menyebabkan perubahan pup, seperti berbusa atau menjadi lebih cair.
Namun, BAB berbusa yang disebabkan oleh alergi makanan biasanya juga disertai oleh gejala lain, seperti ruam kulit, gatal-gatal, sering buang angin, kembung.
5. Efek Konsumsi Antibiotik
Salah satu efek samping penggunaan antibiotik adalah membuat BAB bayi berbusa.
Kenapa? Sebab, antibiotik dapat menghambat pertumbuhan bakteri baik dalam usus, sehingga menyebabkan bakteri dalam saluran pencernaan menjadi tidak seimbang.
Akibatnya, bayi menjadi rentan mengalami perubahan dalam warna pup dan tekstur feses bayi, termasuk munculnya busa.
6. Gastroenteritis
Gastroenteritis adalah penyakit infeksi virus atau bakteri yang dapat menyebabkan bayi diare berbusa.
Kondisi ini umumnya disebabkan oleh konsumsi makanan yang terkontaminasi atau belum terlalu matang.
Sebagian besar kasus gastroenteritis pada bayi dapat sembuh sendiri. Namun, jika gejala tidak membaik, disertai dehidrasi, atau adanya darah, segeralah konsultasi dengan dokter.
Baca Juga: Penyebab BAB Bayi Encer Berwarna Kuning dan Solusinya
Cara Mengatasi BAB Bayi Berbusa
Pada dasarnya, BAB berbusa bisa hilang dengan sendirinya dalam beberapa hari. Adapun cara mengatasinya adalah sebagai berikut:
1. Susui Bayi pada Satu Payudara Sampai Selesai
Apabila BAB si Kecil berbusa tanpa disertai gejala lain, seperti demam atau muntah berlebihan, Ibu sebaiknya tidak perlu khawatir.
Untuk menanganinya, Ibu disarankan untuk menyusui bayi di satu payudara hingga selesai sebelum pindah ke payudara lain.
2. Perhatikan Gizi Ibu Menyusui
Apa yang Ibu konsumsi juga berpengaruh terhadap kualitas ASI yang diserap bayi setiap harinya.
Ibu menyusui yang sering mengonsumsi gorengan, makanan berminyak, serta makanan pedas dapat menyebabkan BAB bayi berlendir dan berbusa.
Jadi, Ibu perlu terus menjalankan pola makan yang sehat dan seimbang untuk mendukung kesehatan pencernaan si Kecil. Utamakanlah makanan yang tinggi serat dan probiotik.
3. Hindari Antibiotik Tanpa Konsultasi Dokter
Sebaiknya hindari menggunakan obat-obatan termasuk antibiotik untuk bayi tanpa resep dari dokter, agar tidak memperparah kondisi si Kecil.
Penggunaan obat-obatan tanpa konsultasi dokter dapat memiliki risiko, terutama pada bayi yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang masih berkembang.
4. Memasak Makanan hingga Matang
Jika si Kecil sudah mulai memasuki fase MPASI, pastikan Ibu selalu memasak makanan sampai benar-benar matang serta menjaga kebersihan peralatan makan dan memasak.
Cara tersebut sangat penting untuk mencegah BAB bayi berbusa apabila disebabkan oleh gastroenteritis.
5. Konsultasikan ke Dokter
Beberapa penyebab BAB berbusa seperti pankreatitis, sindrom iritasi usus, fibrosis kistik, dan gastroenteritis memerlukan penanganan dokter, Bu.
Segera konsultasi dengan dokter jika pup bayi berbusa atau jika Ibu curiga ada masalah kesehatan lain pada bayi, sehingga penanganan bisa sesuai dengan kondisi si Kecil.
Baca Juga: Mengenali Kesehatan Pencernaan Bayi dari Warna Pupnya
Kapan Harus ke Dokter?
Jika feses berbusa tapi si Kecil tetap bisa tidur nyenyak dan tampak sehat, Ibu tak perlu khawatir. Namun jika terus-menerus ini bisa menjadi tanda infeksi atau alergi.
Maka, Ibu perlu waspada jika BAB bayi berbusa disertai dengan gejala lain di bawah ini:
- Ada gejala diare.
- Muntah-muntah.
- Feses berbusa lebih dari dua kali.
- Demam lebih dari 38° Celsius.
- BAB bayi berdarah.
- Nyeri perut yang parah.
- Bayi lebih rewel dari biasanya.
- Diare parah yang terjadi lebih dari 2 hari.
- Terjadi penurunan berat badan.
Segera berkonsultasi dengan dokter agar si Kecil bisa mendapatkan penanganan yang tepat sesuai penyebabnya.
Sebelum ke dokter, Ibu juga bisa lebih dulu cek kondisi pup si Kecil lewat Poop Checker. Upload foto pup si Kecil atau kenali bentuknya, lalu submit. Hasilnya nanti bisa Ibu unduh untuk dikonsultasikan ke dokter atau tanyakan langsung ke tim Bebecare.