6 Penyebab Muntaber pada Anak, Gejala, dan Cara Mengatasinya

Muntaber pada anak perlu cepat diatasi karena gejalanya dapat menyebabkan dehidrasi dan kekurangan gizi. Selain oralit, ada pertolongan pertama lainnya untuk mengatasi anak yang diare dan muntah.

Ditulis oleh : Tim Penulis

Ditinjau oleh : Dr. dr. Eva Jeumpa Soelaeman, Sp.A (K)

4 min
01 Jul 2024
Profile Dr. dr. Eva Jeumpa Soelaeman, Sp.A (K)
Muntaber-pada-anak-bebeclub


Anak yang muntah-muntah disertai diare (muntaber) pasti membuat Ibu khawatir. Jangan dulu panik, kenali penyebab muntaber pada anak, gejala, hingga cara mengobatinya supaya si Kecil kembali ceria!

Penyebab Muntaber pada Anak

Muntaber (gastroenteritis) adalah penyakit infeksi pencernaan yang terjadi akibat peradangan pada usus. Berikut adalah beberapa kemungkinan penyebabnya:

1. Infeksi Virus

Muntah dan diare pada anak paling sering disebabkan oleh infeksi virus rotavirus dan norovirus. Virus penyebab muntaber ini sangat mudah menyebar luas di rumah, daycare, atau sekolah.

Gastroenteritis dimulai dari muntah selama 1-2 hari, lalu diare encer yang bisa berlangsung sampai 10 hari. 

Infeksi rotavirus dapat bertahan 5 hingga 7 hari pada si Kecil. Muntah terjadi pada sebagian besar anak, dan ada pula yang mengalami demam.

2. Infeksi Bakteri 

Bakteri seperti salmonella, E.coli, shigella, dan campylobacter jugabisa menjadi penyebab muntaber pada anak.

Perbedaannya, muntaber akibat infeksi bakteri dapat menyebabkan BAB anak berdarah atau lendir pada feses, serta demam tinggi.

Dokter biasanya akan memberikan antibiotik, terutama bila diare yang dialami parah dan ia punya masalah pencernaan kronis.

Baca Juga: Anak Diare dan Demam? Ini Penyebab dan Cara Mengatasinya

3. Keracunan Makanan 

Keracunan makanan umum menjadi penyebab anak muntah disertai diare, terutama jika si Kecil terbiasa jajan di luar yang tidak terjamin kehigienisannya dan tidak rajin mencuci tangan.

Jajanan pinggir jalan bisa saja terkontaminasi kuman atau bahan kimia berbahaya karena cara pengolahan dan penyajiannya tidak diawasi dengan baik. 

4. Alergi Makanan atau Intoleransi

Alergi makanan dapat disebabkan oleh konsumsi susu sapi, telur, kacang, atau seafood. Gejala alergi makanan dapat termasuk muntah, diare, perut kram, gatal-gatal, dan sesak napas.

Biasanya, gejala akibat alergi makanan muncul segera setelah mengkonsumsi makanan tersebut. Menelan makanan sedikit saja dapat memicu reaksi alergi yang parah. 

Gejala intoleransi dapat terjadi 12-24 jam setelah makan. Reaksi intoleransi makanan berkaitan dengan jumlah makanan yang dikonsumsi. Jika hanya sedikit, mungkin gejalanya tidak terlalu parah.

5. Infeksi Parasit 

Parasit giardia dan cryptosporidiosis dapat menyebabkan muntaber pada anak. Parasit-parasit ini biasa ditemui di kolam renang dan sungai.

Ciri-ciri muntaber akibat infeksi parasit di antaranya anak diare, kram perut, mual dan muntah, lesu, dan hilangnya nafsu makan.

6. Efek Antibiotik Tertentu 

Beberapa jenis antibiotik bisa merusak keseimbangan bakteri di usus, kemudian memicu diare dan muntah-muntah. Segera hubungi dokter bila Ibu mencurigai antibiotik sebagai penyebab diare pada si Kecil.

Gejala Muntaber pada Anak

Berikut ciri-ciri muntaber yang perlu Ibu waspadai pada anak: 

  • Diare encer, yang bisa terjadi lebih dari 10 kali per hari.
  • Mual dan muntah. 
  • Kram atau sakit perut
  • Nyeri otot dan sakit kepala.
  • Demam. 
  • Dehidrasi yang menyebabkan mulut kering dan jarang buang air kecil. 

Di awal terinfeksi, si Kecil akan memuntahkan semua makanannya dalam 3-4 jam pertama. Setelahnya, muntah akan berkurang menjadi 3-7 kali sehari atau 1-2 kali per hari. 

Setiap anak dapat menunjukkan gejala muntaber yang berbeda-beda. Mungkin ada pula yang menunjukkan gejala yang tidak disebutkan di atas. 

Jadi, Ibu sebaiknya perhatikan setiap perubahan yang terjadi bersamaan dengan gejala muntaber yang dialami si Kecil. Ibu juga bisa cek kondisi pup si Kecil secara real-time lewat Poop Tracker!

Cara Mengatasi Muntaber pada Anak

Gejala muntaber anak bisa diatasi di rumah, karena biasanya tidak berlangsung lama asal diberikan perhatian khusus. Jadi, apa yang harus dilakukan ketika anak diare dan muntah?

1. Berikan Oralit 

Berikan oralit sebagai pertolongan pertama anak muntah dan diare untuk mencegah dehidrasi. 

Berikan 10-15 ml oralit setiap 5 menit sekali. Setelah 4 jam tanpa muntah-muntah, tambah dosisnya. Bila 8 jam setelahnya ia tidak lagi muntah, berikan ia minum air putih.

2. Perbanyak Asupan Cairan 

Untuk mencegah dehidrasi akibat muntaber pada anak, tambah asupan cairannya dengan lebih banyak minum air putih. Ibu juga bisa berikan buah yang tinggi kandungan air, seperti semangka dan melon.

Jangan memberikan si Kecil minuman tinggi gula seperti soda dan jus.

3. Batasi Asupan Makanan

Hindari dulu pemberian makanan berat yang berlemak, bersantan, berminyak, dan pedas karena akan memperparah gejala si Kecil.

Diare dan muntah membuat anak kehilangan nafsu makan. Jadi, berikan ia makanan dengan porsi kecil dan rasa yang tawar, contohnya pisang, nasi, dan roti tawar. 

Biasanya mereka bisa kembali makan makanan normal sekitar 3 hari setelah muntah dan diare berhenti. 

4. Istirahat Cukup 

Muntaber menyebabkan anak lemas dan lesu. Oleh sebab itu, pastikan si Kecil mendapatkan istirahat yang cukup di rumah. Batasi aktivitas fisiknya agar ia bisa pulih sepenuhnya dan dapat kembali aktif.

5. Hindari Obat Diare Warung

Anak di bawah 12 tahun tidak boleh diberikan obat penghenti diare yang dibeli tanpa resep di warung atau toko obat.

Pasalnya, diare adalah cara tubuh menyingkirkan kuman infeksi. Karena itulah, obat untuk menghentikan diare bisa mengganggu proses tubuh menyingkirkan infeksi. Antibiotik pun umumnya jarang dibutuhkan. 

Kalau si Kecil merasa mulas dan sakit perut, cobalah beberapa alternatif obat diare alami yang bisa Ibu dapatkan di dapur. 

Baca Juga: 11 Cara Mengatasi Diare pada Anak yang Aman dan Efektif

Segera pergi ke dokter bila anak muntah berlangsung lebih dari sehari, diare parah, sakit perut meski tidak muntah, dan mengalami dehidrasi (tidak buang air kecil lebih dari 8 jam, urine berwarna gelap). 

Cara Mencegah Muntaber pada anak

Agar anak tidak lagi mengalami muntaber setelah sembuh, Ibu jangan sampai terlewat menerapkan cara mencegah muntaber seperti di bawah ini, ya: 

  • Rajin cuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir. 
  • Cuci sprei yang terkena pup atau muntahan secara terpisah. 
  • Bersihkan dudukan toilet, tuas flush, keran, dan pegangan pintu setiap hari. 
  • Jangan menggunakan handuk dan alat makan bersamaan dengan orang lain. 
  • Jangan berenang di kolam renang setidaknya 48 jam setelah gejala muntaber berhenti. 

Semoga si Kecil sehat selalu! Bila Ibu butuh respon cepat terkait masalah pencernaan anak, Ibu bisa tanyakan langsung ke tim BebeCare yang siap menjawab pertanyaan dan kekhawatiran Ibu 24/7. 

Pilih Artikel Sesuai Kebutuhan Ibu


  1. American Family Physician. “Vomiting and Diarrhea in Children.” American Family Physician, vol. 63, no. 4, 15 Feb. 2001, pp. 775–776, www.aafp.org/pubs/afp/issues/2001/0215/p775.html.

  2. Healthdirect Australia. “Diarrhoea in Children.” Www.healthdirect.gov.au, 1 Nov. 2021, www.healthdirect.gov.au/diarrhoea-in-children.

  3. Kids Clinic. “Diarrhea and Vomiting in Children | Kids Clinic Singapore.” Kidsclinic.sg, kidsclinic.sg/pd-guides/health-topics/diarrhea-vomiting-children/.

  4. Mayo Clinic. “Viral Gastroenteritis (Stomach Flu) - Symptoms and Causes.” Mayo Clinic, 18 Jan. 2022, www.mayoclinic.org/diseases-conditions/viral-gastroenteritis/symptoms-causes/syc-20378847.

  5. NHS . “Diarrhoea and Vomiting.” NHS, 7 Dec. 2020, www.nhs.uk/conditions/diarrhoea-and-vomiting/.

  6. Seattle Children’s Hospital. “Vomiting with Diarrhea.” Seattle Children’s Hospital, www.seattlechildrens.org/conditions/a-z/vomiting-with-diarrhea/.



Temukan Topik Lainnya

Artikel Terkait