3 Bahaya Memberikan Madu untuk Bayi, Ibu Wajib Tahu
Madu termasuk makanan sehat. Sudah sejak lama madu dipercaya dapat menjadi suplemen alami yang berkhasiat sebagai antibakteri, antiinfla...
Ditulis oleh :
Tim Penulis
Ditinjau oleh :
Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK, FRSPH
Madu termasuk makanan sehat. Sudah sejak lama madu dipercaya dapat menjadi suplemen alami yang berkhasiat sebagai antibakteri, antiinflamasi, antijamur, antivirus, mempercepat penyembuhan luka, dan masih banyak manfaat kesehatan lainnya. Namun meski tergolong sehat, memberikan madu untuk bayi di bawah 1 tahun ternyata bisa bahaya. Kenapa bisa begitu?
Bahaya Memberi Madu untuk Bayi di Bawah 1 Tahun
Wejangan turun temurun nenek moyang menyebutkan madu bisa diberikan sejak bayi untuk menambah imunitas. Namun, wejangan ini ternyata tidak tepat dan justru bisa berbahaya untuk bayi, lho, Bu.
Sejak 2018, Food Drugs and Administration (FDA) sebagai Badan Pengawas Obat dan Makanan di Amerika Serikat mengeluarkan peringatan untuk tidak memberi madu pada bayi di bawah usia 1 tahun.
Bukan hanya madu murni saja yang tidak boleh diberikan. Segala bentuk madu, bahkan yang telah dimasak atau dicampurkan dalam makanan maupun minuman, juga harus dihindari. Termasuk dot yang diisi atau dicelupkan ke dalam madu.
Berikut adalah beberapa bahaya memberikan madu untuk bayi yang perlu Ibu ketahui:
1. Risiko Botulisme
Madu tidak aman bagi bayi yang berusia kurang dari 12 bulan karena bersifat racun dan dapat mengancam nyawa.
Pemberian madu pada bayi di bawah usia 12 bulan dapat meningkatkan risiko penyakit botulisme alias infant botulism. Menurut data yang disampaikan oleh IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) sebanyak 95% kasus infant botulism terjadi pada bayi berusia 6 minggu hingga 6 bulan.
Ini karena madu mengandung spora bakteri bernama Clostridium botulinum. Di dalam perut, spora bakteri ini akan memproduksi zat beracun bernama botulinum. Spora bakteri Clostridium botulinum cenderung bersifat heat resistant, Bu, sehingga tidak akan mati walaupun madu sudah dimasak.
Setelah dikonsumsi, zat racun ini dapat dengan mudah menginfeksi sistem pencernaan dan sistem saraf bayi bayi yang belum berkembang dengan baik.
Pada bayi, gejala awal botulisme sering ditandai dengan sembelit, lemas, kesulitan makan atau menyusu, kelelahan, cepat marah, tangisan terdengar lemah, kelopak mata mengendur, hingga kesulitan dalam bernapas. Selain itu, bayi juga bisa mengalami sesak napas, sulit menelan, dan mulut kering. Bahkan, penyakit ini juga dapat berakibat fatal karena melemahnya otot pernapasan.
2. Tidak Baik untuk Pencernaan bayi
Bayi pun belum memiliki koloni bakteri baik yang lengkap dalam saluran pencernaannya sehingga tidak sanggup melawan kuman yang masuk ke dalam saluran cerna. Akibatnya, kuman ini akan bertumbuh dan berkembang di dalam usus besar, lalu memproduksi racun botulinum yang menyebabkan penyakit botulisme.
Zat beracun dari spora bakteri Clostridium botulinum kemudian akan diserap oleh organ pencernaan dan beredar dalam tubuh sampai menyerang sistem saraf. Hal ini dapat mengakibatkan kelemahan otot atau dalam bahasa medisnya disebut hipotonia, yang berbahaya bagi bayi.
3. Merusak Gigi
Madu mengandung gula alami dalam jumlah yang cukup tinggi dan belum dibutuhkan oleh bayi. Asupan gula berlebihan atau terlalu sering bisa berbahaya karena dapat merusak gigi bayi yang baru mulai bertumbuh. Kondisi ini disebut dengan gigi gigis.
Gigi bayi bisa rusak ketika terpapar asupan makanan yang mengandung karbohidrat (gula dan pati) dalam waktu yang lama atau sering sepanjang hari. Kerusakan gigi terjadi ketika mulut bayi terinfeksi oleh bakteri penghasil asam. Asam yang dihasilkan bakteri inilah yang akan secara perlahan-lahan merusak gigi bayi.
Jadi apabila ingin memberikan pemanis pada MPASI si Kecil yang usianya masih di bawah 12 bulan, Ibu dapat memanfaatkan gula yang terdapat dalam sari buah. Selain aman, gula dalam sari buah juga diperlukan untuk bantu si Kecil tumbuh secara optimal.
Baca juga: Berikan Sejak Dini, Ini Pentingnya Asupan Vitamin C yang Tepat untuk Bayi!
Kapan Madu Boleh Diberikan pada Bayi?
Mengingat seriusnya akibat yang ditimbulkan dari toksin botulinum ini, maka sebaiknya tunda pemberian madu hingga anak berusia di atas 12 bulan, ya, Bu.
Di atas usia 1 tahun, sistem pencernaan si Kecil sudah berkembang optimal dan memiliki bakteri baik dalam jumlah yang cukup untuk mencegah spora Clostridium botulinum memperbanyak diri. Bayi di atas 12 bulan juga sudah memiliki intensitas asam lambung yang cukup dalam sistem pencernaannya untuk membantu menangkis racun yang dihasilkan oleh bakteri.
Apabila Ibu ingin memberikan madu sebagai penambah daya tahan tubuh atau pengganti gula bagi si Kecil, pastikan usianya sudah genap 24 bulan dan Ibu tidak memberikan madu lebih dari 6 sendok teh (25 gram) per harinya.
Bayi yang masih berusia di bawah 24 bulan masih tidak disarankan untuk mengonsumsi madu setiap hari sebagai suplemen maupun pengganti gula. Pasalnya, madu mengandung gula tambahan yang tidak diperlukan oleh tubuh si Kecil dan dapat meningkatkan risiko kerusakan gigi, obesitas, resistensi insulin, prediabetes, dan diabetes tipe 2 jika dikonsumsi secara berlebihan.
Berikan madu dalam takaran kecil hanya pada saat si Kecil membutuhkan saja, contohnya saat sedang batuk-pilek.
Baca juga: Bolehkah Bayi 11 Bulan Minum Susu untuk 1 Tahun?
Semoga artikel ini membantu, Bu! Semoga bisa membantu Ibu dan Ayah lebih memahami dan memperhatikan setiap progres tumbuh kembang si Kecil, ya.
Jangan lupa juga terus pantau semua kehebatan tumbuh kembang si Kecil lewat Bebe Journey. Di sini ada berbagai fitur edukatif dan menarik untuk mendukung anak tumbuh hebat, mulai dari Grafik Tumbuh Kembang, Jadwal Vaksin IDAI, sampai panduan resep MPASI.
Dan jika Ibu masih memiliki pertanyaan atau kekhawatiran tertentu tentang pemberian madu untuk si Kecil, jangan ragu berkonsultasi ke dokter atau chat langsung dengan tim Bebecare yang siaga 24/7 menjawab pertanyaan Ibu.