Umur Berapa Bayi Bisa Jalan? Ini Tanda-Tandanya!
Tak terasa, ya, si Kecil sudah semakin besar. Jika sekarang ia sudah jago berguling dan merangkak, di umur berapa bayi bisa berjalan? B...

Tak terasa, ya, si Kecil sudah semakin besar. Jika sekarang ia sudah jago berguling dan merangkak, di umur berapa bayi bisa berjalan?
Berjalan adalah salah satu tonggak pencapaian bayi yang paling dinanti-nanti setiap orang tua. Ibu juga, kan? Namun untuk bisa berjalan sendiri, si Kecil harus melalui berbagai tahapan dulu sampai ia siap menunjukkan langkah pertamanya.
Yuk, kita cari tahu bersama-sama kapan bayi bisa berjalan dan bagaimana cara melatihnya!
Umur Berapa Bayi Bisa Berjalan?
Berjalan adalah kemampuan motorik kasar yang membutuhkan kekuatan otot tubuh untuk menahan badannya tetap tegak serta kekuatan lengan dan kaki untuk menopang berat badannya dalam keadaan berdiri. Selain otot yang kuat, kemampuan koordinasi yang mantap antara mata dan anggota gerak tubuh juga diperlukan untuk bisa berjalan.
Nah, di satu tahun pertama usianya bayi akan banyak mengembangkan kemampuan motorik, koordinasi anggota gerak, dan kekuatan otot-otot tubuhnya untuk mempersiapkan dirinya supaya bisa berjalan.
Pertama-tama, bayi akan lebih dulu belajar untuk berguling dan tengkurap di sekitar usia 3 bulan. Setelah bisa tengkurap, bayi pada umumnya akan mulai belajar untuk duduk di sekitar usia 4-9 bulan. Kemudian memasuki usia 6-9 bulan, bayi diharapkan sudah mulai belajar merangkak.
Lalu, di umur berapa bayi bisa berjalan? Bayi akan siap berjalan ketika ia sudah bisa berdiri dan merambat. Merambat inilah yang menjadi cara pertama bayi berpindah tempat dengan melangkahkan kakinya untuk bergeser sambil berpegangan pada suatu perabot. Bayi umumnya belajar untuk berdiri dan mulai berjalan merambat di antara umur 9-12 bulan.
Umumnya, sebagian besar bayi akan mulai berjalan di umur 9-15 bulan dengan bertumpu atau ditatih orang tuanya. Ada pula bayi yang baru mulai belajar berjalan di usia 12-17 bulan.
Perbedaan ini sangat normal, kok, Bu. Perlu diingat, bahwa masing-masing anak memiliki cara dan kecepatan tumbuh kembang yang berbeda-beda. Jadi, Ibu dan Ayah tak perlu terlalu khawatir.
Umumnya bayi masih dalam jalur perkembangan yang normal jika menunjukkan tanda-tanda seperti bisa berdiri di atas dua kaki dengan bantuan orang tua pada usia 12 bulan serta dapat merambat dan berdiri sendiri tanpa bantuan di usia 15 bulan.
Baca Juga: 7 Cara Stimulasi Agar Bayi Cepat Duduk, Tengkurap, Merangkak, dan Merambat
Seperti Apa Tahapan Proses Bayi Berdiri Sampai Berjalan?
Nah, untuk memastikan kemampuan berjalan anak Ibu berkembang sesuai dengan tahapan usianya atau belum, penting mengetahui seperti apa tahapan proses bayi berdiri sampai berjalan dari bulan ke bulan.
Berikut adalah tahapan proses bayi berdiri hingga berjalan yang perlu Ibu ketahui selengkapnya.
1. Usia 0-2 Bulan
Waktu bayi baru lahir, kakinya belum cukup kuat untuk menopang tubuh mungilnya sendiri. Namun, bila Ibu menggendong bayi dari bawah ketiaknya dalam posisi berdiri, kakinya yang menggantung akan refleks berjinjit-jinjit seakan sedang berjalan saat disentuhkan ke permukaan benda keras, seperti lantai.
Refleks pada bayi baru lahir ini biasanya akan berlangsung selama dua bulan pertama kehidupannya.
2. Usia 3-6 Bulan
Memasuki usia 3-6 bulan, anak Ibu mulai mampu mengangkat kepala dan lehernya saat tengkurap atau melakukan tummy time. Ibu bisa mulai membiasakan si Kecil untuk duduk di pangkuan sejak usianya menginjak 4 bulan.
Lalu di usia 6 bulan, si Kecil akan menunjukkan tanda-tanda ingin berjalan dengan cara melonjak-lonjak bila Ibu atau Ayah mengangkatnya dalam posisi berdiri dan kaki bayi disentuhkan pada permukaan keras atau pangkuan orang tuanya.
Melonjak-lonjak adalah aktivitas favorit bayi, Bu. Kebiasaan ini bertujuan agar memperkuat otot-otot kedua kakinya. Selanjutnya, bayi akan semakin menguasai kemampuan untuk duduk sendiri, berguling, maupun merangkak.
Di usia ini pun, bayi juga akan senang berguling dan mulai bisa duduk tanpa harus ditopang dengan bantal.
3. Usia 7-11 Bulan
Bayi akan mulai belajar merangkak di usia 7-10 bulan. Kemudian, memasuki usia 9 bulan, bayi biasanya akan belajar menarik tubuhnya sehingga bayi berdiri sambil berpegangan pada dinding dan perabot di rumah, entah itu kursi, lemari, sofa, atau meja. Ini merupakan tanda-tanda bayi mulai berjalan.
Jika Ibu memegang dan melepaskan bayi di dekat sofa atau meja, ia akan refleks berpegangan erat pada perabotan tersebut.
Nah, di fase inilah, Ibu sebaiknya mesti cermat menata perabot dan benda-benda lain di rumah agar tidak sampai membahayakan si Kecil saat ia hendak menarik sesuatu.
Lalu, di usia 9-10 bulan, bayi Ibu akan mulai belajar menekuk lututnya untuk duduk di lantai setelah dari posisi berdiri. Kemampuan ini memang tampak sepele bagi orang dewasa, tapi cukup sulit dikuasai oleh bayi yang sedang belajar jalan lho, Bu.
4. Usia 12-18 Bulan
Setelah menguasai proses menarik tubuh ke posisi berdiri, bayi akan mulai merambat. Ia akan bergeser dari posisi berdiri awal sambil tetap berpegangan pada perabot rumah yang ada di dekatnya.
Pada masa ini, ia juga akan memindahkan pegangan tangannya dari satu furniture ke furniture lainnya (merambat). Terkadang, si Kecil mampu berdiri sendiri tanpa berpegangan pada perabot, lho, Bu. Hebat, ya?
Menariknya lagi, di fase belajar jalan ini bayi juga sudah mulai bisa membungkuk serta berjongkok. Misalnya, ia bisa menunduk atau jongkok saat mau mengambil mainan di lantai, lalu kembali ke posisi berdiri saat Ibu gandeng. Kemudian, ia mulai melangkahkan kakinya kembali untuk berjalan dalam gandengan orang tua.
Di awal fase belajar jalan, posisi kakinya saat melangkah memang belum sempurna. Namun, ia hanya tinggal melatih kemampuannya untuk menyeimbangkan badan juga meningkatkan kepercayaan dirinya untuk memulai langkah pertama.
Baca Juga: Memahami Tumbuh Kembang Anak Usia 18 Bulan
Yuk Bu, terus pantau tumbuh kembang bayi saat memasuki umur bisa berjalan untuk tahu hal-hal apa lagi yang akan terjadi di usianya ini lewat Bebe Journey.
Bagaimana Cara Melatih agar Anak Cepat Jalan?
Proses belajar berjalan adalah momen luar biasa, bagi si Kecil sendiri maupun orang tua yang menjadi saksi langkah pertamanya. Untuk itu, peran orang tua sangat besar dalam membantunya berjalan selangkah demi selangkah.
Adapun beberapa hal yang bisa Ibu dan Ayah lakukan untuk mengoptimalkan kemampuannya berjalan, antara lain:
1. Ajak Bayi Berdiri Tegak
Salah satu cara melatih bayi berjalan adalah dengan membantunya berdiri tegak. Ulurkan tangan Ibu untuk membantunya berdiri, kemudian coba pelan-pelan lepas gandengan tangan Ibu. Biarkan si Kecil berusaha sendiri sampai bisa menjejakkan kedua telapak kakinya dengan mantap tanpa bantuan selama kurang lebih setengah menit.
Bila anak jatuh duduk, tidak masalah, kok, Bu. Tetap puji kesuksesannya dan coba beri semangat agar ia mau belajar bangkit sendiri. Ibu bisa berkata, “Yuk, nak, berdiri lagi, satu, dua, tiga!” atau Ibu bisa menyerukan semangat, seperti “Yuk bangun yuk, berdiri sama Ibu!”
Bila tahap ini sudah dilewati dan balita mau mencoba melangkah sendiri, maka ia siap untuk berjalan dengan berpegangan pada kedua tangan Ibu.
2. Pegang Tangan Bayi
Beri anak kesempatan untuk berjalan dengan salah satu atau kedua tangannya sambil memegang tangan Ibu dan Ayah dalam jarak dekat. Kegiatan ini cukup melelahkan bagi bayi. Oleh karena itu, terus beri semangat pada si Kecil ya, Bu.
Jika si Kecil ngotot ingin naik turun tangga atau kursi, biarkan saja, Bu. Hal ini justru akan memupuk rasa percaya dirinya, lho. Cukup pastikan Ibu atau Ayah memegang tangan anak dan selalu mengawasinya agar tidak terjatuh.
3. Siapkan Area untuk Bayi Menjelajah
Pertama kali mengajarkan anak berjalan, wajar jika Ibu sering khawatir si Kecil akan terjatuh. Supaya ia bisa belajar berjalan dengan nyaman dan Ibu juga terbebas dari rasa cemas, cobalah siapkan area di rumah yang aman untuk si Kecil bergerak.
Misalnya, pasang karpet busa yang tidak terlalu keras dan tidak pula terlalu lunak supaya ia bisa nyaman berjalan dan tidak cedera ketika terjatuh. Singkirkan juga barang-barang yang berpotensi mengganggu ruang gerak anak, seperti meja, kursi, barang pecah belah, dan kabel-kabel listrik.
Selain itu, bila perlu batasi akses gerak bayi dengan menutup pintu atau memberikan gerbang khusus bayi di bibir tangga (bila ada). Tinggi gerbang tersebut harus melebihi tinggi badan anak agar tak bisa ia langkahi.
Lindungi setiap ujung perabotan dengan karet pelindung (rounder) yang bisa Ibu beli di toko-toko furnitur agar tidak membahayakan si Kecil ketika mencoba merambat.
4. Letakkan Mainan dalam Jangkauannya
Ibu juga bisa meletakkan mainan atau benda favoritnya dalam beberapa langkah di depannya untuk “mengundang”nya mau berjalan mengambilnya. Coba goyang-goyangkan mainan agar si Kecil tertarik untuk mengambilnya.
Ingat, jangan membuat jarak yang terlalu jauh ataupun terlalu dekat dari gapaiannnya, ya, Bu.
5. Berikan Mainan yang Bisa Didorong
Anak di usia ini sedang senang-senangnya mendorong benda, ya Bu? Nah, Ibu bisa memberikan bayi mainan yang dapat didorong sebagai alat bantu bayi berjalan, misalnya truk, mobil, atau gerobak yang dapat ditarik dengan tali.
Ajak ia menarik dan mendorong mainan dari satu tempat ke tempat lain. Jangan lupa menyemangatinya agar ia merasa senang ya, Bu. Selain itu, selalu awasi bayi Ibu saat bermain kalau-kalau ia mungkin akan terjatuh atau tersandung.
Ibu juga bisa menstimulasi anak dengan mengajaknya bermain kuda-kudaan, bersepeda, dan bermain sambil berdiri.
6. Biarkan Bayi Telanjang Kaki
Di awal-awal melatih si Kecil melangkahkan kaki pertamanya, biarkan ia belajar berjalan tanpa menggunakan alas kaki ya, Bu. Selain bertujuan untuk melatih keseimbangan dan koordinasinya, proses ini juga melatih kepekaan indera peraba di kakinya.
Ingat ya, Bu, jangan sampai alas kaki yang digunakannya menghambat proses belajar anak.
Baca Juga: Melatih Keseimbangan Anak Lewat Berbagai Permainan Menyenangkan
Bolehkah Menggunakan Baby Walker untuk Melatih Bayi Berjalan?
Meski tampaknya membuat bayi lebih aman dan membantu bayi lebih cepat berjalan, penggunaan baby walker justru memiliki lebih banyak dampak negatif bagi perkembangan bayi. Jadi sebaiknya, Ibu tidak memberikan si Kecil alat bantu jalan baby walker, ya.
Laporan dari American Academy of Pediatrics tahun 2001 mengatakan bahwa pada tahun 1999 diperkirakan sebanyak 8800 anak usia di bawah 15 bulan dibawa ke rumah sakit bagian gawat darurat karena kecelakaan akibat penggunaan baby walker.
Menurut American Academy of Pediatrics (AAP), baby walker berisiko memperlambat perkembangan motorik dan menghambat perkembangan tulang belakang sehingga dapat memengaruhi postur bayi.
Selain itu, ada beberapa bahaya penggunaan baby walker yang kerap digunakan sebagai alat bantu bayi berjalan, yakni:
1. Membuat Bayi Lebih Malas
Tahukah Ibu? Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), penggunaan baby walker justru dapat mengurangi keinginan anak untuk berjalan, karena adanya alternatif yang lebih mudah, yakni berjalan lebih cepat dengan baby walker.
2. Mengganggu Kerja Otot
Bahaya penggunaan baby walker berikutnya adalah mengganggu kerja otot. Kedua tungkai bawah kaki si Kecil memang menjadi lebih kuat, tetapi tungkai atas (paha) dan pinggul anak tetap tidak terlatih, Bu.
Padahal tungkai atas dan pinggul sangat penting untuk berjalan. Maka dari itu, pemakaian baby walker tidak bermanfaat untuk melatih anak berjalan.
Tak hanya itu, penggunaan baby walker juga mengakibatkan bayi tidak dapat melihat kaki dan anak kakinya. Bayi menjadi tidak bisa mempelajari cara untuk menyeimbangkan tubuh.
Bila menggunakan baby walker, bayi justru akan lebih sering berdiri atau berjinjit dengan ujung jari kaki, yang mungkin mengakibatkan otot yang tegang dan mengajarkan bayi untuk berjalan pada ujung jari kaki.
3. Lebih Berisiko Bagi Bayi
Penggunaan baby walker bisa membuat posisi bayi menjadi lebih tinggi. Hal inilah yang menyebabkan bayi bisa mencapai barang-barang yang letaknya lebih tinggi.
Baby walker juga membuat bayi lebih mudah bergerak sehingga dapat bergerak sepanjang ruangan dan meraih benda-benda berbahaya, seperti peralatan makan atau minuman panas di atas meja, hingga kabel listrik di dinding.
Bahkan, penggunaan baby walker juga berisiko membuat bayi mengalami cedera, seperti tidak sengaja terjungkal dari permukaan lantai yang tidak rata, atau terjatuh dari tangga. Terlebih bila digunakan tidak dalam pengawasan orang tua.
Baca Juga: Berapakah Umur Bayi Tumbuh Gigi dan Tanda-Tandanya
Waspadai Tanda Bayi Terlambat Berjalan (Delayed Walking)
Bu, penting diketahui bahwa setiap bayi akan bertumbuh kembang dalam kecepatan dan caranya sendiri-sendiri.
Akan tetapi, jika anak Ibu belum bisa melakukan langkah pertamanya seperti anak-anak pada usia yang sama, bisa jadi ini pertanda si Kecil mengalami terlambat berjalan atau delayed walking.
Lantas, kapan bayi dikatakan terlambat berjalan? Umumnya, seorang anak bisa dikatakan mengalami delayed walking apabila umurnya sudah lebih dari 18 bulan tapi belum bisa melangkahkan kakinya.
Di luar itu, Menurut IDAI, bayi mungkin dicurigai mengalami keterlambatan berjalan apabila menunjukkan ciri-ciri sebagai berikut:
-
Ketika tonus otot atau pola gerak tidak simetris pada kedua sisi tubuh.
-
Tubuh kaku dengan bahu dan kepala dilempar ke belakang pada saat akan diposisikan duduk.
-
Batang tubuh dan kedua tungkai lemas.
-
Kedua kaki diangkat saat anak akan diberdirikan (anak tidak mau menapakkan kaki di lantai).
-
Duduk menumpu pada tulang ekor.
-
Duduk dengan tungkai posisi “W’’.
-
Anak berdiri pada saat ditarik ke arah duduk dari posisi berbaring.
-
Pada saat anak diminta posisi berdiri, lututnya cenderung menekuk atau melengkung ke belakang.
Anak mungkin mengalami terlambat berjalan karena kurang dukungan dari keluarga dan lingkungannya, misalnya jarang diajak beraktivitas fisik dan anak terlalu sering digendong. Alhasil, otot-otot anak belum kuat untuk bisa berjalan sendiri dengan baik.
Namun jika stimulasi dari keluarga sudah tepat dan sesuai, IDAI mengemukakan penyebab anak terlambat berjalan bisa jadi karena kondisi medis yang mendasari, seperti masalah asupan nutrisi, down syndrome, cerebral palsy, atau masalah pada saraf tepi (sambungan otot-saraf), otot dan rangka, dan gangguan pada fungsi jantung dan parunya.
Kondisi seperti hipotonia (tonus otot yang menurun) dan hipertonia (tonus otot yang tinggi) juga dapat menyebabkan anak kesulitan berjalan karena masalah pada otot tubuh membuat si Kecil kurang bisa mengontrol keseimbangan tubuhnya.
Oleh sebab itu, jika khawatir dengan perkembangan bayi tak ada salahnya untuk berkonsultasi dengan dokter guna mengetahui penyebabnya.
Semoga artikel ini membantu, ya!
Referensi:
- Ikatan Dokter Anak Indonesia. https://www.idai.or.id/artikel/klinik/pengasuhan-anak/tips-melatih-anak-berdiri-dan-berjalan. Diakses pada 20 Oktober 2022.
- Ikatan Dokter Anak Indonesia. https://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/penggunaan-baby-walker. Diakses pada 20 Oktober 2022.
- Pregnancy Birth Baby. https://www.pregnancybirthbaby.org.au/learning-to-walk. Diakses pada 20 Oktober 2022.
- Baby Center. https://www.babycenter.com/baby/baby-development/baby-milestone-walking_6507. Diakses pada 20 Oktober 2022.
- Baby Center. https://www.babycenter.com/toddler/development/your-child-doesnt-walk-yet_12579. Diakses pada 20 Oktober 2022.
- Healthline. https://www.healthline.com/health/baby/signs-baby-will-walk-soon#how-to-encourage-walking. Diakses pada 20 Oktober 2022.
- Healthline. https://www.healthline.com/health/baby/how-to-teach-baby-to-walk#bare-feet. Diakses pada 20 Oktober 2022.
- Verywell Family. https://www.verywellfamily.com/when-will-my-toddler-start-walking-289857. Diakses pada 20 Oktober 2022.