Penyebab & Cara Mengatasi Keterlambatan Perkembangan Anak
Keterlambatan perkembangan anak bisa terjadi di enam ranah berbeda seperti motorik kasar, motorik halus, kognitif, sosial dan emosional, bicara dan bahasa reseptif, serta bicara dan bahasa ekspresif.
Ditulis oleh :
Tim Penulis
Diperkirakan 5 -10% anak Indonesia mengalami keterlambatan perkembangan. Maka dari itu, Ibu dan Ayah perlu mengenali red flags dalam perkembangan si Kecil.
Apa Itu Keterlambatan Perkembangan Anak?
Keterlambatan perkembangan anak adalah kondisi ketidakmampuan si Kecil mencapai dua atau lebih aspek perkembangan (milestones) yang diharapkan pada usianya.
Secara umum, aspek perkembangan anak meliputi beberapa ranah, yaitu motorik kasar, motorik halus, berbahasa, dan sosial-emosional.
Anak bisa dikatakan memiliki keterlambatan ketika ia mengalami keterlambatan perkembangan bermakna pada dua atau lebih ranah perkembangan sesuai usianya.
Misalnya, si Kecil belum bisa bicara di umur 2 tahun (ranah perkembangan bahasa) dan juga belum bisa berjalan (ranah perkembangan motorik kasar).
Penyebab Keterlambatan Perkembangan Anak
Ibu pasti bertanya-tanya apa saja yang menyebabkan keterlambatan tumbuh kembang anak. Ada beberapa faktor yang mungkin menjadi penyebabnya, antara lain:
- Terdapat perubahan atau kelainan dalam materi genetik si Kecil, contohnya Down Syndrome.
- Asupan nutrisi yang kurang baik pada masa kehamilan.
- Lingkungan yang tidak mendukung selama masa kehamilan.
- Kelahiran prematur.
- Tidak cukup oksigen saat lahir.
- Berat badan lahir rendah.
- Lingkungan tumbuh-kembang yang kurang ideal.
- Kurangnya stimulasi berkualitas.
- Ada kondisi kesehatan seperti infeksi telinga dan masalah penglihatan.
Jenis-Jenis Keterlambatan Perkembangan pada Anak
Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), ada enam jenis keterlambatan perkembangan anak yang perlu Ibu dan Ayah waspadai, yaitu:
1. Keterlambatan Perkembangan Motorik Kasar
Keterampilan motorik kasar melibatkan gerakan tubuh yang besar seperti melompat, naik tangga, atau melempar. Tanda keterlambatan perkembangan motorik kasar pada anak adalah:
- Gerakan anggota tubuh bagian kiri dan kanan tidak seimbang.
- Menetapnya refleks primitif hingga lebih dari usia 6 bulan.
- Otot anak terlihat tegang dan kaku sehingga menimbulkan gangguan gerak (hipertonia).
- Terjadi penurunan kemampuan otot tubuh sehingga si Kecil tampak lemas dan kesulitan menggerakkan tubuhnya (hipotonia).
- Adanya gerakan yang tidak terkontrol.
2. Keterlambatan Perkembangan Motorik Halus
Kebalikan dari motorik kasar, keterampilan motorik halus melibatkan gerakan kecil tubuh seperti memegang pensil atau memasang kancing. Keterlambatan di ranah ini umumnya ditandai:
- Telapak tangan bayi masih menggenggam setelah usia 4 bulan.
- Terlihat adanya handedness, yakni dominasi salah satu tangan, sebelum usia 1 tahun.
- Setelah usia 14 bulan, si Kecil masih sering melakukan eksplorasi oral.
- Anak terlihat kesulitan untuk fokus pada suatu objek visual.
- Kesulitan mengoordinasikan mata dan tangan dalam suatu aktivitas.
3. Keterlambatan Perkembangan Kognitif
Perkembangan kognitif melibatkan proses berpikir, belajar, eksplorasi, daya ingat, dan pemecahan masalah. Berikut tanda keterlambatan perkembangan anak di ranah kognitif:
- Si Kecil belum menguasai keterampilan fixation, yakni mengarahkan dan mempertahankan pandangannya pada suatu objek, pada usia 2 bulan.
- Sulit mengikuti gerak benda menggunakan mata pada usia 4 bulan.
- Tidak mampu memberi respons atau mencari sumber suara pada usia 6 bulan.
- Tidak bisa babbling alias mengoceh seperti “mama” atau “baba” pada usia 9 bulan.
- Kesulitan mengingat sesuatu.
- Tidak mampu menghubungkan sebab dan akibat.
- Tidak mengetahui fungsi benda umum seperti sisir, telepon, atau sendok pada usia 2 tahun.
- Tidak dapat mengikuti instruksi sederhana pada usia 2 tahun.
- Belum bisa mengucapkan kata yang berarti pada usia 24 bulan (2 tahun).
- Belum bisa menyusun kalimat yang terdiri dari 3 kata saat berusia 36 bulan (3 tahun).
Baca Juga: 5 Aktivitas untuk Maksimalkan Tahap Perkembangan Kognitif Anak
4. Keterlambatan Perkembangan Sosial dan Emosional
Perkembangan sosial dan emosional melibatkan proses mempelajari keterampilan memahami, mengungkapkan, dan mengelola perasaannya. Berikut adalah tanda keterlambatan yang umum ditunjukkan:
- Tidak tersenyum pada orang sekitarnya pada usia 3 bulan.
- Tidak tertawa atau menjerit pada usia 6 bulan.
- Tidak menunjukkan rasa senang di sekitar orang pada usia 7 bulan.
- Tidak menunjukkan minat pada permainan cilukba pada usia 8 bulan.
- Kurang bersuara maupun menunjukkan ekspresi wajah pada usia 9 bulan.
- Tidak memberikan respon saat dipanggil namanya pada usia 12 bulan.
- Belum bisa mengucapkan 1 kata pun pada usia 15 bulan.
- Tidak bisa bermain pura-pura pada usia 18 bulan.
- Belum ada gabungan 2 kata yang berarti saat usianya 24 bulan.
- Tidak bisa babbling atau tidak memiliki kemampuan untuk berinteraksi pada usia berapapun.
5. Keterlambatan Perkembangan Bicara dan Bahasa (Ekspresif)
Proses perkembangan bahasa si Kecil dengan orang di sekitarnya dimulai dengan cara menangis. Saat ada keterlambatan perkembangan anak di ranah ini, Ibu mungkin akan melihat tanda berikut:
- Tidak memberi respon pada suara keras pada usia 3 - 4 bulan.
- Tidak mampu mengoceh pada usia 3 - 4 bulan.
- Tidak mampu bicara satu kata bermakna pada usia 12 bulan.
- Belum terampil menunjuk untuk memperlihatkan ketertarikan terhadap suatu benda pada usia 20 bulan.
- Tidak bisa membuat kalimat yang bermakna setelah usia 24 bulan.
- Perkataan anak masih sulit dimengerti orang tua saat usianya 30 bulan.
6. Keterlambatan Perkembangan Bicara dan Bahasa (Reseptif)
Seiring dengan bertambahnya usia, si Kecil akan mulai merespon suara dan memahami perkataan orang-orang di sekitarnya. Berikut tanda keterlambatan yang perlu Ibu perhatikan:
- Tidak mampu menanggapi suara pada usia 7 bulan.
- Tidak memahami arti kata “dadah” atau “tidak” pada usia 1 tahun.
- Belum menguasai joint attention, yakni kemampuan mengarahkan perhatian mereka pada sesuatu bersama dengan orang lain, pada usia 20 bulan.
- Jika dipanggil namanya tidak selalu merespon.
- Kurangnya kemampuan berbagi perhatian.
- Masih sering mengulang-ulang perkataan orang lain (membeo) padahal usianya sudah 30 bulan.
Baca Juga: Tumbuh Kembang Anak Usia Dini yang Ideal, Seperti Apa?
Cara Mengatasi Keterlambatan Perkembangan Anak
Ibu dan Ayah pasti ingin tahu bagaimana cara mengatasi keterlambatan pada anak. Berikut ini beberapa upaya yang dapat Ibu lakukan:
1. Membaca Buku Bersama Anak
Kegiatan membaca buku bersama anak memiliki dampak positif pada proses keterampilan bahasa dan bicara si Kecil.
Semakin banyak kata yang anak dengar selama proses membaca bersama, semakin besar pula kesempatan baginya untuk mengembangkan dan memperkaya kosakata.
Jadi, dengan rutin membaca buku bersama keterlambatan perkembangan anak di ranah bicara dan bahasa bisa perlahan teratasi.
2. Batasi Penggunaan Gadget
Tahukah Ibu? Metode pembelajaran yang paling optimal adalah melalui interaksi langsung dengan orang lain, bukan melalui menonton televisi atau melalui gadget.
Oleh karena itu, IDAI menyarankan untuk mengurangi frekuensi anak menggunakan gadget maksimal 2 jam untuk anak 2 tahun ke atas.
Sementara anak di bawah 2 tahun, tidak disarankan untuk menggunakan gadget untuk bermain dan menonton video sama sekali.
3. Berikan Stimulasi Sesuai Usia
Stimulasi yang sesuai dengan kelompok usia si Kecil perlu Ibu berikan secara konsisten. Dengan begitu, ia bisa mencapai milestones perkembangan tepat waktu.
Contohnya adalah memberikan baby push walker pada anak usia 1 tahun supaya motorik kasarnya terasah dan ia lebih pandai berjalan.
Bisa juga memberikan satu mangkuk biji chia yang sudah direndam dalam air dan diberi pewarna makanan untuk mempertajam keterampilan motorik halus dan sensorik si Kecil.
4. Berikan Asupan Nutrisi Seimbang
Asupan nutrisi harian yang berkualitas merupakan salah satu kunci utama pertumbuhan dan perkembangan anak yang optimal, terutama di 1000 hari pertama kehidupannya.
Oleh karena itu, Ibu perlu memberikan makanan dengan lauk-pauk yang beragam supaya nutrisinya seimbang.
Padukan makanan sumber protein hewani dengan karbohidrat, serat, omega 3, sayur-mayur, buah-buahan, dan produk olahan susu.
5. Pastikan Anak Aktif
Untuk optimalkan perkembangan kognitif, motorik kasar, dan motorik halus si Kecil, Ibu perlu memastikan sehari-hari anak bergerak aktif selama minimal 60 menit.
Jumlah durasi minimal tersebut dapat Ibu bagi-bagi menjadi beberapa jenis kegiatan yang berbeda. Misalnya jalan-jalan keliling taman 10 menit di pagi hari.
Main lempar-tangkap bola 15 menit di siang hari. Kemudian, naik sepeda 35 menit mengelilingi komplek rumah di sore hari.
Baca Juga: 8 Ide Permainan Olahraga untuk Tumbuh Kembang Si Kecil
6. Rutin Melakukan Skrining
Dalam kunjungan skrining, dokter anak akan melakukan pemeriksaan fisik dan checklist pencapaian milestones perkembangan sesuai kelompok usia.
Dengan begitu, Ibu memiliki pemahaman mendalam mengenai kondisi si Kecil dan mendapatkan saran yang tepat untuk mendukung tumbuh kembangnya.
IDAI merekomendasikan anak usia 0-1 tahun untuk skrining tiap 1 bulan sekali, usia 1-2 tahun setiap 3 bulan sekali, dan usia 2-6 tahun setiap 6 bulan sekali.
Itulah beberapa cara yang dapat Ibu lakukan untuk memastikan dan mengatasi keterlambatan perkembangan anak.
Apabila Ibu mengamati adanya tanda-tanda keterlambatan perkembangan umum pada si Kecil, janganlah ragu untuk segera berkonsultasi dengan dokter di luar jadwal skrining rutin.
Sebab, keterlambatan perkembangan dapat ditangani melalui stimulasi dan terapi dini. Jika Ibu ingin melakukan konsultasi dengan tim ahli sekarang, yuk hubungi tim ahli melalui BebeCare.
Layanan interaktif ini tersedia selama 24/7 jadi dapat dihubungi kapan saja ketika Ibu membutuhkan tanpa perlu membuat janji terlebih dahulu. Gratis, Bu!