Kenali Ciri-Ciri DBD pada Bayi dan Cara Menanganinya
Demam berdarah (DBD) pada bayi dapat berakibat fatal jika tidak segera ditangani dengan tepat. Jadi, yuk, waspadai ciri-ciri DBD pada ba...
Ditulis oleh :
Tim Penulis
Ditinjau oleh :
Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK, FRSPH
Demam berdarah (DBD) pada bayi dapat berakibat fatal jika tidak segera ditangani dengan tepat. Jadi, yuk, waspadai ciri-ciri DBD pada bayi, cara pengobatan, dan cara mencegahnya agar si Kecil selalu aktif dan ceria!.
Ciri-Ciri DBD pada Bayi
Demam berdarah atau DBD disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan nyamuk Aedes aegypti betina. Nyamuk ini biasanya berkembang biak di dalam air yang menggenang, terutama di wilayah-wilayah dengan iklim hangat, tropis, dan lembap seperti Indonesia.
Gejala DBD biasanya baru mulai muncul 4 hingga 10 hari setelah bayi digigit pertama kali, dan gejalanya bisa berlangsung selama 2 hingga 7 hari. Akan tetapi, bayi belum bisa berkomunikasi dengan jelas tentang sakit yang dirasakannya. Maka itu, Ibu perlu mengenali ciri-ciri DBD pada bayi yang dapat terlihat secara kasat mata.
Berikut ini ciri-ciri DBD pada bayi yang perlu Ibu waspadai:
1. Demam
Salah satu ciri-ciri DBD pada bayi adalah demam. Demam akibat DBD berada dalam kisaran antara 37,5° Celsius hingga 40° Celsius yang biasanya berlangsung selama 2-7 hari.
Kadang, suhu tubuh bayi bahkan bisa turun di bawah 36° Celsius. Penurunan suhu tubuh ini sering disebut sebagai demam tapal kuda.
2. Lebih Rewel dan Gelisah
Demam yang dialami bayi menyebabkan rasa sakit kepala. Karena si Kecil belum dapat memberi tahu langsung keluhan yang dirasakan, satu-satunya cara untuk mengungkapkan ketidaknyamanannya kepada Ibu adalah dengan menangis dan menjadi mudah rewel. Bayi juga mungkin rewel karena menolak untuk makan, atau karena gangguan pencernaan yang disertai dengan nyeri perut, mual, dan muntah. Bayi mungkin sama sekali tidak mau menyusu dan nafsu makan berkurang secara drastis.
3. Muncul Bintik Merah
Ciri-ciri DBD selanjutnya adalah timbulnya bintik merah pada kulit bayi. Hal ini disebabkan oleh penurunan jumlah trombosit dalam darah.
Jumlah bintik merah ini bisa bervariasi, tergantung pada tingkat trombosit dalam tubuh bayi. Bintik-bintik merah ini umumnya tidak dapat dihilangkan bahkan jika kulit bayi ditarik atau diregangkan.
4. Muncul Perdarahan atau Memar
Bayi yang terinfeksi DBD sering kali mengalami perdarahan yang tidak lazim dan dapat mengalami memar pada saat yang bersamaan.
Perdarahan biasanya terjadi di area seperti gusi, hidung, saat buang air kecil dan buang air besar yang disertai dengan keluarnya darah.
Ketika terjadi perdarahan, si Kecil biasanya akan terlihat pucat karena kehilangan cairan dari pembuluh darah, dan ini bisa menandakan bayi mengalami gejala berat. Namun, tidak semua bayi akan mengalami perdarahan ketika terinfeksi DBD ya, Bu.
5. Muntah-Muntah
Bayi yang terinfeksi DBD juga berisiko mengalami muntah-muntah. Biasanya muntah yang menjadi gejala DBD pada bayi terjadi hingga 3 kali dalam sehari. Hal ini dikarenakan perut bayi yang terinfeksi virus dengue dapat menjadi sangat tidak nyaman, sehingga mual dan muntah menjadi respons alami tubuhnya.
Muntah berulang ini dapat menyebabkan bayi kehilangan cairan dan nutrisi yang penting, sehingga membuat bayi merasa lemah, letih, dan tidak mau menyusu.
6. Napas Menjadi Cepat
Salah satu efek yang dapat muncul pada bayi yang terinfeksi DBD adalah peningkatan kecepatan napas. Cairan yang bertugas membawa sel darah, seperti plasma darah, dapat merembes keluar pembuluh darah.
Cairan tersebut dapat dengan mudah berkumpul di dalam paru-paru bayi. Hal ini dapat menyebabkan si Kecil mengalami sesak napas, yang sering kali ditandai dengan pernapasan yang cepat.
Baca Juga: 9 Cara Mengatasi Biang Keringat pada Bayi
Fase DBD pada Bayi
Selain perlu mengetahui gejala apa saja yang muncul akibat DBD, Ibu juga harus tahu fase demam ketika si Kecil terinfeksi DBD. Terdapat beberapa fase demam dalam DBD pada bayi sebagai berikut.
1. Fase Demam
Demam menjadi gejala awal yang muncul akibat terinfeksi DBD. Demam tinggi dapat datang secara tiba-tiba dan berlangsung selama 2-7 hari.
Pada tahap ini, demam tinggi sering disertai dengan gejala seperti sakit kepala, nyeri otot dan sendi (rasa pegal atau ngilu saat bergerak), serta timbulnya bintik-bintik merah pada kulit. Selain itu, si Kecil mungkin mengalami penurunan nafsu makan, merasa mudah mual, dan muntah.
Jika Ibu merasa curiga melihat si Kecil sedang mengalami fase demam akibat infeksi DBD, segeralah bawa ia berobat ke dokter dan melakukan pemeriksaan darah di laboratorium.
Pengecekan darah sangat penting untuk mengetahui penurunan jumlah sel darah putih atau trombosit. Sebab, sulit untuk membedakan si Kecil benar-benar mengalami demam berdarah atau ada indikasi penyakit lain.
2. Fase Kritis
Fase selanjutnya muncul pada hari ke-4 hingga ke-6 sejak demam pertama kali muncul, yang dapat dikatakan sebagai fase kritis.
Pada fase ini, beberapa gejala DBD pada bayi yang wajib Ibu perhatikan yaitu muncul gejala muntah yang terjadi terus-menerus, pendarahan dari hidung dan gusi, nyeri perut, muntah darah, hingga buang air besar (BAB) berdarah.
Suhu tubuh bayi yang sedang mengalami fase kritis biasanya akan mengalami penurunan, terutama di ujung lengan dan kaki. Ibu mungkin salah mengira bahwa si Kecil sudah mulai pulih karena suhu tubuhnya tampak kembali normal.
Akan tetapi, penurunan suhu ini sebenarnya merupakan tanda syok dan penurunan jumlah trombosit yang berbahaya. Si Kecil mungkin akan terlihat lebih lemas dan bahkan mengalami penurunan tingkat kesadaran. Untuk itulah, fase ini tidak boleh diabaikan, Bu.
3. Fase Pemulihan
Fase terakhir adalah fase pemulihan yang terjadi dalam jangka waktu 48-72 jam setelah demam mulai mereda.
Pada fase ini, sering kali terlihat tanda-tanda si Kecil akan kembali sehat, mulai dari nafsu makan yang membaik, bayi menjadi lebih ceria, hingga buang air kecil yang kembali normal atau lebih banyak dari biasanya.
Pada fase pemulihan juga dapat dilihat adanya perbaikan dari hasil pemeriksaan laboratorium, yaitu jumlah trombosit yang mengalami peningkatan yang cepat hingga mencapai level normal serta nilai hematokrit (perbandingan antara jumlah sel darah merah dan volume darah total dalam persen) yang berada dalam rentang normal.
Baca Juga: Si Kecil Diare? Ketahui Penyebab dan Cara Mengatasinya di Sini
Apakah DBD pada Bayi Berbahaya?
Anak yang terkena DBD biasanya akan sembuh dalam waktu seminggu atau lebih. Namun, pada beberapa kasus, ciri-ciri DBD pada bayi dapat cepat memburuk dan bahkan berakibat fatal. Kondisi ini disebut dengue berat atau sindrom syok dengue.
Kasus ini sebetulnya jarang terjadi. Akan tetapi, bayi yang pernah menderita DBD sebelumnya berisiko tinggi mengalami sindrom syok dengue. Ini dapat terjadi ketika pembuluh darah rusak dan bocor. Jumlah trombosit dalam aliran darah mengalami penurunan, sehingga bisa menyebabkan syok, perdarahan internal, kegagalan organ, bahkan kematian.
Gejala demam berdarah parah yang perlu Bunda waspadai, antara lain:
-
Sakit perut yang parah.
-
Muntah terus-menerus.
-
Perdarahan di gusi atau hidung.
-
Perdarahan di bawah kulit, yang terlihat seperti memar.
-
Sulit bernapas atau terengah-engah.
-
Kelelahan.
-
Mudah marah atau gelisah.
Apabila si Kecil memiliki tanda-tanda seperti di atas, segera bawa ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan medis secepatnya.
Cara Pengobatan DBD pada Bayi
DBD menjadi ancaman serius saat memasuki musim pancaroba dan perlu segera diberi penanganan apabila bayi menunjukkan gejala-gejala yang telah dijelaskan sebelumnya. Hal ini bisa mendapatkan perawatan lanjutan yang diperlukan.
Di bawah ini beberapa pertolongan pertama DBD pada bayi yang dapat Ibu lakukan di rumah:
-
Pastikan agar si Kecil tidak mengalami dehidrasi dengan memberikan ASI lebih sering daripada biasanya. Bayi yang berusia 6 bulan ke bawah sebaiknya hanya diberikan ASI. Air putih bisa diberikan ketika usia bayi telah melebihi 6 bulan.
-
Untuk mengatasi demam pada bayi, Ibu dapat memberikan obat penurun demam sesuai dengan resep yang diberikan oleh dokter.
-
Pastikan si Kecil mendapatkan istirahat yang cukup.
-
Berikan kompres air hangat pada dahi, ketiak, atau lipatan selangkangan untuk meredakan panas.
Cara Mencegah DBD
Hingga saat ini kasus DBD masih tinggi menyerang anak dan bayi berusia kurang dari 15 tahun. Jika dilihat dari data Kementerian Kesehatan RI, pada 2022 terdapat total 131.265 kasus DBD, dan 40% kasus terjadi pada si Kecil yang berusia 0-14 tahun.
Maka dari itu, lebih baik melakukan pencegahan penularan virus dengue daripada harus mengobatinya. Adapun beberapa langkah yang bisa diambil untuk mencegah si Kecil dari ciri-ciri DBD pada bayi, serta menjaga anggota keluarga di rumah agar terhindar dari gigitan nyamuk yang membawa virus dengue. Berikut daftarnya.
-
Memberikan imunisasi sesuai jadwal pada si Kecil. Vaksin dengue pertama kali dikembangkan di Indonesia sejak tahun 2016 dan telah mendapatkan persetujuan resmi dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Namun, vaksin mulai dapat diberikan pada anak usia minimal 6 tahun.
-
Menjaga kebersihan rumah dengan cara membersihkan barang-barang yang dapat menampung air, seperti ember, baskom, dan pot. Sebab, genangan air dapat menjadi tempat berkembang biak nyamuk.
-
Memakai kelambu saat tidur untuk mencegah nyamuk berada di sekitar si Kecil, Ibu, dan Ayah. Menggunakan kelambu bisa menjadi alternatif yang lebih aman daripada mengandalkan obat nyamuk kimia termasuk obat nyamuk semprot.
-
Sering membersihkan bak mandi atau tempat penampungan air di rumah agar tidak ada jentik-jentik.
-
Memasang kasa pada kusen jendela dan pintu untuk mencegah masuknya nyamuk ke dalam rumah.
-
Gunakan krim pengusir nyamuk pada kulit, tapi pastikan kandungannya aman dan efektif untuk kulit bayi yang sensitif.
Nah, itulah apa saja yang perlu Ibu ketahui tentang ciri-ciri DBD pada bayi, mulai dari gejala, pengobatan, hingga cara mencegahnya.
Ibu juga bisa, lho, menanyakan apa saja terkait tumbuh kembang si Kecil dengan menghubungi layanan BebeCare. Seluruh pertanyaan dan kecemasan Ibu akan dijawab oleh tim BebeCare kapan saja! Yuk Bu, hubungi BebeCare dan dukung si Kecil jadi anak hebat yang sehat!