Perbedaan Kolik dan Kembung pada Bayi serta Cara Penanganannya
Kolik dan kembung bisa dibedakan dari definisi, penyebab, gejala, dan cara mengatasinya.
Ditulis oleh :
Tim Penulis
Ditinjau oleh :
Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK, FRSPH


Bayi menangis terus menerus bisa jadi tanda kolik atau kembung, tapi banyak orang tua kesulitan membedakan keduanya. Yuk, cari tahu perbedaan kolik dan kembung serta cara mengatasinya!
Perbedaan Kolik dan Kembung pada Bayi
Kolik dan kembung sering kali dianggap sama, karena keduanya menyebabkan bayi menjadi lebih rewel dan menangis.
Kolik adalah kondisi ketika bayi yang terlihat sehat menangis terus menerus tanpa penyebab yang jelas. Kolik umumnya terjadi pada bayi usia 2 minggu hingga 4 bulan.
Sementara itu, kembung adalah kondisi di mana terdapat penumpukan gas berlebih di dalam perut bayi karena sistem pencernaannya belum matang.
Perbedaan Penyebab Kolik dan Kembung pada Bayi
Selain dari definisi, perbedaan kolik dan kembung juga bisa dilihat dari penyebabnya. Berikut penjelasan lengkapnya:
1. Penyebab Kolik
Tidak diketahui secara pasti apa yang menyebabkan beberapa bayi mengalami kolik. Namun, beberapa kondisi berikut bisa meningkatkan risiko kolik pada bayi:
- Ketidakseimbangan bakteri baik dalam usus.
- Reaksi alergi atau intoleransi makanan tertentu.
- Sistem pencernaan bayi yang belum berkembang sepenuhnya.
- Porsi makan bayi yang tidak sesuai dengan usianya.
- Bayi jarang bersendawa.
Seiring bertambahnya usia, gejala kolik pada bayi membaik dan hilang dengan sendirinya setelah usia 4 bulan.
2. Penyebab Kembung pada Bayi
Kembung pada bayi lebih sering disebabkan oleh faktor pencernaan dan pola makan. Beberapa penyebab utama kembung meliputi:
- Bayi menelan udara saat menyusu atau menangis.
- Sistem pencernaan yang belum berkembang, sehingga makanan tidak terurai sepenuhnya.
- Mengonsumsi makanan padat dapat menyebabkan gas yang memicu perut kembung.
- Gangguan pencernaan, seperti sembelit yang menyebabkan gas terperangkap.
- Bayi mungkin sensitif terhadap susu formula tertentu atau makanan yang Bunda konsumsi selama menyusui.
Perbedaan Gejala Kolik dan Kembung pada Bayi
Perbedaan kolik dan kembung pada bayi juga bisa Ibu ketahui dari gejalanya. Berikut ini perbedaan di antara keduanya:
1. Gejala Kolik pada Bayi
Bayi yang mengalami kolik biasanya menunjukkan gejala-gejala berikut ini:
- Menangis lebih dari 3 jam sehari, terjadi setidaknya 3 hari dalam seminggu, dan berlangsung selama minimal seminggu.
- Tangisan bayi terdengar sangat keras, bahkan terdengar seperti teriakan kesakitan.
- Bayi rewel dan sulit ditenangkan meskipun tangisannya sudah mereda.
- Perubahan fisik, seperti wajah yang memerah atau kulit yang terlihat meradang.
- Tangisan bayi tidak disertai alasan yang jelas, seperti lapar, popok basah, atau mengantuk.
- Bayi sering menangis di malam hari.
- Tubuh bayi terlihat menegang, seperti kaki yang diangkat atau kaku, lengan yang tegang, tangan yang mengepal, punggung yang melengkung, atau perut yang terasa keras.
2. Gejala Kembung pada Bayi
Meskipun sama-sama membuat bayi lebih rewel, bayi yang mengalami kembung akan disertai dengan gejala-gejala berikut:
- Bayi tampak tidak nyaman dan sering menggeliat.
- Menarik kaki ke dada, lalu merenggangkan tubuh dan melengkungkan punggung.
- Sering kentut atau bersendawa.
- Bayi mengalami kesulitan menyusu.
- Perut bayi terasa keras atau kencang.
- Bayi mengalami muntah setelah menyusu.
- Perut bayi mengeluarkan suara-suara seperti berdeguk atau menggelembung.
- Bayi tidak tertarik untuk menyusu atau makan seperti biasanya.
Bagaimana Cara Mengetahui Apakah Bayi Kembung atau Kolik?
Untuk mengetahui apakah si Kecil mengalami kembung atau kolik, Ibu bisa mengacu pada beberapa hal berikut:
1. Amati Durasi dan Pola Tangisan
Kolik biasanya ditandai dengan bayi yang menangis selama minimal 3 jam dalam sehari, terjadi setidaknya 3 hari dalam seminggu, dan berlangsung selama 3 minggu atau lebih.
Tangisan akibat kolik juga sering terjadi pada waktu yang sama setiap hari, biasanya di sore atau malam hari.
Sebaliknya, bayi yang kembung biasanya hanya menangis dalam waktu yang lebih singkat, terutama saat gas dalam perutnya belum keluar.
Setelah gas keluar, bayi akan merasa lebih nyaman dan tangisannya mereda.
2. Beda Pola Tangisan
Tangisan akibat kolik cenderung lebih intens, bernada tinggi, dan terdengar seperti teriakan atau tangisan kesakitan. Selain itu, bayi tetap rewel bahkan setelah tangisannya berhenti.
Sementara itu, bayi yang kembung cenderung menangis saat berusaha mengeluarkan gas, tetapi tangisannya akan berkurang begitu gas dalam perutnya keluar.
3. Perubahan pada Tubuh Bayi
Saat mengalami kolik, bayi mungkin akan mengalami perubahan tubuh, seperti wajah memerah atau kulit di sekitar mulut tampak lebih pucat.
Pada bayi yang kembung, perubahan fisik yang terlihat dengan jelas yaitu perutnya tampak membengkak atau terasa keras saat disentuh.
Cara Mengatasi Kolik pada Bayi
Jika si Kecil mengalami gejala-gejala kolik seperti di atas, Ibu bisa bantu atasi dengan cara berikut ini:
- Setelah menyusui, gendong bayi dalam posisi tegak dan tepuk-tepuk punggungnya dengan lembut untuk membantu mengeluarkan udara yang mungkin tertelan saat menyusu.
- Mandikan bayi dengan air hangat untuk membantu meredakan ketegangan otot-otot perutnya dan memberikan rasa nyaman.
- Saat si Kecil menangis terus menerus, Ibu bisa coba menggendong atau memeluknya untuk memberikan rasa nyaman dan aman.
- Pastikan bayi menyusu dalam posisi tegak untuk membantu mencegah masuknya udara berlebihan ke dalam perutnya.
- Jika Ibu menyusui, hindari konsumsi kafein, bawang, kubis, dan makanan pedas yang menyebabkan masalah pencernaan pada bayi.
- Ayunkan bayi dengan lembut untuk membantunya merasa lebih tenang dan nyaman.
- Jauhkan bayi dari suara keras, cahaya terang, atau keramaian yang dapat memperburuk kolik.
- Berikan pijatan lembut pada perut bayi dengan gerakan memutar searah jarum jam.
Baca Juga: 6 Manfaat Pijat Bayi dan Cara Aman Melakukannya
Cara Mengatasi Kembung pada Bayi
Ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk membantu mengatasi kembung pada bayi, antara lain:
- Gendong bayi dengan posisi kepala lebih tinggi dari perutnya. Selain membantu meredakan gas, posisi ini juga membantu bayi bersendawa.
- Setelah menyusu, usap atau tepuk-tepuk punggung bayi dengan lembut untuk membantunya bersendawa.
- Usap lembut perut bayi dengan gerakan melingkar searah jarum jam atau berlawanan arah jarum jam.
- Gerakkan kaki bayi perlahan-lahan seperti gerakan mengayuh sepeda untuk membantu mengeluarkan gas yang terperangkap di dalam perut bayi.
- Perbanyak tummy time untuk membebaskan gas yang terperangkap, sekaligus memperkuat otot-otot tubuh bagian atas dan mendorong bayi untuk meninggikan kepala.
- Saat menyusui, pastikan posisi kepala bayi lebih tinggi dari perutnya untuk mencegah bayi menelan terlalu banyak udara saat menyusu.
- Usahakan untuk menyusui bayi sebelum menangis karena lapar. Bayi yang menangis cenderung menelan lebih banyak udara saat menyusu yang akan memicu kembung.
Baca Juga: 12 Cara Tradisional Mengatasi Perut Kembung pada Bayi
Kapan Harus Menghubungi Dokter?
Meskipun kembung dan kolik umumnya bukan kondisi yang berbahaya, ada beberapa tanda yang memerlukan perhatian medis.
1. Tanda-Tanda Kolik yang Perlu Diperhatikan
Berikut beberapa tanda kolik pada bayi yang mengharuskan Ibu segera berkonsultasi dengan dokter:
- Tidak tumbuh atau bertambah berat badan seperti bayi seusianya.
- Memiliki gejala kolik setelah berusia 4 bulan.
- Bayi tidak mau menyusu dengan baik.
- Terdapat darah pada kotoran bayi.
- Bayi muntah berwarna hijau (empedu) atau muntah dengan kuat.
- Gejala kolik muncul setelah bayi mulai mengonsumsi susu formula.
- Ibu merasa kesulitan untuk menenangkan atau mengatasi tangisan bayi.
2. Tanda-Tanda Kembung yang Membutuhkan Perhatian Medis
Ibu juga perlu mewaspadai tanda-tanda kembung yang butuh penanganan dokter seperti berikut:
- Bayi tidak buang air besar, BAB berdarah, atau muntah.
- Bayi mengalami reaksi alergi (gatal-gatal, muntah, ruam, wajah bengkak, kesulitan bernapas).
- Popok bayi tidak penuh seperti biasa.
- Berat badan bayi tidak bertambah.
- Menolak makan atau nafsu makannya menurun drastis.
- Bayi mengalami demam.
- Mengalami gangguan pencernaan, seperti diare atau sembelit.
Dengan memahami berbagai perbedaan kolik dan kembung, Ibu bisa memberikan perawatan terbaik bagi si Kecil dan mengurangi rasa khawatir berlebihan.
Ibu juga bisa bertanya langsung ke tim ahli Bebecare yang siap menjawab pertanyaan Ibu soal pencernaan si Kecil 24/7 secara gratis tanpa perlu buat janji.
Semoga artikel ini membantu ya, Bu!