Penyebab Kolik pada Bayi dan Cara Tepat Mengatasinya

Penyebab kolik pada bayi adalah gangguan pencernaan seperti kembung. Namun, tahukah Ibu kalau alergi susu sapi juga bisa membuat bayi kolik?

Ditulis oleh : Tim Penulis

4 min
11 May 2022
Penyebab kolik pada bayi - Bebeclub


Kolik adalah kondisi bayi yang menangis terus selama berjam-jam dan sangat sulit ditenangkan. Apa penyebab kolik pada bayi, ciri, dan bagaimana mengatasinya? Cari tahu di sini, yuk!

Penyebab Kolik pada Bayi

Apa penyebab pasti dari kolik belum banyak diketahui. Akan tetapi, ada beberapa hal yang diduga dapat memicu kolik pada bayi. Apa saja? 

1. Perut Kembung

Kolik pada bayi dapat dipicu oleh gas yang menumpuk dalam perut. Biasanya, hal ini terjadi karena si Kecil menangis kencang atau menyusu terburu-buru sehingga justru menelan terlalu banyak udara. 

Perut kembung pada bayi juga bisa terjadi jika si Kecil tidak disendawakan setelah selesai minum ASI. 

2. Alergi Susu Sapi

Berdasarkan laporan IDAI, alergi terhadap protein dalam susu sapi dapat menjadi penyebab kolik pada bayi.

Ketika bayi dengan alergi susu sapi mengonsumsi susu (baik langsung maupun melalui ASI jika ibunya mengonsumsi produk susu), tubuhnya akan melepaskan zat kimia seperti histamin sebagai respons.

Reaksi ini dapat menyebabkan peradangan pada pencernaan. Lalu, muncul gejala seperti perut kembung dan buang angin yang membuat bayi rewel dan menangis terus seperti kolik.

3. Intoleransi Laktosa

Intoleransi laktosa adalah kondisi di mana sistem pencernaan si Kecil tidak bisa mencerna gula yang terdapat dalam susu (laktosa). 

Hal ini bisa disebabkan oleh perkembangan sistem pencernaan yang belum sempurna, kadar enzim laktase yang belum optimal, atau si Kecil terlalu banyak minum susu. 

Jika penyebab kolik pada bayi adalah intoleransi laktosa, tangisan biasanya disertai BAB encer berbau asam, kulit anus kemerahan, perut agak kembung, dan suara keroncongan dari perut. 

Baca Juga: 8 Penyebab Bayi Muntah Setelah Minum ASI dan Cara Mengatasinya

4. Refluks Gastroesofagus (GER)

Katup pembatas antara kerongkongan dan lambung bayi belum sempurna. Oleh karena itu, ASI yang sudah masuk ke lambung dapat dengan mudah naik ke mulut dan terjadilah gumoh. 

Jika bayi sering gumoh, kerongkongannya akan lebih sering terpapar asam lambung. Hal tersebut membuat kerongkongan iritasi dan terasa sakit. 

Si Kecil yang merasa kesakitan dan tidak nyaman pada akhirnya menangis terus-menerus dan susah sekali ditenangkan alias kolik. 

5. Ada Gangguan Pencernaan 

Kurang dari 10% penyebab kolik pada bayi berasal dari masalah pada pencernaan, seperti sembelit, infeksi virus, atau infeksi bakteri.

Jika bayi terlalu sering kolik dengan disertai gejala gangguan pencernaan tertentu, sebaiknya segera bawa ke dokter. Ibu juga dapat monitor kondisi pencernaan si Kecil lewat tools AI Poop Tracker di BebeJourney. 

6. Lingkungan yang Tidak Nyaman

Bayi kolik karena ia sensitif terhadap lingkungan sekitarnya. Misalkan, silau karena cahaya yang terang, merasa berisik mendengar suara yang kencang, dan berbagai hal baru lainnya. 

Sebab, kini ia sudah berada di lingkungan baru yang berbeda dengan lingkungan di dalam rahim Ibu.

Berada dalam lingkungan yang tidak nyaman seperti ruangan yang terlalu dingin atau terlalu panas juga dapat memicu kondisi ini. 

7. Faktor Psikologis

Si Kecil dapat merasakan emosi dan suasana hati Ibu. Jadi ketika Ibu merasa stres, si Kecil kerap kali ikut rewel dan susah untuk ditenangkan. 

Maka, sebaiknya Ibu coba untuk menenangkan diri lebih dulu. Taruh bayi di dalam boks tidurnya kemudian menjauh sejenak untuk menenangkan diri selama 10-15 menit. 

Sementara itu, Ibu dapat meminta tolong Ayah atau anggota keluarga lain untuk bergantian mengawasi bayi. Ketika sudah agak tenang, yuk, peluk si Kecil untuk membuatnya lebih nyaman. 

Baca Juga: Penyebab dan Cara Menenangkan Bayi Rewel di Malam Hari

Ciri-Ciri Kolik pada Bayi

Berikut ciri-ciri kolik pada bayi yang perlu Ibu ketahui supaya bisa membedakan tangisan kolik dengan tangisan lain: 

  • Tangisan berlangsung lebih dari 3 jam dalam satu hari, selama 3 hari dalam 1 minggu. 
  • Tangisan lebih sering muncul di malam hari menjelang waktu tidur.
  • Tangisan sangat sulit ditenangkan. 
  • Tangan tergenggam kuat saat menangis. 
  • Muka tampak memerah dan ekspresinya tampak kesakitan. 
  • Kaki dan tangan terangkat tampak kaku, dengan punggung yang melengkung.
  • Perut bayi berbunyi “keroncongan” atau sangat kembung. 
  • Perut terlihat tegang, keras, dan bengkak. 
  • Bayi sering kentut.

Cara Mengatasi Kolik pada Bayi

Walaupun tidak berbahaya, tapi penting untuk mencari tahu tindakan yang bisa mengurangi keparahan kolik bayi. Berikut beberapa cara mengatasi kolik yang bisa Ibu coba: 

  • Pastikan popok si Kecil kering. 
  • Perbaiki posisi menyusui (perlekatan). 
  • Sendawakan bayi sebelum berganti payudara dan setelah menyusu. 
  • Pijat bayi dengan lembut. 
  • Mandikan si Kecil dengan air hangat. 
  • Coba hentikan sementara konsumsi kafein dan produk susu. 
  • Coba nyanyikan lagu favorit si Kecil. 
  • Ajak si Kecil berbicara dengan nada tenang. 
  • Ajak si Kecil jalan-jalan dengan kereta dorong (stroller). 
  • Tengkurapkan si Kecil di pangkuan Ibu lalu tepuk-tepuk lembut punggungnya. 
  • Untuk bayi kurang dari 2 bulan, bedong longgar si Kecil untuk mengurangi stimulasi. 
  • Redupkan lampu kamar.

Apabila kolik membuat Ibu khawatir atau disertai demam, bayi tampak kurang aktif, tidak mau menyusu, diare, muntah, dan mengalami penurunan BB, sebaiknya segera hubungi dokter. 

Walau begitu, perlu diingat bahwa pada dasarnya penyebab kolik pada bayi tidak berbahaya dan kolik akan berangsur hilang dengan sendirinya saat si Kecil memasuki usia 4 bulan. 

Semoga si Kecil tidak rewel lagi, ya!

 

 

 

Pilih Artikel Sesuai Kebutuhan Ibu


Temukan Topik Lainnya

  1. IDAI | Kolik pada Bayi (Bagian 1). (2015). Idai.or.id. https://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/kolik-pada-bayi-bagian-1
  2. IDAI | Kolik pada Bayi (Bagian 2). (2015). Idai.or.id. https://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/kolik-pada-bayi-bagian-2
  3. Colic: Symptoms, Causes & Treatment. (2023, September 7). Cleveland Clinic. https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/10823-colic
  4. Colic: How to soothe your baby, calm your nerves-Colic - Symptoms & causes - Mayo Clinic. (2022). Mayo Clinic. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/colic/symptoms-causes/syc-20371074
  5. Colic (for Parents). (2023). Kidshealth.org. https://kidshealth.org/en/parents/colic.html
  6. ‌Siel Daelemans, et al. (Update 7 September 2018). Recent advances in understanding and managing infantile colic. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6134333/. Diakses pada 16 Oktober 2021
  7. Bernie Endyarni Medise.Update 30 April 2014. Stimulasi pijat: Keamanan dan Manfaat. https://www.idai.or.id/artikel/klinik/asi/stimulasi-pijat-keamanan-dan-manfaat. Diakses pada 20 Oktober 2021
  8. Teck Meng Lawrence Lam, et al. 2019. Approach to infantile colic in primary care. Diambil dari: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6351691/. Diakses Oktober 2021
  9. Eline L. Moller. 2019. Infant crying and the calming response: Parental versus mechanical soothing using swaddling, sound, and movement. Diambil dari: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6481793/. Diakses November 2021
  10. Baby Center. https://www.babycenter.com/baby/crying-colic/colic-in-babies-what-it-is-how-long-it-lasts-and-what-you-ca_77. Diakses pada 23 November 2022.
  11. Web MD. https://www.webmd.com/parenting/baby/colic-remedies. Diakses pada 23 November 2022.


Artikel Terkait