5 Penyebab BAB Bayi Encer Berwarna Kuning dan Solusinya
Warna feses bayi normal adalah kuning berbiji dengan tekstur lembek. Jika teksturnya encer sangat berair sampai merembes keluar popok, ini salah satu tanda gangguan pencernaan.
Ditulis oleh :
Tim Penulis
Ditinjau oleh :
Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK, FRSPH
Melihat BAB bayi encer berwarna kuning tentu membuat Ibu khawatir. Apakah ini artinya bayi mengalami diare atau gangguan pencernaan lain? Temukan jawaban dan solusinya di artikel ini, Bu!
BAB Bayi Encer Berwarna Kuning, Apakah Normal?
BAB encer berwarna kuning adalah kondisi normal, terutama pada bayi yang mengonsumsi ASI.
Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), warna kuning pup berasal dari sterkobilin, zat buangan dari empedu. Jadi apabila Ibu melihat BAB bayi berwarna kuning dan encer, tak perlu khawatir.
Agar lebih yakin, Ibu bisa cek kondisi pencernaan si Kecil lewat AI Poop Tracker di Bebe Journey. Cukup fotokan popok si Kecil, dan Ibu bisa dapatkan hasil analisisnya dalam 60 detik untuk dikonsultasikan lebih lanjut ke dokter.
Kenapa BAB Bayi Encer Berwarna Kuning?
Warna feses bayi normal adalah kuning atau cokelat berbiji dengan tekstur lembek seperti selai kacang. Lalu, adakah penyebab BAB bayi encer berwarna kuning yang tidak normal?
1. Diare
Feses kuning encer termasuk wajar asal frekuensi BAB bayi masih sekitar 3-4 kali sehari. Ini pertanda ASI mengalir melalui pencernaan dengan cepat.
Namun jika BAB bayi encer berwarna kuning, keluar lebih dari 3 kali dalam sehari, dengan tekstur sangat berair sampai merembes keluar dari popok, ini pertanda diare pada bayi akibat infeksi rotavirus.
Diare yang disebabkan rotavirus bisa berwarna kuning lemon cerah, coklat keruh seperti lumpur, atau putih susu dengan bau yang menyengat.
Baca Juga : 5 Penyebab Bayi Mencret Setelah Minum ASI dan Cara Mengatasinya
2. Alergi Makanan atau Obat
Pup bayi berwarna kuning encer juga bisa disebabkan oleh reaksi alergi terhadap makanan tertentu, seperti alergi terhadap susu, atau zat-zat dalam obat yang Ibu konsumsi.
Ciri feses bayi diare umumnya mirip dengan ciri feses bayi alergi susu. Satu hal yang paling membedakan adalah adanya darah pada feses. Mungkin juga BAB-nya berlendir.
3. Intoleransi Laktosa
Intoleransi laktosa jarang terjadi pada bayi, karena biasanya mulai terjadi pada anak usia 2 tahun. Namun, beberapa bayi dapat mengalaminya sejak lahir akibat kekurangan enzim laktase.
Salah satu ciri khas intoleransi laktosa pada bayi adalah feses encer dan berair, atau BAB berbusa. Feses si Kecil mungkin juga bersifat asam, yang dapat memicu ruam popok.
4. Gejala Tumbuh Gigi
Jika usianya sudah memasuki 4–6 bulan, feses berwarna kuning encer mungkin merupakan salah satu efek samping dari proses pertumbuhan gigi.
Ketika tumbuh gigi, bayi cenderung berliur lebih banyak dari biasanya dan sebagiannya dapat tertelan. “Ekstra” cairan inilah yang membuat tekstur pup menjadi lebih encer dari biasanya.
5. Hepatitis
Di Indonesia, 90-95% kasus hepatitis B pada bayi merupakan akibat penularan dari ibu selama kehamilan. Bayi yang terinfeksi hepatitis B memiliki risiko hingga 80% untuk mengalami penyakit kronis atau sirosis.
Gangguan hati seperti sirosis dan hepatitis dapat menghilangkan garam empedu, yang penting untuk mencerna makanan dan menyerap nutrisi. Hal ini dapat menyebabkan BAB bayi encer berwarna kuning.
Baca Juga: 13 Warna BAB Bayi dan Artinya untuk Kesehatan si Kecil
Cara Mengatasi BAB Bayi yang Berwarna Kuning dan Encer
Kuning mustard atau kuning kunyit adalah warna pup yang normal dan tak perlu diobati, jika disertai gejala sakit. Meski begitu, menjaga kesehatan pencernaan bayi tetap penting.
1. Teruskan Menyusui Eksklusif
Sebisa mungkin teruslah memberikan ASI secara eksklusif minimal selama 6 bulan pertama usianya. Sebab, ASI kaya nutrisi penting dan antibodi yang mendukung kesehatan pencernaan bayi.
Kandungan protein dalam ASI dapat mengikat vitamin B12 yang membantu mengendalikan pertumbuhan mikroorganisme di saluran pencernaan.
2. Pastikan Posisi Menyusui Bayi Benar
Pastikan posisi menyusui sudah benar untuk mengurangi risiko tertelannya udara dan mencegah perut kembung pada bayi.
Ketika menyusu, posisikan bayi dengan kepala tegak menghadap payudara dan hidung mengarah ke puting, sementara badan bayi menempel pada tubuh Ibu.
3. Sendawakan Bayi
Menyendawakan bayi setelah menyusui juga penting demi menjaga kesehatan pencernaan si Kecil. Bersendawa dapat membantu membuang udara yang ditelan bayi saat menyusu.
Jika Ibu tidak menyendawakan setelah menyusui, bayi berisiko mengalami gumoh, menjadi lebih rewel, dan mengalami kembung.
4. Jaga Kebersihan Breast Pump dan Payudara
Selalu bersihkan breast pump dan peralatan lain setelah digunakan untuk mencegah risiko kontaminasi kuman. Kuman dapat menyebabkan BAB bayi encer berwarna kuning karena diare jika tertelan bayi.
Selain itu, perhatikan juga kebersihan payudara. Cukup bersihkan area puting dengan air, tak perlu sabun karena dapat menghilangkan pelumas alami pada puting.
Pelumas alami ini bisa mencegah puting Ibu menjadi kering dan pecah-pecah. Luka dan infeksi pada puting dapat menjadi sarang bakteri yang mungkin masuk ke tubuh bayi saat menyusui.
5. Ibu Harus Rajin Cuci Tangan
Selalu pastikan mencuci tangan dengan baik sebelum menyentuh atau merawat bayi untuk mencegah penyebaran infeksi.
Cara sederhana ini menjadi langkah penting dalam menjaga kesehatan si Kecil, apalagi bayi memiliki sistem kekebalan yang masih berkembang dan rentan terhadap infeksi.
6. Perhatikan Diet Ibu
Pola makan Ibu dapat memengaruhi warna dan konsistensi BAB bayi, terutama jika bayi masih menyusu ASI.
Makanan tertentu yang Ibu konsumsi, seperti makanan pedas, produk susu, atau makanan yang tinggi lemak, bisa memengaruhi ASI dan menyebabkan BAB bayi menjadi lebih encer atau kuning.
Namun, jika BAB bayi tetap sering encer disertai gejala lain seperti rewel atau dehidrasi, sebaiknya konsultasikan dengan dokter untuk memastikan tidak ada masalah kesehatan.
7. Jangan Berikan Jus Buah
Jika si Kecil sudah dalam tahap MPASI, jangan dulu berikan jus buah sampai usianya genap 12 bulan.
Minum jus buah dapat memengaruhi konsistensi dan warna pup bayi, termasuk membuat BAB bayi encer berwarna kuning akibat diare.
Baca Juga : Bayi Baru Lahir Sering BAB, Apa Pertanda Diare?
Kapan Harus ke Dokter?
BAB encer berwarna kuning masih normal jika si Kecil sehat, tidak rewel berlebihan, tetap aktif, dan berat badannya naik. Namun, segeralah bawa si Kecil ke dokter jika ia mengalami kondisi-kondisi di bawah ini:
- Terdapat warna merah atau darah dalam tinja bayi.
- BAB bayi berwarna putih.
- Bayi tiba-tiba BAB lebih sering dan teksturnya lebih cair.
- Bayi BAB sedikit-sedikit.
- Pup bayi selalu keras, kering, dan terlihat mengalami kesulitan saat buang air besar.
Perlu diingat bahwa perubahan warna dan konsistensi feses bayi dapat dipengaruhi banyak faktor yang belum tentu karena infeksi atau penyakit membahayakan.
Namun, jangan pernah ragu untuk konsultasi pada dokter jika Ibu merasa ada yang berbeda pada kesehatannya. Ibu juga bisa bertanya langsung dengan tim Bebecare tanpa perlu membuat janji, karena BebeCare siap melayani 24/7!