Diare pada Bayi: Penyebab, Ciri, dan Cara Mengatasi
Diare pada bayi bisa disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, parasit, intoleransi laktosa, alergi makanan, perubahan pola makan, dan efek minum antibiotik.
Ditulis oleh :
Tim Penulis
Ditinjau oleh :
dr. Attila Dewanti, SpA (K)
Diare pada bayi umum disebabkan oleh infeksi bakteri dan virus. Ibu perlu menangani dengan tepat agar si Kecil tidak sampai mengalami dehidrasi yang bisa membahayakan.
Penyebab Diare pada Bayi
Ibu perlu mengenali penyebab diare si Kecil supaya dapat memberikan pertolongan yang paling tepat. Berikut daftar penyebabnya:
1. Infeksi Rotavirus
Sebagian besar penyebab diare bayi adalah infeksi rotavirus yang menular lewat jalur oral.
Misalnya, bayi makan makanan atau minuman yang terkontaminasi atau memasukkan mainan dan tangan yang kotor ke dalam mulut.
Diare akibat infeksi rotavirus dapat menyebabkan bayi cepat mengalami dehidrasi.
2. Infeksi Bakteri atau Parasit
Jika diare pada bayi disertai muntah-muntah dan demam ringan, penyebabnya adalah gastroenteritis atau yang lebih dikenal dengan nama muntaber.
Muntaber adalah infeksi pencernaan akibat bakteri seperti E. coli, Salmonella, Campylobacter, dan Shigella. Penularannya bisa melalui makanan, barang, atau tangan yang terkontaminasi.
3. Perubahan Pola Makan
Menginjak usia 6 bulan, bayi biasanya mulai diperkenalkan dengan MPASI.
Ketika bayi yang sudah lama terbiasa minum ASI mulai mengonsumsi makanan padat, sistem pencernaannya mungkin akan ‘kaget’ akibat perubahan pola makan yang terjadi.
Kondisi inilah yang dapat menyebabkan diare. Oleh karena itu, pastikan pemberian MPASI pada bayi dilakukan bertahap, agar sistem pencernaannya bisa beradaptasi dengan baik.
4. Intoleransi Laktosa
Jika diare si Kecil disertai dengan perut kembung (teraba keras atau padat) dan sering buang angin, ini mungkin dapat disebabkan oleh intoleransi laktosa.
Apabila si Kecil sudah mulai MPASI, sebaiknya hentikan pemberian bahan makanan yang mengandung susu sapi seperti keju, yogurt, dan mentega.
Ibu juga perlu menghindari konsumsi susu sapi dan produk olahannya. Sebab laktosa yang Ibu konsumsi dapat ikut terserap ke dalam ASI yang diminum si Kecil dan mengakibatkan ia diare.
5. Alergi Makanan
Jika bayi sudah MPASI, diare juga mungkin terjadi ketika si Kecil memiliki alergi terhadap suatu jenis makanan atau minuman.
Beberapa makanan yang tinggi risiko alergi adalah susu sapi, telur, kacang-kacangan, ikan, kerang-kerangan, dan gandum (gluten).
Kalau penyebab diare pada bayi adalah alergi makanan, biasanya akan disertai dengan ruam atau gatal pada area mata dan hidung.
6. Efek Minum Antibiotik
Jika selama menyusui Ibu perlu mengonsumsi antibiotik, efek samping obatnya bisa berpengaruh pada bayi, termasuk potensi munculnya diare.
Begitu pula saat mengonsumsi beberapa jenis suplemen. Jadi, Ibu menyusui disarankan untuk terlebih dahulu berkonsultasi dengan dokter sebelum mengonsumsi obat atau suplemen.
Baca Juga: Penyebab dan Cara Mengatasi BAB Bayi Berlendir
Apa Ciri-Ciri Bayi Diare?
Bayi pada umumnya memang memiliki bentuk feses yang lebih lunak dan encer daripada orang dewasa. Namun bayi bisa dikatakan sedang diare apabila menunjukkan ciri berikut ini:
- Diawali dengan muntah.
- Disertai demam.
- Perut kembung.
- Sakit perut.
- Kehilangan nafsu makan.
- Frekunesi buang air bayi lebih sering dari biasanya.
- Feses sangat encer hingga terkadang rembes dari popok.
- Feses berbau menyengat.
- Bayi rewel dan tampak gelisah.
- Bayi tidak mau menyusu.
Untuk mempermudah dalam mengenali ciri-ciri feses bayi diare, Ibu dapat menggunakan tools Poop Tracker di BebeJourney. Ibu hanya perlu mengunggah foto si Kecil dan menunggu selama 60 detik untuk mendapatkan hasil analisisnya.
Hasil analisis Poop Tracker bisa Ibu unduh secara gratis dan simpan menjadi dokumen pelengkap saat periksa ke dokter.
Cara Mengatasi Diare pada Bayi
Ibu bisa bantu meredakan gejala diare si Kecil dengan melakukan langkah pertolongan pertama berikut ini:
1. Terus Berikan ASI
Menurut dokter spesialis pencernaan anak di Rady Children's Hospital di San Diego, Rebecca Cherry, M.D., diare bayi berusia di bawah 6 bulan dapat diatasi dengan menyusui lebih sering.
Saat diare, bayi akan lebih rentan mengalami dehidrasi. Nah, ASI dapat membantu menggantikan cairan yang hilang karena memiliki kandungan air sekitar 90%.
ASI juga dilengkapi lemak, protein enzim, antibodi dan sel darah putih untuk memperkuat sistem kekebalan tubuhnya dalam melawan berbagai virus, penyakit, dan infeksi.
2. Berikan Oralit
Jika bayi berusia di atas 6 bulan dan dokter sudah mengizinkan, pemberian ASI bisa didampingi dengan air putih atau cairan oralit untuk bantu menggantikan cairan tubuh yang hilang.
Hindari memberikan jus buah karena bisa memperburuk gejala diare pada bayi. Sebab, jus tinggi akan gula. Beberapa anak tidak atau belum dapat mencerna gula dengan baik.
Baca Juga: 10 Obat Diare untuk Bayi yang Alami dan Aman
3. Beri Makanan Lunak
Berapapun usianya, jika si Kecil sudah MPASI, sebaiknya Ibu memberikan makanan dengan tekstur yang halus dan lunak selama ia diare.
Contohnya, puree pisang yang tinggi prebiotik atau puree ikan salmon yang tinggi DHA dan protein. Nutrisi di dalamnya baik untuk mendukung kesembuhan si Kecil.
Hindari memberikan makanan manis, makanan berminyak, atau dari olahan susu karena dapat memperburuk diare bayi.
4. Tambah Asupan Prebiotik
Pemberian obat diare untuk bayi perlu resep dan pengawasan dari dokter.
Sebagai alternatif, Ibu bisa memberikan MPASI yang mengandung prebiotik seperti puree asparagus, buncis-buncisan, dan pisang.
Prebiotik adalah serat sehat yang mampu memicu pertumbuhan bakteri baik di dalam usus si Kecil untuk meningkatkan kesehatan pencernaannya.
Baca Juga: 5 Jenis Pisang yang Bagus untuk Bayi Diare
5. Sering Ganti Popok Bayi
Ketika si Kecil mengalami diare, Ibu tentu harus menjaga kebersihan si Kecil, misalnya dengan sering mengganti popok untuk mencegah penularan.
Pastikan Ibu membersihkan area pantat bayi menggunakan air bersih juga, ya. Jika sudah dibersihkan, tunggu sampai area pantat bayi kering dengan sempurna.
Selanjutnya, gunakan krim pelembab agar kulitnya tidak mudah iritasi. Jangan lupa juga untuk langsung mencuci tangan dengan sabun setelah Ibu mengganti popok si Kecil.
6. Berikan Suplemen Zinc
Menurut WHO dan IDAI, bayi yang mengalami diare akut dapat diberikan suplemen zinc selama 10–14 hari.
Untuk bayi di bawah usia 6 bulan dosis zinc yang diberikan adalah 10 mg perhari. Sedangkan, bayi di atas 6 bulan disarankan mendapat dosis sebesar 20 mg.
Selain meringankan gejala diare, suplementasi zinc juga dapat mencegah kekambuhan diare hingga 2-3 bulan mendatang.
Berapa Lama Diare pada Bayi Sembuh?
Dengan perawatan yang tepat, diare umumnya sembuh dalam waktu 5-7 hari. Namun, Ibu perlu waspada dan segera membawa si Kecil ke dokter apabila menemukan tanda bahaya berikut:
- Warna feses bayi merah atau putih.
- Bayi BAB lebih dari 10 kali dalam sehari.
- BAB berdarah dan berlendir.
- Muntah berulang kali.
- Mual.
- Ruam kulit.
- Demam tinggi.
- Berat badan menurun.
- Tidak mau menyusu, minum, atau makan.
- Tidak buang air kecil.
- Tanda-tanda dehidrasi, seperti mulut kering, lesu, lemas, sering mengantuk.
Apabila butuh konsultasi lebih lanjut mengenai diare pada bayi, Ibu dapat menghubungi Tim Bebecare yang siap menjawab cepat berbagai pertanyaan Ibu tanpa perlu membuat janji terlebih dahulu.
Yuk, hubungi sekarang!