Penyebab, Gejala dan Cara Mengatasi Intoleransi Laktosa pada Anak

Melihat si Kecil yang mengalami mual, muntah, dan perut kembung setelah minum susu mungkin Ibu mengira ini merupakan gejala alergi susu....

4 min
14 Oct 2022

6 ibu tandai artikel ini informatif

Melihat si Kecil yang mengalami mual, muntah, dan perut kembung setelah minum susu mungkin Ibu mengira ini merupakan gejala alergi susu. Namun, tanda-tanda tersebut juga bisa jadi gejala intoleransi laktosa, Bu.

Intoleransi laktosa kerap disamakan dengan alergi protein susu sapi, padahal kedua kondisi ini sangat berbeda. Alergi protein susu sapi terjadi akibat reaksi sistem kekebalan tubuh terhadap protein yang terdapat pada susu. 

Jadi, sebenarnya apa itu intoleransi laktosa dan bagaimana cara mengatasinya? Yuk, Bu, kita kupas tuntas bersama-sama dalam artikel ini! 

Apa Itu Intoleransi Laktosa?

Intoleransi laktosa adalah gangguan pencernaan yang disebabkan oleh ketidakmampuan tubuh untuk mencerna laktosa.

Laktosa sendiri adalah jenis gula yang banyak terdapat dalam susu hewani dan produk olahannya, seperti keju, es krim, yogurt, dan mentega (butter). Lalu, laktosa juga dapat Ibu temukan dalam sejumlah salad dressing, saus, hingga permen yang terbuat dari susu atau produk olahan susu. 

Normalnya, Bu, usus kecil membutuhkan enzim yang disebut laktase untuk memecah laktosa menjadi gula dalam bentuk yang lebih sederhana, yakni glukosa dan galaktosa. Nantinya, tubuh anak akan menyerap gula sederhana ini ke dalam aliran darah untuk dijadikan energi.

Jika tidak bisa dicerna dan diserap tubuh, laktosa akan terlalu lama berada di dalam saluran cerna dan kembali ke sistem pencernaan dan berubah menjadi gas dan menimbulkan memunculkan berbagai gejala pencernaan, misalnya perut si Kecil kembung setelah minum susu.

Apa Tanda dan Gejala Intoleransi Laktosa pada Anak?

Gejala intoleransi laktosa biasanya muncul dalam waktu 30 menit sampai 2 jam setelah makan makanan dan minuman yang mengandung laktosa. 

Namun, beberapa anak mungkin sangat sensitif terhadap laktosa sehingga gejalanya bisa muncul lebih cepat dan terasa lebih intens.

Umumnya gejala intoleransi laktosa meliputi:

  • Diare.

  • Mual, terkadang disertai muntah.

  • Kram perut.

  • Perut kembung.

Ibu juga bisa mengecek kondisi pencernaan si Kecil melalui tools TummyPedia yang ada di website Bebeclub. Hasilnya seperti apa, nanti bisa langsung Ibu download untuk kemudian dikonsultasikan lagi ke dokter atau Tim Bebecare.

Seluruh pertanyaan dan kecemasan Ibu soal pencernaan anak akan dijawab oleh tim Bebecare yang siap melayani 24 jam sehari dan 7 hari dalam seminggu.

Ibu pasti bertanya-tanya apa penyebab intoleransi laktosa pada anak, ya?

Apa Penyebab Intoleransi Laktosa pada Anak?

Penyebab utama intoleransi laktosa adalah rendahnya produksi enzim laktase yang berfungsi memecah laktosa di dalam usus kecil. Akibatnya, laktosa yang tidak tercerna tersebut akan masuk ke dalam usus besar dan difermentasi oleh bakteri. 

Sebenarnya, apa ya yang membuat si Kecil tidak bisa mencerna gula alami? Sensitivitas terhadap gula alami di dalam susu ini mungkin saja dipicu oleh berbagai hal, Bu.

Nah, berikut adalah beberapa penyebab intoleransi laktosa yang perlu Ibu ketahui:

1. Intoleransi Laktosa Primer atau Intoleransi Laktosa Bawaan

Anak yang terlahir dengan kondisi ini memiliki sangat sedikit enzim laktase atau bahkan tidak memilikinya sama sekali. Akibatnya, ia juga tidak bisa minum ASI karena kandungan laktosa juga terdapat di dalamnya.

Ini merupakan kelainan genetik yang diturunkan dari kedua orang tua.

2. Intoleransi Laktosa Sekunder

Sesuai namanya, Bu, intoleransi sekunder terjadi karena dipicu oleh gangguan pencernaan lain yang biasanya sudah lebih dulu dialami si Kecil.

Intoleransi laktosa sekunder terjadi karena penurunan produksi laktase akibat penyakit Celiac, infeksi usus, infeksi bakteri, dan penyakit Crohn.

Produksi kadar laktase dapat kembali normal apabila penyakit pencernaan yang dialami si Kecil berangsur pulih. 

Perbedaan Intoleransi Laktosa dengan Alergi Protein Susu Sapi

Jika dilihat dari gejala saja, Bu, tentu akan sulit membedakan apakah yang dialami si Kecil merupakan intoleransi laktosa atau alergi protein susu sapi.

Jadi, cara terbaik untuk mengetahuinya adalah dengan membawa si Kecil ke dokter atau rumah sakit terdekat, untuk diperiksa lebih lanjut supaya ia bisa dites.

Ada dua jenis tes yang biasanya digunakan untuk mendiagnosis intoleransi laktosa, yaitu tes toleransi laktosa dan tes napas hidrogen. Berikut penjelasannya. 

1. Tes Toleransi Laktosa

Ini merupakan tes darah untuk mengukur kadar glukosa dalam darah. Anak akan diminta untuk mengonsumsi minuman tinggi laktosa (gula).

Setelah itu, 2 jam setelahnya, dokter akan melakukan tes darah untuk mengukur kadar glukosa dalam darah pasien. Jika kadar glukosa dalam darah tidak meningkat, artinya tubuh pasien tidak dapat menyerap laktosa dengan baik.

2. Tes Hidrogen

Dokter akan meminta anak untuk mengonsumsi minuman dengan kadar laktosa tinggi. Setelah itu, dokter akan mengukur kadar hidrogen dalam napas pasien setiap 15 menit selama beberapa jam.

Baca Juga: Perbedaan Alergi Susu Sapi dan Intoleransi Laktosa

Bagaimana Cara Mengatasi Intoleransi Laktosa?

Perlu diketahui, Bu, hingga saat ini, belum ada pengobatan yang dapat menyembuhkan intoleransi laktosa. Kondisi ini hanya bisa dikendalikan gejala dan faktor pemicunya. 

Bahkan, beberapa orang ada yang dapat meredakan gejalanya dengan cara mengubah pola makan, membatasi, dan menghindari jumlah laktosa yang dikonsumsi. 

Lantas, bagaimana cara mengatasi intoleransi laktosa yang bisa dilakukan? Berikut uraiannya. 

1. Ganti Susu Sapi ke Susu Soya

Kalau anak Ibu memiliki intoleransi terhadap laktosa, apa ini artinya ia tidak bisa minum susu sapi? Iya, Bu. Jadi, si Kecil mungkin akan butuh susu formula yang terbuat dari protein nabati sebagai penggantinya. Tapi, baiknya selalu konsultasi dulu ke dokter sebelum memberikan susu alternatif, ya!

Biasanya, susu jenis formula yang bisa jadi alternatif adalah formula isolat protein soya. Ibu pernah dengar tentang isolat protein kedelai?

Isolat protein kedelai adalah bentuk protein paling murni dalam kedelai, yang mengandung 90% protein nabati. Jadi, formula soya aman untuk anak yang tidak cocok atau intoleran terhadap laktosa dalam susu sapi.

Selain tinggi protein nabati, susu formula isolat protein soya juga mengandung berbagai nutrisi yang bantu melengkapi kecukupan nutrisi harian si Kecil, seperti tiamin, folat, riboflavin, serta vitamin D, E, dan K. Kandungan mineralnya juga cukup lengkap, seperti potassium, magnesium, zat besi, dan zinc. Deretan nutrisi ini sangat penting dalam menjaga kesehatan si Kecil, terutama di masa tumbuh kembangnya.

Nah jika si Kecil tidak cocok susu sapi dan sudah berusia di atas 1 tahun, Ibu bisa berikan susu Bebelac Gold Soya. Dengan kandungan 2 kombinasi serat FOS dan Inulin serta Triple A (DHA, LA, ALA), Bebelac Gold Soya adalah pilihan susu formula bebas laktosa yang tepat untuk optimalkan semua kehebatan dan perkuat daya tahan tubuh si Kecil. 

Formula soya yang tinggi serat FOS, Inulin dengan isolat protein soya, Triple A (DHA, ALA, LA) dapat dukung pencernaan baik (happy tummy), akal kreatif (happy brain), serta tumbuh kembang yang optimal. Bebelac Gold Soya tersedia dalam rasa vanila lezat yang pasti disukai si Kecil.

Berikan formula soya tinggi serat ini tiga gelas sehari, ya, Bu, agar kebutuhan nutrisi si Kecil makin terlengkapi. Tentu saja, pemberiannya harus lewat melalui konsultasi dengan dokter anak dulu ya!

2. Berikan Asupan Tinggi Probiotik dan Prebiotik

Tahukah, Bu? Cara mengatasi intoleransi laktosa bisa dengan mengonsumsi probiotik dan prebiotik, lho. Bagaimana bisa? 

Begini, Bu, probiotik adalah bakteri baik yang dapat membantu menjaga kesehatan sistem pencernaan. Sementara, prebiotik adalah jenis serat yang juga dapat membantu kesehatan saluran cerna dengan memberi asupan makanan untuk bakteri baik. 

Hasil studi yang dipublikasikan pada jurnal Nutrients membuktikan bahwa konsumsi probiotik dan prebiotik dapat mengurangi gejala intoleransi laktosa. 

3. Hindari Konsumsi Makanan Mengandung Laktosa

Pada sebagian anak, intoleransi laktosa bisa bersifat sementara dan akan membaik setelah beberapa minggu. 

Untuk meredakan dan mencegah keparahan gejala intoleransi laktosa, si Kecil perlu menghindari konsumsi produk olahan susu. Berikut penjelasannya: 

  • Batasi minum susu, maksimal 118 ml atau setara dengan satu cangkir kecil. Semakin sedikit susu yang anak konsumsi, semakin kecil risiko timbulnya gejala. 

  • Coba minum susu bersamaan dengan makanan lain, Bu. Ini dapat memperlambat proses pencernaan dan mengurangi gejala intoleransi laktosa. 

  • Pilih produk susu bebas laktosa atau rendah laktosa, seperti keju cheddar dan yogurt. Belilah produk atau bahan makanan yang kandungan laktosanya sedikit atau bebas laktosa. 

Untungnya, ada beragam makanan bebas laktosa yang tinggi kalsium untuk menggantikan asupan kalsium dari susu sapi, seperti:

  • Brokoli dan sayuran hijau lainnya.

  • Produk yang diperkaya kalsium, seperti roti dan jus.

  • Ikan salmon.

  • Alternatif susu lain, seperti susu kedelai dan susu beras.

  • Jeruk.

  • Kacang almond. 

4. Perbanyak Asupan Vitamin D untuk Penyerapan Kalsium

Tubuh membutuhkan vitamin D untuk menyerap kalsium yang didapat dari makanan. Jadi, pastikan si Kecil juga mencukupi kebutuhan vitamin D hariannya, ya Bu!

Vitamin D memang banyak terkandung dalam susu sapi, tapi untuk anak yang tidak cocok dengan susu hewani bisa mendapatkan asupan vitamin D dari telur, hati, atau yogurt yang mengandung vitamin D. 

Agar produksi vitamin D dalam tubuh tetap lancar, Ibu dan si Kecil juga dapat rutin berjemur sinar matahari di pagi hari, lho!

Baca Juga: Mengenal Manfaat Susu Soya untuk Kesehatan Anak

Berbagai tipis di atas merupakan cara pertolongan pertama untuk mengatasi dan mencegah kekambuhan gejala intoleransi laktosa. Alangkah baiknya, jika Ibu tetap berkonsultasi lebih dulu ke dokter untuk mencari tahu penanganan yang tepat dan sesuai dengan kondisi anak ya Bu.

Ingin tahu lebih banyak lagi seputar cara menjaga kesehatan pencernaan anak dan tips parenting lainnya Jangan sampai ketinggalan untuk daftarkan diri Ibu di Bebeclub!


Referensi tambahan:

  1. Shoemaker, S. (2017, June 24). Lactose Intolerance 101 — Causes, Symptoms, and Treatment. Healthline; Healthline Media. https://www.healthline.com/nutrition/lactose-intolerance-101
  2. Lactose intolerance - Symptoms and causes. (2022). Mayo Clinic; https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/lactose-intolerance/symptoms-causes/syc-20374232
  3. Lactose intolerance - Diagnosis and treatment - Mayo Clinic. (2022). Mayoclinic.org; https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/lactose-intolerance/diagnosis-treatment/drc-20374238
  4. Children's Health Team. (2020, February 4). 5 Can’t-Miss Signs That Your Child Is Lactose Intolerant. Cleveland Clinic; Cleveland Clinic. https://health.clevelandclinic.org/5-cant-miss-signs-child-lactose-intolerant/
  5. NHS Choices. (2023). Lactose intolerance. https://www.nhs.uk/conditions/lactose-intolerance/
  6. Szilagyi, A., & Ishayek, N. (2018). Lactose Intolerance, Dairy Avoidance, and Treatment Options. Nutrients, 10(12), 1994. https://doi.org/10.3390/nu10121994
  7. Leis, R., de Castro, M.-J., de Lamas, C., Picáns, R., & Couce, M. L. (2020). Effects of Prebiotic and Probiotic Supplementation on Lactase Deficiency and Lactose Intolerance: A Systematic Review of Controlled Trials. Nutrients, 12(5), 1487. https://doi.org/10.3390/nu12051487


 
alt

Kenali apa itu

Kalkulator Nutrisi

Cek nutrisi si Kecil yuk! Sudah sesuaikah dengan kebutuhannya?

Artikel Terkait