Perbedaan Alergi Susu Sapi dan Intoleransi Laktosa pada Anak
Sedih rasanya ya, Bu, ketika si Kecil menunjukkan reaksi seperti rewel, sakit perut, atau diare tiap selesai minum susu. Ibu pasti berta...
Ditulis oleh :
Tim Penulis
Sedih rasanya ya, Bu, ketika si Kecil menunjukkan reaksi seperti rewel, sakit perut, atau diare tiap selesai minum susu. Ibu pasti bertanya-tanya, apakah si Kecil mengalami alergi susu atau intoleransi laktosa? Banyak yang mengira alergi susu sapi sama dengan intoleransi laktosa, padahal keduanya punya banyak perbedaan.
Tidak usah bingung lagi, Bu! Yuk, kupas tuntas perbedaan alergi susu sapi dan intoleransi laktosa pada anak sehingga Ibu juga tahu bagaimana cara yang tepat mengatasinya.
Mengenali Alergi Susu Sapi
Alergi susu sapi adalah salah satu jenis alergi makanan yang paling umum terjadi pada anak. Alergi terjadi ketika sistem kekebalan tubuh bereaksi tidak normal terhadap kandungan protein yang ada di dalam susu sapi sehingga menganggapnya sebagai zat yang berbahaya, padahal sebetulnya tidak.
Ada beberapa gejala yang dialami oleh si Kecil akibat tidak cocok susu sapi. Gejala-gejala ini ada yang muncul dalam beberapa menit setelah minum susu sapi, atau bisa juga baru muncul setelah beberapa jam atau bahkan baru beberapa hari kemudian.
Beberapa gejala yang mungkin ditunjukkan di antaranya:
-
Gangguan pencernaan, seperti sakit perut, diare, dan sembelit.
-
Reaksi pada kulit, seperti pembengkakan pada bibir, wajah, dan area mata, serta ruam merah dan gatal.
-
Hidung meler dan mata berair.
Gejala parah yang jarang terjadi adalah pembengkakan mulut atau tenggorokan, dan mengi (napas yang berbunyi seperti siulan).
Pada beberapa kasus yang parah, alergi susu sapi dapat menimbulkan reaksi serius yang disebut anafilaksis. Kondisi anafilaksis ditandai dengan sesak napas atau kesulitan bernapas, yang juga dapat membuat si Kecil pingsan atau tidak sadarkan diri2.
Anafilaksis sangat berbahaya karena dapat mengancam nyawa anak jika terlambat ditangani dengan tepat. Sebaiknya, Ibu segera membawa si Kecil ke dokter jika gejala-gejala ini muncul.
Ibu bisa juga cek langsung lewat Allergy Checker untuk mengetahui apakah gejala yang dialami si Kecil termasuk alergi atau bukan. Jika alergi susu sapi pada anak kita abaikan tanpa penanganan yang tepat, tumbuh kembangnya bisa terganggu. Jadi, yuk, Bu, segera periksakan ke dokter!
Baca Juga: Cara Meningkatkan Daya Tahan Tubuh Anak yang Alergi
Mengenali Intoleransi Laktosa
Intoleransi laktosa adalah kondisi ketika tubuh si Kecil tidak dapat mencerna laktosa. Laktosa merupakan jenis gula alami yang ditemukan di dalam susu sapi dan produk yang dibuat dari olahan susu sapi.
Intoleransi laktosa umumnya terjadi karena sistem pencernaan anak yang tidak bisa atau belum mampu menghasilkan enzim laktase dalam jumlah cukup untuk mencerna laktosa.
Intoleransi laktosa umumnya menimbulkan gejala di saluran pencernaan, seperti mual yang terkadang disertai muntah, perut kembung, sering buang angin, dan diare.
Gejala intoleransi laktosa biasanya muncul dalam waktu 30 menit sampai 2 jam setelah makan makanan dan minuman yang mengandung laktosa.
Namun, beberapa anak mungkin sangat sensitif terhadap laktosa sehingga gejalanya bisa muncul lebih cepat dan terasa lebih intens.
Perbedaan Alergi Susu Sapi dan Intoleransi Laktosa
Berbeda dengan alergi susu sapi yang gejalanya dapat muncul di seluruh bagian tubuh si Kecil, intoleransi laktosa hanya menimbulkan gejala di saluran pencernaan seperti perut kembung, sering buang angin, hingga diare.
Oleh karena gejalanya berbeda, cara dokter untuk mendiagnosis serta cara mengatasi kedua kondisi ini juga berbeda, lho, Bu.
Ada beberapa tes yang biasanya digunakan untuk mendiagnosis intoleransi laktosa, yaitu tes toleransi laktosa dan tes napas hidrogen. Berikut penjelasannya.
-
Tes toleransi laktosa. Ini merupakan tes darah untuk mengukur kadar glukosa dalam darah. Anak akan diminta untuk mengonsumsi minuman tinggi laktosa. Setelah itu, 2 jam setelahnya, dokter akan melakukan tes darah untuk mengukur kadar glukosa dalam darah pasien. Jika kadar glukosa dalam darah tidak meningkat, artinya tubuh pasien tidak menyerap laktosa dengan baik.
-
Tes hidrogen. Dokter akan meminta anak untuk mengonsumsi minuman dengan kadar laktosa tinggi. Setelah itu, dokter akan mengukur kadar hidrogen dalam napas pasien setiap 15 menit selama beberapa jam.
Sebab jika dilihat dari gejalanya saja, tentu akan sulit mengamati kondisi apa yang dialami si Kecil. Jadi, cara terbaik untuk mengetahuinya adalah dengan membawa si Kecil ke dokter atau rumah sakit untuk diperiksa lebih lanjut.
Cara Mengatasi Alergi Susu Sapi dan Intoleransi Laktosa pada Anak
Beda kondisi yang dialami maka, berbeda pula penanganan yang harus Ibu lakukan kepada si Kecil. Untuk itu, penting bagi Ibu mengetahui cara mengatasi alergi susu sapi dan intoleransi laktosa agar tidak keliru menanganinya.
1. Cara Mengatasi Alergi Susu Sapi
Jika si Kecil menunjukkan ciri-ciri alergi susu sapi, ada baiknya Ibu segera berkonsultasi dengan dokter, ya. Dokter biasanya akan melakukan tes darah dan uji tusuk kulit untuk mengetahui apakah anak Ibu mengalami alergi susu sapi atau tidak.
Selanjutnya, dokter akan meminta Ibu untuk melakukan pemeriksaan setiap 6-12 bulan untuk melihat apakah anak sudah sembuh dari alerginya atau belum.
Bila anak didiagnosis mengalami alergi susu sapi, Ibu perlu berkonsultasi dengan dokter anak atau ahli gizi untuk mengatasi alerginya.
Selain susu sapi, anak yang memiliki alergi susu biasanya disarankan untuk menghindari produk olahan susu sapi lain, seperti:
-
Yogurt, krim, mentega, margarin, keju.
-
Es krim, minuman susu, susu bubuk, susu krimer kental.
Susu sapi juga terdapat dalam berbagai produk makanan dan minuman yang dijual di pasaran. Jadi, Ibu perlu memeriksa label untuk bahan-bahan makanan dan minuman, seperti:
-
Gula susu, laktosa, susu padat, protein susu, susu modifikasi.
-
Kasein, kaseinat, protein whey, whey terhidrolisis, whey padat.
-
Laktosa, laktalbumin.
-
Kaseinat terhidrolisis.
-
Susu bubuk skim, susu padat tanpa lemak, lemak mentega.
Bila sedang makan di luar rumah seperti restoran, Ibu bisa coba untuk bertanya pada juru masak apakah makanan atau minuman tersebut mengandung kandungan susu atau tidak.
2. Cara Mengatasi Intoleransi Laktosa
Cara mengatasi intoleransi laktosa dapat dilakukan dengan meredakan gejalanya, seperti mengubah pola makan, membatasi, dan menghindari jumlah laktosa yang dikonsumsi. Salah satunya, mengonsumsi probiotik dan prebiotik, lho.
Probiotik adalah bakteri baik yang dapat membantu menjaga kesehatan sistem pencernaan. Sementara itu, prebiotik adalah jenis serat yang juga dapat membantu kesehatan saluran cerna dengan memberi asupan makanan untuk bakteri baik.
Hasil studi yang dipublikasikan pada jurnal Nutrients membuktikan bahwa konsumsi probiotik dan prebiotik dapat mengurangi gejala intoleransi laktosa.
Pada sebagian anak, intoleransi laktosa bisa bersifat sementara dan akan membaik setelah beberapa minggu. Untuk meredakan dan mencegah keparahan gejala intoleransi laktosa, si Kecil perlu menghindari konsumsi produk olahan susu.
Untungnya, ada beragam makanan bebas laktosa yang tinggi kalsium untuk menggantikan asupan kalsium dari susu sapi, seperti:
-
Brokoli dan sayuran hijau lainnya.
-
Produk yang diperkaya kalsium, seperti roti dan jus.
-
Ikan salmon.
-
Alternatif susu lain, seperti susu kedelai dan susu beras.
-
Jeruk.
-
Kacang almond.
Lega rasanya ya, Bu, setelah mengetahui perbedaan alergi susu dan intoleransi laktosa. Ibu kini bisa memenuhi asupan gizi seimbang dalam menu harian sesuai dengan kondisi anak. Mulai dari makanan utama, camilan, hingga susu untuk si Kecil. Sajikan yang terbaik untuk si Kecil ya, Bu!
Baca Juga: Inilah Jenis Susu Nabati Yang Dianjurkan untuk Si Kecil
Untuk bantu mendukung nutrisi si Kecil usia 1 tahun ke atas yang tidak cocok minum susu sapi, Ibu bisa berikan susu formula isolat protein soya seperti Bebelac Gold Soya yang sudah terfortifikasi dengan nutrisi lengkap untuk tumbuh kembang hebatnya.
Susu Bebelac Gold Soya adalah formula soya pertama dan satu-satunya tinggi serat mengandung nutrisi tepat dengan kandungan FOS Inulin untuk mendukung kesehatan saluran cerna si Kecil (happy tummy) dan formula Triple A (kombinasi AHA, DHA, dan ALA) yang lebih tinggi untuk mendukung daya pikir si Kecil (happy brain). Bebelac Gold Soya tersedia dalam rasa vanila yang lezat dan pasti disukai si Kecil.
Selain tinggi serat dan isolat protein soya, Bebelac Gold Soya juga memiliki kandungan nutrisi komplit, seperti omega 3, zat besi, taurin, DHA, dan fish oil untuk untuk dukung pertumbuhan optimalnya agar si Kecil yang punya alergi juga bisa terus tumbuh jadi anak hebat! Sebab dengan dukungan nutrisi yang tepat untuk alerginya, anak akan semakin aktif dan bersemangat untuk bermain sambil belajar (happy heart).
Tertarik mencoba? Yuk, daftarkan diri Ibu jadi member Bebeclub untuk menikmati promo dan penawaran menarik lainnya seputar Bebelac Gold Soya.
Semoga informasi ini bermanfaat, Bu!