10 Tanda Bayi Kurang ASI dan Cara Menanganinya
Dukung tumbuh kembang optimal si Kecil dengan menjaga kecukupan asupan ASI mereka. Kenali tanda bayi kurang ASI dan pastikan produksi ASI Ibu selalu lancar.
Ditulis oleh :
Tim Penulis
Ditinjau oleh :
dr. Attila Dewanti, SpA (K)
Tahukah Ibu apa tanda bayi kurang ASI selain menangis? Yuk, kenali tanda-tandanya dan apa yang bisa Ibu lakukan untuk memastikan si Kecil mendapatkan asupan ASI secara optimal dalam jumlah yang cukup.
Sebab, ASI merupakan sumber makanan pertama dan utama untuk bayi karena mengandung nutrisi esensial yang mudah dicerna dan sangat diperlukan si Kecil untuk tumbuh dan berkembang. Selain mengandung nutrisi esensial, ASI juga mengandung antibodi yang tidak bisa ditemukan pada sumber makanan lain.
Tanda-Tanda Bayi Kurang ASI
Jumlah ASI yang diproduksi oleh setiap Ibu mungkin berbeda-beda. Begitu juga jumlah ASI yang diminum oleh si Kecil.
Pada bayi yang minum ASI sedikit, hal ini tentu dapat memunculkan kekhawatiran pada Ibu apakah ia mendapatkan ASI yang cukup atau tidak. Terlebih, sulit mengukur volume ASI yang keluar ketika menyusui secara langsung.
Ciri-ciri yang muncul akibat bayi kurang ASI harus diwaspadai karena kondisi ini dapat berpengaruh terhadap kesehatan dan tumbuh kembangnya.
Nah, supaya Ibu tidak lagi kebingungan, berikut beberapa tanda bayi kurang ASI yang bisa dikenali.
1. Jarang Buang Air Kecil
Pada 12-24 jam pertama kehidupannya, bayi akan buang air kecil sebanyak 1-2 kali. Ketika usianya sudah lebih dari 5 hari, frekuensi buang air kecilnya akan meningkat menjadi 6-8 kali per hari.
Ibu perlu waspada ketika bayi sudah berusia lebih dari 5 hari namun frekuensi buang air kecilnya kurang dari 6 kali dalam 24 jam. Bisa jadi hal tersebut merupakan tanda si Kecil tidak mendapatkan cukup ASI.
2. Berat Badan Tidak Naik
Sebagian besar bayi yang baru lahir akan kehilangan 1/10 dari berat badan lahirnya selama 5 hari pertama. Seiring tercukupinya nutrisi si Kecil dari ASI, setelah hari ke-5 berat badannya akan berangsur naik.
Kemudian pada hari ke-10, umumnya berat badan bayi sudah kembali ke berat lahir. Setelah itu, berat si Kecil akan secara bertahap mengalami peningkatan rata-rata sebesar 20-30 gram per hari. Jadi, pada usia 1 bulan beratnya akan mencapai 4 kilogram.
Apabila Ibu mendapati berat badan si Kecil tidak kunjung kembali normal pada hari ke 10, Ibu perlu waspada. Bisa jadi hal tersebut merupakan tanda tubuh si Kecil kekurangan asupan ASI.
Ibu juga perlu waspada jika dalam 72 jam pertama si Kecil kehilangan 7% dari berat lahirnya. Sebaiknya Ibu segera menghubungi dokter spesialis anak untuk mendapatkan evaluasi yang baik.
3. Hanya Menyusui Sebentar
Sebenarnya tidak ada durasi waktu ideal berapa lama bayi harus menyusu. Namun, bayi umumnya menyusu 8-12 kali dalam satu hari dengan pelekatan yang benar pada setiap payudara Ibu.
Setiap kali menyusu pastikan bayi dapat mengisap secara teratur selama minimal 10 menit pada setiap payudara.
Bayi yang pelekatan mulutnya kurang tepat tidak dapat mengisap ASI secara maksimal. Alhasil, waktu menyusunya terlalu pendek (kurang dari 5 menit) atau malah terlalu lama (lebih dari 30 menit) karena belum merasa kenyang.
Jika mulut bayi menempel dengan benar, bibir bayi akan terlipat keluar seperti bibir ikan, serta tidak terdengar suara mendecak hanya bunyi menelan. Ibu pun akan merasa lebih nyaman.
Kalau Ibu masih belum bisa menemukan teknik pelekatan yang sempurna, tak perlu sungkan untuk berkonsultasi dengan ahli laktasi ya, Bu!
4. Bayi Tidak Terlihat Menelan Susu
Ibu perlu memperhatikan gerakan mulut bayi melakukan saat menyusu.
Ketika bayi pertama kali menyusu, ia akan mengisap secara cepat agar ASI mengalir lancar dari payudara Ibu. Sedotan bayi saat menyusu akan semakin pelan ketika asupan ASI dari payudara Ibu mencukupi.
Namun, ketika bayi tidak mendapatkan asupan ASI yang cukup, gerakan mengisap mereka tidak akan mengalami perubahan. Bayi juga akan jatuh tertidur atau berhenti menyusu karena merasa frustasi.
5. Tubuh Bayi Terlihat Kuning
Pada 1-2 minggu pertama, tubuh si Kecil bisa kuning akibat kadar bilirubin dalam darah meningkat. Tetapi tenang saja Bu, kadar bilirubin akan terbuang dengan sendirinya melalui urine dan kotoran si Kecil.
Normalnya, fase bayi kuning hanya berlangsung selama 2-4 hari setelah bayi lahir dan dapat hilang dengan sendirinya setelah umur bayi 2 minggu.
Jika si Kecil kekurangan asupan ASI, frekuensi buang air kecil dan buang air besarnya juga semakin sedikit. Hal tersebut secara otomatis menghambat proses pengeluaran bilirubin dari dalam tubuh bayi sehingga warna kulitnya tidak kunjung normal.
Kurangnya asupan ASI bisa membuat bayi menjadi kuning sampai usianya 2 minggu.
Namun ada hal lain yang juga perlu diperhatikan, Bu. Apabila tubuh bayi masih tetap terlihat kuning walaupun sudah cukup banyak minum ASI, alangkah baiknya untuk berkonsultasi dengan dokter guna mengetahui penyebab dan penanganan yang tepat.
6. Mulut dan Mata Bayi Kering
Tanda bayi kurang ASI lainnya yang bisa Ibu perhatikan adalah mulut dan mata yang kering.
Kondisi ini dapat disebabkan oleh dehidrasi akibat si Kecil yang kekurangan asupan cairan dalam tubuhnya. Jika bayi mengalami hal ini, sebaiknya Ibu segera memberikan ASI yang cukup.
Bila disertai dengan gejala dehidrasi lainnya, ada baiknya Ibu membawa si Kecil ke dokter atau unit gawat darurat di rumah sakit.
7. Urine Bayi Berwarna Merah Bata
Dalam beberapa hari kehidupan pertamanya, bayi memang akan memproduksi urine dengan warna yang sangat pekat dengan endapan merah bata di dalamnya. Endapan merah bata tersebut adalah kristal asam urat (brick dust).
Nah, yang perlu Ibu waspadai adalah ketika setelah hari ke-5 si Kecil masih memproduksi urine dengan gradasi warna oranye sampai warna merah bata seperti jus apel dalam kemasan.
Warna urine merah bata menandakan ada sesuatu yang salah pada si Kecil, salah satunya mungkin adalah kekurangan asupan ASI.
8. Bayi Tampak Lemas
Dalam 6 bulan pertama kehidupan bayi, ASI adalah sumber nutrisi dan cairan utama bagi bayi. Apabila bayi sampai kekurangan asupan ASI, ia akan terlihat lemas dan selalu mengantuk. Bahkan, ia mungkin akan enggan untuk bermain karena mengalami dehidrasi.
Bayi sebenarnya memiliki risiko yang cukup besar untuk terkena dehidrasi sebab ukuran perutnya masih sangat kecil.
Jika Ibu mendapati si Kecil mengalami tanda-tanda dehidrasi, sebaiknya segera hubungi dokter spesialis anak karena kondisi dehidrasi pada bayi dapat memburuk dengan sangat cepat.
9. Bayi Sering Menyusu Tapi Tidak Puas
Bayi yang kekurangan asupan ASI umumnya sering menyusu, tetapi terlihat tidak puas, Bu. Karena tidak merasa puas, bayi umumnya akan menangis dan minta menyusu lagi.
Kondisi ini mungkin disebabkan karena posisi pelekatan mulut si Kecil pada payudara Ibu yang kurang tepat, sehingga ia tidak dapat menyusu atau mengisap ASI dengan benar.
10. Payudara Ibu Masih Terasa Padat Setelah Menyusui
Pada kondisi normal, payudara Ibu akan terasa kencang dan tampak penuh sebelum bayi menyusu. Setelah bayi menyusu, umumnya payudara Ibu akan terasa lebih ringan.
Nah, apabila Ibu tidak merasakan perubahan kondisi apapun pada payudara, alias payudara tetap terasa kencang dan tampak penuh walaupun sudah menyusu, bisa jadi ini tanda bayi kekurangan ASI.
Baca Juga: Kebutuhan ASI Bayi Baru Lahir dan Jadwal Menyusuinya
Tips Lancar Menyusui agar Bayi Tidak Kekurangan ASI
Bayi yang menunjukkan ciri-ciri kurang ASI perlu segera mendapatkan penanganan yang tepat, Bu. Berikut adalah beberapa cara yang bisa Ibu lakukan untuk mencukupi kebutuhan ASI bayi:
1. Lanjutkan Menyusu Sesering Mungkin
Ketika produksi ASI berkurang, jangan memutuskan untuk menghentikan pemberian ASI eksklusif, ya, Bu.
Sebaliknya, Ibu perlu melanjutkan menyusui bayi sesering mungkin minimal 8-12 kali per hari. Berikan ASI secara bergantian dari payudara kiri ke kanan, atau sebaliknya.
Segera berikan ASI ketika bayi ingin (on demand) dan memperlihatkan tanda-tanda lapar. Tak ada salahnya membangunkan bayi secara perlahan dengan membuka “bedong” tiap 2 jam sekali agar bayi terbangun dan menyusu.
Jika Ibu tidak dapat menyusui secara langsung karena bekerja, pastikan untuk memompa ASI secara teratur. Rajin memompa ASI juga dapat membantu menjaga tingkat produksi ASI.
2. Perhatikan Posisi Pelekatan Saat Menyusu
Ketika menyusui, Ibu perlu memastikan apakah mulut si Kecil sudah melekat sempurna dengan payudara atau belum saat memberikan ASI.
Langkah ini penting agar bayi bisa kenyang dan ia dapat mengosongkan payudara Ibu dengan optimal.
Pastikan puting beserta areola (bagian kulit berwarna lebih gelap yang melingkari puting payudara) menempel penuh pada mulut bayi, diikuti perut bayi yang berhadapan langsung dengan perut Ibu. Posisi ini dapat membantu si Kecil menerima ASI dengan baik.
Lakukan lebih banyak kontak dengan bayi untuk meningkatkan hormon oksitosin. Hormon ini berfungsi untuk meningkatkan jumlah ASI.
Jika Ibu merasa kesulitan melakukan pelekatan, jangan ragu untuk berkonsultasi ke dokter atau konselor laktasi, ya.
3. Tidak Memberikan Minuman dan Makanan Selain ASI
Ibu tidak disarankan memberikan minuman dan makanan selain ASI selama enam bulan pertama kehidupan bayi.
Selain karena bayi baru lahir belum bisa makan makanan padat, memberikan minuman dan makanan selain ASI sebelum bayi berusia 6 bulan dapat mengurangi jumlah konsumsi ASI si Kecil serta mengurangi produksi ASI Ibu.
Selain itu, usahakan tidak memberikan dot atau empeng kepada si Kecil karena akan menyebabkan bayi “bingung puting”.
4. Cukup Istirahat
Memperbanyak waktu istirahat, terutama setelah masa persalinan, dapat membantu tubuh memproduksi hormon yang dibutuhkan untuk memacu produksi air susu ibu. Dengan demikian, produksi ASI bisa kembali lancar dan meningkat.
Nah, salah satu tips yang bisa Ibu coba adalah ikut istirahat atau tidur di saat si Kecil tertidur. Usahakan untuk mendapatkan tidur yang cukup agar optimal dalam mengasuh dan merawat si Kecil ya, Bu.
Jika Ibu mengalami kesulitan beristirahat, Ibu bisa bertanya langsung pada tim Bebecare yang siap melayani Ibu 24 jam sehari, dan 7 hari seminggu.
Baca Juga: Produksi ASI Sedikit? Ini Cara Memperbanyak ASI Secara Alami
5. Makan Makanan Bergizi
Untuk menjaga kesehatan selama masa menyusui, Ibu juga perlu mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang dan cukup cairan. Beberapa jenis makanan yang bisa dikonsumsi ibu menyusui di antaranya adalah:
- Ikan dan makanan laut: kerang, ikan sarden, salmon, rumput laut.
- Daging merah dan putih: ayam, daging sapi, hati ayam.
- Serat dari sayur dan buah-buahan: tomat, kol, bawang putih, brokoli, paprika, kale.
- Lemak sehat: kelapa, telur, yogurt, alpukat, minyak zaitun.
- Kacang-kacangan dan biji-bijian: almond, chia seed, walnut, flaxseed,
- Kentang.
- Quinoa.
- Kimchi.
- Oatmeal.
- Ubi.
- Tahu.
6. Lakukan Hobi untuk Kelola Stres
Mengelola stres dan membuat suasana hati tetap happy dengan melakukan kegiatan favorit, ternyata juga dapat menjadi alternatif cara menjaga produksi ASI tetap optimal, lho! Sebab, perasaan Ibu yang bahagia dan nyaman dapat meningkatkan hormon oksitosin. Hormon inilah yang dapat membantu meningkatkan jumlah ASI secara alami.
Jadi, yuk jalan-jalan, bertemu dengan teman terdekat, melukis, atau sekadar berolahraga ringan di taman kota akhir pekan ini untuk melepas penat!
Nah, itu dia beberapa tanda bayi kurang ASI serta cara mengatasinya. Ingat, jangan ragu untuk pergi ke dokter atau konselor laktasi bila Ibu mengalami masalah saat menyusui, ya.
Karena, sangat penting untuk memastikan bayi bisa mendapatkan manfaat ASI secara optimal sesuai kebutuhan, serta mencegah tumbuh kembangnya terhambat.
Selain memantau kecukupan asupan ASI bayi, Ibu juga perlu memantau aspek tumbuh kembang yang lain. Nah, Ibu bisa memanfaatkan tool Milestone Tumbuh Kembang di fitur Bebejourney untuk memantau setiap momen tumbuh kembang si Kecil. Ibu juga bisa akses berbagai fitur edukatif dan menarik lainnya seperti Poop Checker, Panduan MPASI, hingga Grafik Pertumbuhan. Gratis! Gabung Sekarang
Semoga informasi ini bermanfaat dan terus semangat meng-ASI-hi si Kecil, ya! Selalu pastikan nutrisi si Kecil terpenuhi sejak dini agar pencernaannya selalu sehat dan tumbuh jadi Anak Hebat.