Berat Badan Ideal untuk Anak Usia 3 Tahun
Melihat pipi chubby anak usia 3 tahun memang menggemaskan. Namun, mungkin Ibu jadi bertanya-tanya dalam hati, apakah berat badan si K...

Melihat pipi chubby anak usia 3 tahun memang menggemaskan. Namun, mungkin Ibu jadi bertanya-tanya dalam hati, apakah berat badan si Kecil masih termasuk ideal atau berisiko kelebihan berat badan?
Berat badan anak adalah salah satu acuan untuk menilai apakah pertumbuhannya sudah sesuai umur. Jadi, sangatlah wajar kalau Ibu penasaran dan bertanya-tanya apakah berat badan anak usia 3 tahun ini sudah ideal atau belum. Karena, berat badan yang berlebih atau kurang dapat memengaruhi tumbuh kembang dan status gizi si Kecil
Lantas, berapa berat badan anak usia 3 tahun yang ideal dan bagaimana cara memaksimalkan berat badannya agar ia dapat tumbuh optimal? Yuk, simak bersama informasi selengkapnya di artikel ini!
Berapa Berat Badan yang Ideal untuk Anak Usia 3 Tahun?
Untuk memastikan status gizi si Kecil sekaligus mengetahui berat badan anak Ibu sudah ideal atau belum, tidak cukup dengan menimbang berat badannya saja. Sebab, pertambahan berat badan juga harus mempertimbangkan laju pertumbuhan tinggi badan serta umur anak.
Maka dari itu, dokter biasanya akan mengacu pada kurva pertumbuhan dengan indikator berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) yang bisa dilakukan tiap 6 bulan. Dari hasil tersebut, dokter bisa menginterpretasikan apakah si Kecil mengalami obesitas, gizi lebih, gizi kurang, atau cukup gizi.
Adapun berat badan anak usia 3 tahun dan tinggi badannya (BB/TB) yang ideal berdasarkan Standar Antropometri yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan RI adalah sebagai berikut.
-
Anak laki-laki: memiliki berat sekitar 12,7 - 16,2 kg dengan tinggi badan mencapai 92,4 cm - 99,8 cm.
-
Anak perempuan: memiliki berat sekitar 12,2 - 15,8 kg dengan tinggi badan mencapai 12,2 - 15,8 kg.
Akan tetapi, ingat ya, Bu. Jangan terlalu berpatokan pada sebuah angka ideal atau membandingkan dengan anak lainnya. Setiap anak bisa bertumbuh kembang dengan cara dan kecepatannya masing-masing.
Jadi. selama si Kecil terus menunjukkan pertumbuhan ke arah yang positif dan tidak menunjukkan tanda-tanda obesitas atau keterlambatan, Ibu dan Ayah sebetulnya tidak perlu terlalu khawatir.
Jika Ibu ingin lebih yakin, ada baiknya bawa si Kecil ke Posyandu atau Puskemas secara berkala untuk mendapatkan pengukuran yang lebih akurat dari dokter.
Lantas, apa yang terjadi bila berat dan tinggi badan anak Ibu tidak proporsional? Jawabannya, ternyata besar sekali, lho, Bu. Bila bobot si Kecil terlalu berat dibandingkan tinggi badannya, alias kegemukan atau obesitas, bisa muncul berbagai masalah serius, seperti gangguan kesehatan hingga memengaruhi perkembangan sosio-emosionalnya.
Performa akademik anak pun bisa ikut terpengaruh, Bu. Menurut sebuah studi, anak yang gemuk dan obesitas memiliki kemungkinan 4 kali melaporkan masalah di sekolah dibandingkan teman-temannya. Mereka juga bisa mengalami gangguan belajar, serta lebih sering absen akibat kondisi kesehatan mereka yang berakibat pada performa akademik menurun.
Baca Juga: Tinggi Badan Ideal Anak Usia 3 Tahun dan Cara Maksimalkannya
Apa Pentingnya Memantau Tinggi dan Berat Badan Anak?
Bu, memantau pertumbuhan tinggi badan anak sangatlah penting dan perlu dilakukan secara berkala setiap bulannya. Hal ini tujuannya adalah untuk memastikan anak sudah bertumbuh dengan baik sesuai usianya atau belum.
Hal ini karena tinggi dan berat badan merupakan salah satu faktor yang dapat menentukan perkembangan anak sudah sesuai jalur grafik pertumbuhan atau belum. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) juga menjelaskan bahwa pertumbuhan tinggi badan berperan penting untuk menentukan status gizi anak ketika dibandingkan dengan berat badannya.
Dari angka berat badan si Kecil, dokter bisa membandingkannya dengan pertambahan tinggi badannya untuk mendeteksi apakah gizi si Kecil sudah cukup atau malah menunjukkan risiko masalah kesehatan seperti kurang gizi, gizi buruk, stunting, kwashiorkor dan marasmus, hingga obesitas.
Sebagai contoh, apabila anak memiliki berat badan yang lebih cepat dari pertumbuhan tingginya, si Kecil mungkin berisiko memiliki kelebihan berat badan atau obesitas.
Memantau pertambahan berat dan tinggi badan anak juga penting untuk mendeteksi gangguan pertumbuhan yang dapat berakibat jangka panjang pada kualitas hidup anak, seperti stunting.
Stunting adalah masalah gagal tumbuh pada anak yang disebabkan oleh kekurangan gizi dalam waktu cukup lama. Mengutip dari laman resmi Kemenkes RI, stunting dapat mengakibatkan perawakan tinggi badan anak lebih pendek dari standar usianya atau bahkan atau sangat pendek.
Faktor yang Memengaruhi Berat Badan Anak
Pertambahan berat dan tinggi badan adalah bagian dari tumbuh kembang anak yang normal dari tahun ke tahun.
Namun yang perlu dipahami juga, Bu, setiap anak pasti melalui tahapan tumbuh kembang yang berbeda antara satu sama lain. Perbedaan ini dipengaruhi oleh banyak faktor yang juga berbeda sehingga sangatlah wajar.
Salah satu faktor terbesar yang mempengaruhi badan berat badan anak adalah genetik warisan dari orang tua. Selain itu, ada pula beberapa faktor lain yang memengaruhi berat badan anak, seperti:
-
Nutrisi yang dikonsumsi. Anak-anak yang memiliki tinggi badan lebih pendek dibandingkan anak seusianya bisa jadi akibat asupan nutrisi yang dikonsumsinya, dan begitu pula sebaliknya. Meski demikian, bisa pula anak-anak obesitas memiliki tinggi badan pendek karena pemberian makanan dengan nutrisi yang tidak seimbang walaupun porsinya besar.
-
Pola tidur. Anak yang cukup tidur, kemungkinan besar ia akan lebih cepat mengalami pertumbuhan fisik maupun motorik. Ini karena pola tidur yang cukup ternyata berperan penting dalam menambah berat dan tinggi badan anak.
-
Kondisi kesehatan tertentu. Anak-anak yang menderita penyakit kronis (kanker, penyakit ginjal), atau gangguan kesehatan tertentu yang mengganggu pola makan dan proses penyerapan nutrisi (gangguan pencernaan) dapat memperlambat tumbuh kembangnya.
Apa yang Harus Dilakukan agar Berat Badan Anak Ideal?
Untuk mencapai pertumbuhan yang optimal serta status gizi yang baik, Ibu perlu menjaga berat badan si Kecil agar tetap ideal dan sesuai dengan rekomendasi umur si Kecil. Lalu, apa ya upaya yang bisa dilakukan agar proporsi tubuh anak ideal?
Berikut adalah beberapa cara yang bisa Ibu lakukan untuk menjaga berat badan sehat anak di usia 3 tahun.
1. Atur Menu Makannya
Salah satu cara yang bisa Ibu lakukan agar berat badan anak usia 3 tahun bisa ideal adalah dengan menjaga asupan nutrisi si Kecil. Untuk asupan nutrisi, tentu tetap mengacu pada pedoman gizi seimbang dan beragam.
Adapun panduan porsi makannya yaitu dengan Isi Piringku, panduan yang dirancang oleh Kemenkes untuk bantu mempermudah mencukupi gizi harian dari menu makanan sehari-hari.
Mengacu pada pedoman tersebut, isi piring untuk anak usia 2-5 tahun idealnya terbagi sebagai berikut:
-
35% karbohidrat (nasi, kentang, singkong, jagung, ubi, dll);
-
35% lauk/protein, kombinasi hewani dan nabati (ikan, telur, unggas, daging merah, tempe, kacang-kacangan, dll);
-
30% sayur dan buah.
Hal yang tak kalah penting lainnya adalah biasakan si Kecil makan dengan jadwal yang teratur, Bu. Dengan demikian, ia akan mengenal rasa kenyang dan lapar.
Penting juga untuk menghindari memberi makanan sebagai hadiah, karena ini akan membuat si Kecil beralih ke makanan saat ia membutuhkan dukungan atau ingin merayakan keberhasilan.
2. Optimalkan Nutrisi Anak
Ibu juga perlu menyempurnakan asupan nutrisi anak dengan memberi si Kecil susu sebagai sumber protein hewani, kalsium, dan asam lemak esensial seperti omega 3 dan omega 6. Ibu dapat mencukupi kebutuhan kalsium hariannya lewat pemberian susu pertumbuhan terfortifikasi seperti Bebelac 3 GroGreat+.
Selain tinggi kalsium, susu Bebelac 3 GroGreat+ merupakan partner Ibu Hebat untuk tumbuhkan Anak Hebat karena memiliki keunggulan berupa kombinasi serat FOS dan GOS dengan rasio 1:9 yang satu-satunya teruji klinis untuk mendukung saluran cerna si Kecil (happy tummy).
Ketika pencernaannya baik, anak juga akan bisa lebih aktif, ceria, dan bersemangat untuk melakukan berbagai kegiatan yang menunjang pertumbuhan berat badannya sambil bermain bersama teman-teman (happy heart).
Tak hanya itu, Hebatnya Bebelac karena juga mengandung DHA dan LA+ALA (minyak ikan) yang lebih tinggi untuk dukung perkembangan kognitif anak. Ada pula zat besi, yodium, dan vitamin C untuk bantu melengkapi kebutuhan gizinya supaya anak bisa tumbuh hebat.
Agar asupan nutrisi si Kecil makin maksimal, Ibu bisa berikan susu Bebelac 3 GroGreat+ sebanyak 3 kali sehari.
Baca Juga: Manfaat Anak Minum Susu untuk Anak Usia 3 Tahun ke Atas
3. Dorong Anak agar Aktif Bergerak
Supaya berat badan anak usia 3 tahun yang ideal bisa tercapai, sebaiknya batasi screen time untuk menonton televisi atau bermain agar tidak lebih dari dua jam per hari. Coba alihkan kegiatan si Kecil dari menonton TV atau bermain gawai, menjadi aktivitas yang melibatkan fisik.
Ajaklah si Kecil untuk melakukan olahraga bersama Ibu dan Ayah secara rutin setiap hari. Ibu juga bisa menyesuaikan jenis olahraga yang cocok untuk si Kecil. Misalnya, jogging, bermain bola, senam pagi, bersepeda, dan berenang. Mengajaknya bermain permainan tradisional, seperti petak umpet, lompat tali, layangan, engklek, dan lain sebagainya.
Selain menyehatkan dan menyenangkan, aktivitas fisik untuk anak 3 tahun ini juga bermanfaat bagi kesehatannya. Mulai dari memperkuat tulang dan otot, mengendalikan berat badan, serta mengoptimalkan tinggi badannya.
4. Pastikan Anak Tidur Cukup
Siapa sangka, Bu? Tidur yang cukup ternyata erat kaitannya dengan obesitas. Sebuah penelitian berjudul Sleep Patterns and Obesity in Childhood menunjukkan bahwa durasi tidur yang pendek di masa kanak-kanak akan meningkatkan risiko anak mengalami obesitas.6
Jika anak terbiasa begadang atau tidak larut malam, waktu tidurnya menjadi tidak cukup tiap harinya, Bu. Hal ini dapat mengganggu pertumbuhannya secara keseluruhan.
Alhasil, pertumbuhan dan kemampuannya untuk fokus, belajar, dan bersosialisasi akan terganggu. Jadi, penting sekali bagi Ibu untuk memastikan si Kecil cukup istirahat setiap hari.
Lalu, berapa lama tidur yang cukup untuk anak 3 tahun? Untuk anak berusia 3-5 tahun, sebaiknya mendapatkan tidur selama 10-13 jam sehari. Ibu juga bisa membiasakan si Kecil untuk tidur siang, agar perkembangan dan pertumbuhan tinggi badannya berjalan optimal.
Baca Juga: Kenali Perkembangan Emosi Anak Umur 3 Tahun
Demikian penjelasan seputar tinggi dan berat badan anak usia 3 tahun yang penting untuk Ibu ketahui.
Ingat, tumbuh kembang anak usia 3 tahun atau usia berapa pun dapat dipengaruhi oleh banyak hal. Meski begitu, Ibu tetap bisa mengoptimalkannya lewat pemenuhan nutrisi terbaik setiap hari, serta rekomendasi dokter agar ia bisa tumbuh menjadi anak hebat.
Semoga artikel ini membantu ya, Bu. Kalau Ibu ingin dapatkan lebih banyak lagi informasi terbaru seputar tumbuh kembang anak dan tips mendukung kesehatannya, yuk bergabung di Bebeclub sekarang. Ibu juga bisa dapatkan berbagai promo dan penawaran melarik seputar susu Bebelac, lho!
Referensi:
-
Ireska Afifa, Catherine Sambo, Bernie Medise. (2016). Pentingnya Memantau Pertumbuhan dan Perkembangan Anak (Bagian 1). Diambil dari https://www.idai.or.id [diakses 5 Februari 2022]
-
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2020 TENTANG STANDAR ANTROPOMETRI ANAK. (2020). Diambil dari http://hukor.kemkes.go.id [diakses 5 Februari 2022]
-
Krushnapriya Sahoo, dkk. (2015). Childhood Obesity: Causes and Consequences. Diambil dari https://www.ncbi.nlm.nih.gov [diakses 7 Februari 2022]
-
Cut Nurul Hafifah. (2017). Anak Gemuk Lebih Berisiko Terkena Berbagai Penyakit. Diambil dari https://www.idai.or.id [diakses 7 Februari 2022]
-
Gerakan Kesehatan Ibu dan Anak. (2018). Isi Piringku. Diambil dari https://gkia.org [diakses 7 Februari 2022]
-
Alison L Miller, dkk. (2015). Sleep Patterns and Obesity in Childhood. Diambil dari https://www.ncbi.nlm.nih.gov [diakses 7 Februari 2022]
-
Ireska Afifa, Catherine Sambo, Bernie Medise. (2016). Pentingnya Memantau Pertumbuhan dan Perkembangan Anak (Bagian 1). Diambil dari https://www.idai.or.id [diakses 5 Februari 2022]
-
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2020 TENTANG STANDAR ANTROPOMETRI ANAK. (2020). Diambil dari http://hukor.kemkes.go.id [diakses 5 Februari 2022]
-
Krushnapriya Sahoo, dkk. (2015). Childhood Obesity: Causes and Consequences. Diambil dari https://www.ncbi.nlm.nih.gov [diakses 7 Februari 2022]
-
Cut Nurul Hafifah. (2017). Anak Gemuk Lebih Berisiko Terkena Berbagai Penyakit. Diambil dari https://www.idai.or.id [diakses 7 Februari 2022]
-
Gerakan Kesehatan Ibu dan Anak. (2018). Isi Piringku. Diambil dari https://gkia.org [diakses 7 Februari 2022]