Cara Toilet Training untuk Mengajarkan Anak Pipis & BAB Sendiri
Anak siap BAK dan BAB sendiri umumnya di usia 18-30 bulan. Ibu bisa mulai toilet training dengan cara mengenalkan bentuk dan fungsi toilet, membuat rutinitas ke kamar mandi, dan menggunakan pispot.
Ditulis oleh :
Tim Penulis
Ditinjau oleh :
Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK, FRSPH
Diterbitkan: 17 November 2025
Diperbarui: 17 November 2025
Salah satu tanda kemandirian anak di usia dini adalah mampu pipis (BAK) dan BAB sendiri di toilet. Lantas, kapan sebaiknya mulai mengajarkan toilet training pada anak dan bagaimana caranya?
Apa Itu Toilet Training dan Mengapa Penting Dikenalkan Sejak Dini?
Toilet training atau potty training adalah proses mengajarkan anak untuk buang air kecil (BAK) dan buang air besar (BAB) di toilet secara mandiri, menggantikan penggunaan popok.
Proses ini penting karena tidak hanya mengajarkan kebersihan diri, tapi juga melatih anak untuk belajar mandiri. Di samping itu, berikut manfaat lain mengajarkan anak BAK dan BAB di toilet:
- Mengajarkan kebiasaan hidup bersih.
- Melatih kontrol diri dan disiplin.
- Mengurangi risiko ruam popok akibat memakai popok terlalu lama.
- Meningkatkan kepercayaan diri anak.
Sebaiknya Toilet Training Mulai Umur Berapa?
Menurut IDAI, anak biasanya siap toilet training pada usia 18–30 bulan. Namun, kesiapan tiap anak berbeda, sehingga tidak ada usia pasti untuk memulainya.
Berikut perkiraan kesiapan anak belajar toilet training menurut usianya:
|
Usia Anak |
Kemampuan Umum |
Keterangan |
|
<18 bulan |
Belum bisa mengontrol kandung kemih. |
Belum siap toilet training. |
|
18-24 bulan |
Mulai mengenali rasa ingin pipis/pup. |
Bisa mulai diperkenalkan dengan toilet training. |
|
24-36 bulan |
Sudah bisa bicara dan lepas popok lebih lama. |
Waktu terbaik untuk latihan. |
|
>3 tahun |
Sebagian besar anak sudah mandiri. |
Jika belum, konsultasikan ke dokter. |
Terlepas dari waktu kesiapan dan keinginan anak untuk mulai belajar toilet training, penting untuk melakukan proses ini secara bertahap dan penuh kesabaran ya, Bu.
Tanda Anak Siap Toilet Training
Selain berpatokan pada usia, Ibu mulai bisa memperkenalkan potty training apabila si Kecil sudah menunjukkan tanda-tanda kesiapan ini:
- Popok anak kering saat bangun tidur atau selama 1-2 jam pemakaian.
- Anak tidak betah saat popok basah atau kotor.
- Anak sudah bisa bilang ingin buang air kecil atau buang air besar.
- Anak memperlihatkan rasa tidak nyaman ketika popoknya basah atau kotor dan meminta untuk diganti dengan yang baru.
- BAB rutin pada waktu yang sama setiap harinya.
- Anak sudah bisa melepas celana sendiri.
- Anak bisa duduk dengan nyaman dalam satu posisi untuk sementara waktu.
- Anak tahu bahwa kloset dan kursi pispot digunakan untuk buang air kecil dan besar.
- Menunjukkan ketertarikannya saat Ibu dan Ayah menggunakan kamar mandi.
- Sudah mampu mengikuti instruksi sederhana.
Checklist Perlengkapan Toilet Training
Saat akan mendampingi anak belajar pipis dan BAB sendiri, Ibu perlu menyiapkan beberapa perlengkapan yang dapat membantu mempermudah proses belajarnya, yakni:
|
Kebutuhan |
Fungsi |
Tips Memilih |
|
Celana dalam anak |
Latihan tanpa popok. |
Pilih bahan lembut dan mudah dicuci. |
|
Pispot anak / potty chair |
Tempat latihan awal. |
Pilih yang stabil dan mudah dibersihkan. |
|
Dudukan toilet anak |
Adaptasi ke toilet dewasa. |
Pilih model lucu agar anak tertarik menggunakannya. |
|
Step stool / pijakan kaki |
Bantu anak naik ke kloset. |
Pastikan anti-slip |
|
Stiker / chart reward |
Penyemangat untuk anak. |
Gunakan karakter favorit si Kecil. |
Baca Juga: Cara Cegah Gangguan Pencernaan pada Anak
Cara Efektif Mengajarkan Toilet Training
Jika Ibu dan Bapak sudah melihat tanda-tanda anak siap belajar pipis dan BAB di toilet, ada beberapa cara mengajarkan yang perlu dilakukan agar ia tidak kaget, stres, ataupun trauma. Berikut beberapa cara toilet training:
1. Siapkan Lingkungan yang Nyaman
Untuk mulai mengajarkan anak bisa BAB dan BAK sendiri, Ibu perlu membuat anak merasa nyaman di toilet.
Kondisikanlah kamar mandi senyaman mungkin sehingga Ibu terbiasa mengganti popoknya di sana.
Ibu juga bisa sambil menjelaskan pada si Kecil bahwa sekarang ia sudah besar dan sudah tidak bisa lagi BAB dan BAK di popok.
2. Perkenalkan Toilet Secara Positif
Untuk membantu si Kecil merasa familiar dengan kamar mandi dan toilet, Ibu bisa bantu mengenalkan bentuk dan fungsi toilet, serta mencontohkan cara menggunakannya.
Misalnya, dengan mempraktekkan cara duduk untuk BAB atau meminta bantuan si Kecil menekan flush sambil jelaskan padanya bahwa, “Setelah pup, Adik bisa siram toiletnya sendiri, lho!”.
Cara ini membantunya memahami bahwa toilet memang tempatnya untuk BAB. Pada tahap ini, gunakan kata-kata yang mudah dimengerti dan mudah diucapkan si Kecil, seperti 'pipis' atau 'pup'.
Ibu juga bisa ajak si Kecil mengecek kesehatan pencernaannya sendiri lewat AI Poop Tracker setiap kali habis pup. Cukup dengan upload foto pupnya dan hasil analisisnya bisa Ibu dapatkan secara real time dalam 60 detik untuk dikonsultasikan lebih lanjut ke dokter.
3. Libatkan Anak dalam Proses
Sebagai langkah awal potty training, Ibu bisa menawarkan si Kecil pakaian dalam baru dan biarkan ia memilih motif serta warna favoritnya. Cara ini membantu anak lebih semangat beralih dari penggunaan popok sekali pakai.
Ibu juga bisa memberinya dudukan toilet khusus dengan desain lucu dan warna menarik. Biarkan si Kecil memilih apakah ingin mulai belajar pipis dan BAB di potty kecil atau dudukan yang langsung dipasang di kloset dewasa.
Usahakan Ibu memilih dudukan yang memiliki pijakan kaki agar anak merasa aman dan rileks selama proses belajar.
4. Buat Jadwal Rutin BAB dan BAK
Cara toilet training juga bisa dengan membuat jadwal rutin untuk BAB dan BAK agar anak terbiasa ke toilet, misalnya setelah bangun tidur, sebelum tidur, setelah makan, atau saat akan berganti aktivitas.
Ini membantu anak mengenali waktu alami tubuhnya untuk buang air. Jika belum terbiasa, ajak anak duduk di toilet selama 10-15 menit setelah makan atau sebelum tidur.
Di awal, anak mungkin gelisah, jadi bantu dengan cara mengalihkan perhatian menggunakan buku atau mainan favoritnya.
5. Berikan Reward Kecil-Kecilan
Agar anak semangat pipis dan BAB sendiri di toilet, terapkan sistem reward seperti memberi stiker atau bintang setiap kali ia berhasil melakukannya. Ini membuat proses belajar terasa menyenangkan.
Setelah mengumpulkan banyak stiker, beri hadiah kecil seperti buku atau mainan favoritnya. Cara ini bisa memotivasi anak untuk lebih konsisten.Jangan lupa berikan pujian setiap kali ia berhasil, misalnya dengan ucapan “Good job!” atau “Anak Ibu hebat!”.
Namun, tetap awasi anak saat menggunakan toilet agar aman ya, Bu. Ibu juga bisa memberikan makanan atau minuman favorit anak sebagai reward, seperti buah, susu, dan camilan ringan lainnya.
Baca Juga: 10 Cara agar BAB Anak Lancar dan Tidak Keras, Ibu Wajib Tahu!
6. Tanggapi "Kecelakaan" dengan Tenang
Cara mengajarkan anak BAB di kloset maupun pipis di toilet mungkin tidaklah instan, Bu. Kadang anak masih bisa ngompol atau BAB di celana meski sudah terbiasa menggunakan toilet.
Dalam kondisi lainnya, anak bisa juga mengalami kemunduran dalam toilet training karena ada perubahan rutinitas, seperti mulai sekolah atau berganti pengasuh.
Jika ini terjadi, di awal Ibu bisa menegurnya dengan lembut dan terus bersabar dalam menemaninya belajar.
bila sebelumnya berhasil lulus toilet training tapi terlihat ada kemunduran, sebaiknya konsultasikan lebih lanjut ke dokter. Hindari menghukum anak karena hanya akan membuatnya takut dan berisiko trauma.
7. Ajarkan Kebersihan Diri
Cara mengajari anak belajar pipis dan BAB sendiri tidak cukup sampai ia berhasil melakukannya di toilet. Ibu bisa sekaligus menjelaskan padanya kebiasaan baik dalam memakai toilet, seperti:
- Mengajari cara duduk yang benar di kloset.
- Mengajari cara membersihkan alat kelaminnya, baik untuk anak perempuan maupun laki-laki, setelah BAK dan BAB.
- Mengajari cara menekan tombol flush setiap kali selesai BAK atau BAB.
- Mengajari cara mencuci tangan dengan cara yang benar setiap selesai memakai toilet.
8. Siaga Toilet Training Malam Hari
Menghadapi toilet training di malam hari bisa saja berbeda dengan siang hari. Berikut tips yang bisa Ibu lakukan:
- Biasakan anak rutin ke toilet sebelum tidur.
- Jika anak terbangun di malam hari, tanyakan apakah ia ingin pergi ke toilet sebelum kembali tidur.
- Gunakan alas tidur waterproof agar lebih mudah dibersihkan bila anak mengompol di malam hari.
- Hindari terlalu menekan anak dan menghukumnya ketika ia masih kedapatan mengompol di malam hari.
- Berikan pujian jika anak bangun dalam keadaan kering, tapi jangan memarahinya kalau ia masih mengompol.
9. Hindari Memaksa Anak
Cara mengajari anak BAB sendiri maupun pipis di toilet memang butuh kesabaran. Jangan mudah marah atau memaksa si Kecil jika memang ia belum mau pipis atau pup sendiri di toilet.
Jangan juga marahi anak jika ia masih belum bisa mengontrol keinginan pipis dan BAB-nya.
Jadi daripada menegur dengan cara “Adik udah besar nggak boleh ngompol, ya!” Ibu bisa bilang “Adik lupa ya kalau udah nggak pakai popok? Lain kali kalau mau pipis, bilang ke Ibu ya nanti kita sama-sama ke toilet.”
Hindari juga membandingkan anak dengan anak lain karena ia bisa trauma, takut ke toilet, hingga menurunkan kepercayaan dirinya.
10. Peka Melihat Anak yang Kebelet
Masa-masa toilet training memang cukup menantang bagi orang tua. Maka itu, Ibu perlu peka saat anak mulai merasa ingin buang air kecil maupun besar, baik ketika di rumah maupun di luar rumah.
Misalnya, bila Ibu melihat tanda-tanda bahwa anak mau buang air, seperti menggeliat, jongkok, atau memegang area kelaminnya, segera ajak ia ke toilet.
Lama-kelamaan si Kecil mungkin akan terbiasa dengan sinyal-sinyal ini dan akan terbiasa dengan sendirinya pergi ke toilet.
Baca Juga: Panduan Menjaga Kesehatan Pencernaan Anak Sejak Dini
Perbedaan Toilet Training Siang, Malam, dan di Luar Rumah
Agar proses potty training anak lebih efektif, kenali perbedaan waktu dan situasi berikut:
|
Jenis Latihan |
Ciri dan Tujuan |
Tips Praktis |
|
Siang hari |
Lebih mudah karena anak aktif dan sadar. |
Ajarkan ke toilet setiap 2-3 jam sekali. |
|
Malam hari |
Lebih sulit karena kontrol urin menurun saat tidur. |
Hindari minum berlebih sebelum tidur. |
|
Di luar rumah |
Tantangan baru bagi anak. |
Bawa potty portabel dan celana ganti. |
|
Di daycare |
Perlu koordinasi dengan pengasuh. |
Gunakan jadwal dan aturan yang sama dengan di rumah. |
Kapan Harus Konsultasi ke Dokter?
Tingkat keberhasilan memperkenalkan potty training tidak hanya dilihat dari usia, tapi juga tergantung pada perkembangan, perilaku, dan kebiasaan anak.
Maka itu, Ibu juga perlu memperhatikan dan memeriksakannya ke dokter bila anak mengalami kondisi berikut:
- Anak berusia lebih dari 2,5 tahun dan belum tertarik dengan pelatihan toilet.
- Anak berusia lebih dari 3 tahun dan belum terlatih ke toilet di siang hari.
- Menolak duduk di kursi pispot atau toilet.
- Selalu menahan BAB.
- Mengalami sembelit parah, kesakitan saat BAB.
- Tidak bisa merasakan ingin pipis/pup.
- Ada riwayat infeksi saluran kemih berulang, salah satu penyakit yang rentan terjadi pada anak.
Dokter akan membantu memeriksa kondisi saraf dan otot kandung kemih anak, pola makan, asupan cairan, serta faktor psikologis yang mungkin memengaruhi.
Hal lain yang juga penting adalah menjaga kesehatan pencernaannya dengan makanan berserat dan tambahan susu pertumbuhan yang bagus untuk pencernaan.
Bebelac 1 NutriGreat+, bekal si Kecil tumbuh bersinar dari dalam. Formula terbaik dari Bebelac diperkaya dengan 3 serat penting FOS:GOS dan Inulin, DHA 2x lebih tinggi, dan 0gr sukrosa. Bantu dukung tumbuh kembang optimalnya.
Jangan lupa daftar jadi member Bebeclub untuk baca ratusan artikel parenting dan pemenuhan gizi anak terlengkap dan terverifikasi ahli. Dengan jadi member, Ibu juga bisa dapatkan akses eksklusif ke berbagai fitur monitor kesehatan pencernaan anak, hingga kesempatan dapat hadiah menarik dari setiap pembelian produk Bebelac. Daftar gratis, sekarang!

