Cara Stimulasi Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia Dini (0-12 Bulan)
Perkembangan motorik kasar anak di usia dini selalu menakjubkan untuk diperhatikan ya, Bu? Dari yang tadinya hanya dari bisa berguling, ...
Ditulis oleh :
Tim Penulis
Ditinjau oleh :
Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK, FRSPH
Perkembangan motorik kasar anak di usia dini selalu menakjubkan untuk diperhatikan ya, Bu? Dari yang tadinya hanya dari bisa berguling, merangkak, dan duduk, sekarang si Kecil sudah mulai belajar makan sendiri.
Untuk itu, pada artikel kali ini, kami akan mengajak Ibu untuk memahami perkembangan motorik kasar bayi usia 0-12 bulan beserta stimulasi yang dapat diberikan sehingga si Kecil dapat mencapai milestone motorik sesuai dengan usianya.
Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia Dini (0-12 Bulan)
Perkembangan motorik adalah pertumbuhan fisik yang ditandai dengan penguatan tulang, otot, dan kemampuan anak untuk bergerak dan mengeksplor lingkungannya. Perkembangan motorik sendiri terjadi bertahap dan berkelanjutan sesuai dengan usia dan stimulasi yang si Kecil dapatkan sejak dini.
Nah, motorik kasar itu sendiri adalah kemampuan anak untuk mengontrol gerakan tubuh menggunakan otot-otot besar yang ada pada lengan, kaki, dan badannya untuk melakukan gerakan seperti merangkak, berjalan, melompat, menendang, atau mengangkat barang.
Yang perlu dipahami, Bu, meski setiap anak memang memiliki kecepatan tumbuh kembang yang berbeda, apabila pada usia 9 bulan ke atas si Kecil belum dapat duduk sendiri, Ibu perlu segera menghubungi dokter anak untuk mendapatkan pemeriksaan lebih lanjut, ya.
Cara Stimulasi Keterampilan Motorik Kasar Bayi 0-12 Bulan
Ibu, kendati si Kecil secara bertahap akan melalui fase demi fase perkembangan motorik, orang tua yang ikut mendampingi pasti akan menambah rasa percaya diri dan kasih sayang dalam diri Si Kecil.
Nah, mari kita simak, yuk, beberapa cara yang Ibu bisa lakukan untuk menstimulasi motorik si Kecil sesuai capaian milestone umurnya pada penjelasan berikut ini:
1. Melatih Bayi Tengkurap (Tummy Time)
Stimulasi pertama yang dapat ibu lakukan untuk melatih motorik si Kecil sejak usia dini adalah tummy time.
Ibu bisa mulai mengenalkan tummy time bahkan saat si Kecil baru lahir atau masih berusia kurang dari 1 bulan. Yang penting, selalu awasi bayi saat melakukan tummy time ya, Bu.
Aktivitas tummy time dapat membantu menguatkan otot-otot leher, bahu, dan lengan agar si Kecil bisa mengangkat kepalanya. Nah mulai memasuki usia 3-4 bulan, otot-otot leher si Kecil akan menguat berkat tummy time sejak dini sehingga nanti ia bisa mengangkat dan menahan kepalanya sendiri tanpa bantuan Ibu.
Kemampuan ini akan sangat berguna untuk membantu si Kecil menahan kepalanya tetap dalam posisi tegak saat tengkurap, duduk, dan merangkak, sampai akhirnya bisa berdiri dan berjalan nanti.
Selain itu, kemampuan mengangkat kepala juga akan membantu bayi mengeksplorasi lingkungan sekitar, seperti menoleh ke arah benda-benda yang menurutnya menarik, mencari sumber suara Ibu, dan memperhatikan apa yang terjadi di sekitar si Kecil.
Baca juga: Perkembangan Bayi 3 Bulan, Si Kecil Sudah Bisa Apa?
2. Stimulasi Bayi Berguling
Setelah si Kecil dapat mengangkat kepalanya, ia akan mulai belajar untuk berguling ke kanan dan ke kiri, dari posisi tidur terlentang ke posisi tengkurap dan sebaliknya. Kapan, sih, bayi mulai bisa berguling?
Bayi umumnya mulai bisa berguling dari posisi telentang ke tengkurap di usia sekitar 5-6 bulan. Kemudian pada usia 6-7 bulan, si Kecil akan belajar untuk berguling kembali dari posisi tengkurapng ke posisi telentang.
Nah, untuk menstimulasi bayi agar ia bisa berguling, Ibu tetap perlu melanjutkan sesi tummy time seperti di bulan-bulan lalu, tapi sedikit lebih perpanjang durasinya.
Bedanya, memasuki usia 5-7 bulan, Ibu dapat memotivasi bayi yang sedang tengkurap agar berguling dengan mengayunkan badannya sendiri menggunakan tumpuan perut dan menendang lantai dengan kaki menggunakan “panggilan” mainan yang menarik atau suara Ibu.
Letakkan mainan tersebut di depan, di samping kanan, atau di samping kiri si Kecil sambil secara bergantian sambil memberikan kalimat dorongan dengan seperti:,
“Lihat nak, bebeknya mengajak main, Kwek, kwek, kwek adik coba lihat aku. Aku punya ekor berwarna kuning lucu sekali (kemudian pencet perut bebek agar berbunyi).”
Kegiatan tersebut akan membantu si Kecil dalam memperkuat otot-otot yang akan digunakan untuk berguling.
Nah, ketika si Kecil berhasil berguling tanpa bantuan, jangan lupa untuk memberikan pujian dengan suara nada antusias disertai dengan senyum seperti, “Yay, berhasil! Hebat sekali anak Ibu, setelah berusaha berkali-kali akhirnya berhasil berguling sendiri ya, Nak!”
Pujian diperlukan sebab bayi berpotensi merasa terkejut dan khawatir karena tubuhnya melakukan sebuah gerakan baru.
Ibu, kemampuan bayi untuk berguling nantinya menjadi akan dasar bagi si Kecil untuk dapat merangkak dan duduk tanpa bantuan.
3. Melatih Bayi Duduk
Setelah bisa berguling dan tengkurap, milestone motorik selanjutnya yang akan dicapai si Kecil adalah duduk. Kemampuan duduk memberikan pengalaman yang luar biasa bagi bayi untuk bisa melihat dunia dari sudut pandang yang baru dan berbeda. Dengan belajar duduk, bayi juga akan belajar untuk merasa lebih mandiri.
Nah, bayi biasanya mulai belajar duduk secara bertahap ketika usianya memasuki 6 atau 7 bulan. Pada usia tersebut, bayi masih membutuhkan bantuan Ibu atau penyangga lainnya untuk dapat duduk.
Memasuki usia 8 bulan, bayi diharapkan mulai dapat duduk sendiri dengan lebih mantap dan tanpa bantuan. Nah, pada usia 9 bulan, hampir semua bayi sudah dapat duduk secara mandiri dengan baik.
Lalu, bagaimana cara melatih bayi duduk sendiri? Pertama-tama, iIbu bisa membantu si Kecil sejak usia 3-4 bulan dengan membaringkannya di atas lantai berkarpet dan tarik lembut tangannya agar ia mengangkat badannya “pindah” ke posisi duduk. Jika si Kecil sudah di posisi duduk, perlahan kembalikan ia ke posisi berbaring masih dengan memegang kedua tangan si Kecil.
Ulangi aktivitas ini pada berbagai kesempatan hingga si Kecil dapat mengangkat kepalanya hampir dengan setara dengan garis badan saat Ibu mengangkat tangannya ke dalam posisi duduk.
Dengan stimulasi tersebut diharapkan pada usia 5-6 bulan kepala si Kecil sudah tidak lagi menggantung ke belakang ketika ia ditarik ke posisi duduk melalui dua tangan mungilnya.
Kemudian, Ibu bisa melatihnya pelan-pelan duduk sendiri dengan menahan badannya saat duduk di lantai sampai pada akhirnya tubuh si Kecil sudah cukup kuat untuk menahan bebannya sendiri.
Untuk memotivasi si Kecil latihan duduk sendiri, Ibu dapat meletakkan mainan yang kokoh di depan si Kecil seperti bantal lucu atau boneka besar yang disandarkan ke sofa. Jadi, si Kecil tertarik untuk meraih melepas topangan kedua tangannya untuk mainan tersebut dan dengan otomatis bersandar ke mainan ketika badannya oleng.
Oh iya, saat anak belajar duduk di lantai yang keras, pastikan Ibu telah memberikan alas empuk seperti karpet atau matras bermain agar si Kecil tidak mengalami cedera yang berarti.
4. Stimulasi agar Bayi Merangkak
Sembari belajar duduk sendiri, pada umumnya bayi juga mulai belajar untuk merangkak saat usianya memasuki 6 bulan. Ia akan mulai berdiri di atas 4 kaki dan menggoyangkan badannya ke depan dan ke belakang.
Mulai usia 9 bulan, umumnya bayi akan mulai merangkak dengan stabil untuk mengeksplorasi lingkungan sekitar.
Namun, tahap merangkak cukup beragam bagi masing-masing bayi. Tidak semua bayi akan merangkak sempurna dengan bertumpu pada kedua tangan dan lututnya.
Beberapa bayi akan merangkak dengan siku sambil menyeret badan dan kakinya seperti tentara yang sedang merayap saat perang. Bahkan ada sejumlah anak yang melompati tahapan motorik kasar satu ini dan langsung belajar berjalan.
Supaya bayi tidak melompati fase ini, Ibu dapat memberikan berbagai stimulasi pada si Kecil sedini mungkin. Stimulasi yang dapat Ibu berikan sejak hari pertama si Kecil terlahir di dunia adalah tummy time.
Selain tummy time, Ibu juga dapat memancing anak untuk bergerak menggunakan mainan-mainan menarik. Nah, setelah itu kebanyakan bayi akan mulai bisa merangkak mundur terlebih dahulu sebelum dapat merangkak maju, menjauhkan pandangan matanya dari mainan.
Ketika anak mulai lancar merangkak, Ibu dapat membuat beberapa rintangan kecil untuk meningkatkan kecepatan, kelincahan, dan kepercayaan diri anak dalam merangkak.
Ibu dapat memanfaatkan bantal sofa, guling, boneka, atau mainan empuk lain untuk membuat rintangan dan pastikan lantai cukup empuk untuk menerima tubuh si Kecil jika terjatuh.
Baca juga: 7 Cara Stimulasi Agar Bayi Cepat Duduk, Tengkurap, Merangkak, dan Berjalan
5. Melatih Bayi Berdiri
Setelah pandai merangkak, umumnya si Kecil akan mulai meraih furniture di sekitarnya dan mulai mengangkat tubuhnya untuk berdiri. Milestone ini akan mulai dipelajari oleh si Kecil pada usia 7 hingga 12 bulan.
Pada mulanya, si Kecil mungkin hanya mampu berdiri selama beberapa saat sebelum akhirnya jatuh terduduk. Jadi sangat penting bagi Ibu untuk selalu mengawasi gerak-gerik si Kecil dan menangkap tubuh mungilnya saat ia berada pada posisi yang berbahaya.
Agar si Kecil bisa cepat pintar berdiri, memasuki usia 6 bulan, Ibu dapat membantu si Kecil belajar dengan mendirikannya di atas paha Ibu dan membiarkan si Kecil mencoba untuk menyeimbangkan badannya. Perlahan ia akan dengan semangat memantulkan badannya ke atas dan ke bawah.
Setelah itu, Ibu dapat meletakkan mainan di atas coffee table atau sofa agar si Kecil tertarik untuk berdiri dan melangkahkan kakinya untuk meraih mainan-mainan favoritnya.
6. Melatih Bayi Berjalan
Pada usia 12 bulan, umumnya si Kecil akan mulai melangkahkan kaki untuk pertama kalinya.
Untuk melatih anak agar cepat berjalan, Ibu dapat memotivasi si Kecil untuk merambat pada furniture atau objek lain yang tingginya berada di sekitar dada anak, contohnya dudukan sofa, sejak anak berusia 8 bulan.
Pastikan objek yang digunakan untuk merambat si Kecil cukup kuat sehingga ia tidak terjatuh, sebab ia masih menumpukan sebagian besar berat badannya pada objek tersebut.
Selain merambat, mungkin Ibu juga ingin mengajari si Kecil berjalan dengan cara titah. Namun Bu, titah ternyata tidak disarankan karena berpotensi mencederai si Kecil.
Supaya latihannya lebih aman, berikan bantuan dengan cara memegangi pinggang si Kecil sambil memberikan dorongan agar ia melangkahkan kakinya ke depan sembari mencoba meluruskan kakinya.
Ibu juga dapat memberikan toy walker, mainan yang dapat digenggam kemudian didorong oleh si Kecil, untuk membantu si Kecil belajar berjalan. Ibu dapat membelinya di toko perlengkapan bayi atau membuatnya sendiri menggunakan paralon.
Susun paralon dalam bentuk gawang segitiga dan lapisi dengan kain agar empuk jika dagu si Kecil terantuk saat berjalan mendorongnya.
Ketika ia sudah semakin lancar berjalan, berikan mainan atau benda lain untuk dipegang oleh si Kecil sehingga tangan si Kecil penuh dan ia tidak memiliki kesempatan untuk berpegangan pada furnitur di sekitarnya saat berjalan.
Baca Juga: 7 Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini, Asah Dari Sekarang!
Itulah beberapa cara yang bisa ibu lakukan untuk menstimulasi perkembangan motorik kasar anak pada usia dini. Ternyata beberapa hal sederhana yang bisa Ibu lakukan bisa membantu perkembangan motorik si Kecil, ya.
Yang perlu dipahami, Bu, setiap anak adalah individu yang unik sehingga mereka akan memiliki laju perkembangan yang berbeda-beda. Namun, perbedaan ini sangatlah wajar. Apalagi jika si Kecil menunjukkan perkembangan ke arah yang positif sesuai umurnya.
Jangan lupa terus pantau tumbuh kembang bayi dari bulan ke bulan lewat Bebe Journey. Di sini ada berbagai fitur edukatif dan menarik untuk mendukung si Kecil tumbuh hebat.