Penyebab Anak Muntah, Pertolongan Pertama, dan Kapan Harus ke Dokter
Penyebab anak muntah umumnya adalah keracunan makanan, gangguan pencernaan, dan reaksi alergi makanan. Mengalami kecemasan atau stres juga bisa menyebabkan anak mual dan muntah.
Ditulis oleh :
Tim Penulis
Ditinjau oleh :
Dr. dr. Eva Jeumpa Soelaeman, Sp.A (K)
Diterbitkan: 16 Desember 2024
Diperbarui: 02 Desember 2025
Anak muntah lebih dari 6 kali dalam sehari adalah salah satu tanda gangguan kesehatan yang perlu Ibu waspadai. Cari tahu penyebab dan pertolongan pertamanya di sini!
Apakah Muntah pada Anak Itu Normal?
Muntah adalah refleks alami tubuh untuk mengeluarkan benda atau zat berbahaya, seperti bakteri atau lainnya. Menurut IDAI, anak muntah akan berhenti dalam 6-24 jam.
Dibandingkan orang dewasa, anak cenderung lebih sering muntah karena sistem imunnya masih terus berkembang. Jadi, sistem pencernaan si Kecil cenderung lebih sensitif.
Muntah terus-menerus, bahkan berulang di kemudian hari, bisa jadi tanda si Kecil mengalami masalah pencernaan. Ibu perlu membawanya untuk berkonsultasi ke dokter.
Apa Penyebab Anak Muntah?
Memahami penyebab anak sering muntah akan membantu Ibu menemukan cara mengatasi dan melakukan tindak pencegahan. Ini beberapa penyebab kenapa anak sering muntah:
1. Gastroenteritis (Diare Akut)
Salah satu penyebab muntah pada anak yang paling umum adalah gastroenteritis (diare akut), alias muntaber. Ini bisa menyebabkan anak sering muntah selama 1-2 hari.
Muntaber disebabkan infeksi Rotavirus atau Norovirus. Gejala muntaber sering disertai diare, kram perut, dan demam. Pada kasus yang lebih parah, bisa terjadi BAB berdarah.
Berhubung anak sering muntah dan diare, Ibu perlu hati-hati si Kecil akan mengalami dehidrasi.
Pastikan Ibu memberikan cairan sedikit demi sedikit dari air putih atau sup agar ia tetap terhidrasi.
2. Keracunan Makanan
Penyebab anak muntah tiba-tiba, terutama setelah makan, adalah keracunan makanan. Ini terjadi ketika si Kecil mengonsumsi minuman atau makanan yang terkontaminasi bakteri.
Muntah karena keracunan makanan biasanya berwarna kuning atau oranye.
Untuk mencegahnya, Ibu bisa menyimpan makanan dengan benar ataupun memasaknya sampai matang untuk meminimalisir risiko kontaminasi bakteri.
Baca Juga: 10 Penyebab Anak Muntah Setelah Makan dan Penanganannya
3. Infeksi Saluran Kencing (ISK)
Infeksi pada saluran kencing cukup sering terjadi pada anak, terutama anak perempuan. Gejala yang ditunjukkan antara lain:
- Demam.
- Mengeluh kesakitan saat buang air kecil.
- Merasa sangat sering ingin pipis yang tidak tertahankan.
- Urine berbau tidak sedap.
- Frekuensi buang air kecil sangat sedikit.
- Urine berwarna keruh dan gelap.
- Ada darah di dalam urine.
- Mengompol baik di siang atau malam hari.
- Nyeri di punggung bagian bawah.
- Perut bagian bawah terasa sakit.
Infeksi saluran kemih (ISK) stadium lanjut dapat jadi salah satu penyebab anak mengalami mual dan muntah.
4. Radang Usus Buntu
Dalam istilah medis, radang usus buntu disebut dengan appendicitis. Kondisi ini dapat muncul ketika usus buntu tersumbat dan mengalami infeksi.
Gejala usus buntu yang paling khas adalah sakit perut di kanan bawah, muntah, dan demam ringan.
Ibu perlu segera membawa ke dokter untuk mencegah usus buntu pecah dan menimbulkan komplikasi.
Baca Juga: 10 Penyebab Anak Muntah di Malam Hari
5. Pankreatitis
Pankreatitis jadi salah satu penyebab anak muntah. Umumnya, ini ditandai dengan rewel, mual, muntah, nyeri tiba-tiba pada perut bagian atas, jaundice (penyakit kuning), dan nafsu makan menurun.
Biasanya mual dan muntah terjadi setelah anak mengonsumsi makanan yang tinggi lemak. Bahkan, jika sudah kronis, Ibu mungkin akan mendapati feses si Kecil berminyak.
6. Meningitis
Meningitis adalah peradangan selaput pembungkus otak bernama meninges akibat infeksi bakteri atau virus.
Peradangan ini menyebabkan selaput otak membengkak dan menekan bagian otak yang mengatur refleks muntah.
Kondisi ini jarang terjadi, tapi bisa mengancam nyawa sehingga perlu penanganan medis segera.
Selain muntah, gejala lain yang bisa Ibu waspadai, yaitu mual, demam, sakit kepala, leher kaku, mata lebih sensitif terhadap cahaya, kelelahan, rewel, dan tidak nafsu makan.
Baca Juga: 10 Cara Mengatasi Anak Muntah karena Masuk Angin
7. Alergi atau Intoleransi Makanan
Jika anak sering muntah setelah mengonsumsi makanan tertentu bisa jadi si Kecil mengalami intoleransi ataupun alergi makanan.
Biasanya, susu sapi jadi salah satu penyebab intoleransi dan alergi paling sering.
Jika ini yang terjadi, Ibu bisa mencoba mencatat makanan atau minuman apa saja yang bisa jadi penyebab anak sering muntah. Cobalah untuk menghindarinya dan lihat reaksinya.
8. Mabuk Perjalanan
Mabuk perjalanan juga bisa jadi penyebab anak tiba-tiba muntah. Menurut CDC (2025), mabuk perjalanan lebih umum dialami oleh anak berusia 2-12 tahun.
Untuk mencegahnya, Ibu bisa mengajak anak untuk berfokus melihat pemandangan di luar kendaraan atau usahakan agar ia mendapat udara segar dari AC ataupun angin dari jendela.
Hindari memberi makan besar sebelum bepergian ataupun memberikannya gadget atau buku selama di perjalanan.
9. Makan Berlebihan atau Terlalu Cepat
Anak muntah tanpa demam dan diare juga bisa jadi tanda si Kecil makan terlalu banyak atau cepat. Ini menyebabkan lambung terisi penuh dengan cepat dan tekanannya meningkat.
Alhasil, si Kecil pun memuntahkan sebagian isinya. Apalagi, kalau ia memiliki masalah asam lambung.
Untuk mencegah anak muntah terus tanpa demam, Ibu bisa mencoba memberikan si Kecil makan dalam porsi yang kecil tapi sering.
10. Refluks Asam Lambung
Refluks asam lambung adalah penyebab muntah pada anak yang cukup umum, terutama pada anak di bawah 2 tahun. Ibu mungkin lebih mengenalnya dengan sebutan gumoh.
Refluks asam lambung terjadi karena katup antara esofagus dan lambung belum sempurna sehingga isi lambung bisa naik kembali. Namun, bukan berarti anak mengalami GERD,ya, Bu.
Refluks asam lambung telah berubah jadi GERD jika si kecil mengalami muntah berulang dalam seminggu, sering cegukan, dan rewel.
11. Faktor Psikologis (Stres atau Cemas)
Menurut jurnal Frontiers in Children (2022), rasa cemas atau stres adalah salah satu penyebab anak mengalami mual. Dalam kondisi kronis, mual bisa berujung pada muntah.
Umumnya, mual dan muntah karena stres bisa disebabkan oleh kondisi lingkungan, seperti sekolah ataupun di rumah.
Saat si Kecil stres, produksi asam lambung akan meningkat. Inilah yang kemudian jadi penyebab mual dan muntah pada anak.
Ciri-Ciri Muntah pada Anak yang Perlu Diwaspadai
Muntah pada anak biasanya akan berhenti dalam 24 jam. Selama anak masih muntah, Ibu perlu memberikannya asupan cairan sedikit demi sedikit.
Akan tetapi, ada gejala anak muntah berbahaya yang perlu Ibu waspadai. Ibu bisa melihat beberapa ciri-ciri berikut:
|
Tipe Muntah |
Ciri-Ciri Umum |
Warna atau Tampilan Muntahan |
Kapan Harus Waspada |
|
Muntah biasa (ringan) |
|
Warna putih susu atau makanan terakhir yang dikonsumsi |
Anak tidak mau minum dan tampak lemas |
|
Muntah karena infeksi pencernaan (muntaber) |
|
Cair, berbusa, kadang berbau asam atau kuning |
|
|
Muntah akibat keracunan makanan |
|
Muntah berwarna oranye atau kuning dan bau menyengat |
|
|
Muntah karena usus buntu atau sumbatan usus |
|
Warna kehijauan (empedu) atau mengandung lendir |
|
|
Muntah kronis (berulang) |
|
Warna kuning kehijauan |
Muntah anak mengandung darah atau berwarna hitam pekat seperti ampas kopi |
|
Muntah karena penyakit otak (meningitis, tumor, migrain berat, cedera otak) |
|
Warna bening |
|
Pertolongan Pertama untuk Anak Sering Muntah
Anak yang muntah-muntah lebih dari 24 jam tidak boleh dibiarkan karena dampaknya dapat mengakibatkan dehidrasi yang membahayakan nyawa.
Ada beberapa pertolongan pertama yang dapat Ibu berikan sebagai cara mengatasi anak muntah yang dapat dilakukan di rumah:
1. Selalu Berikan Cairan
Cara mengatasi anak muntah terus yang dapat Ibu lakukan pertama kali adalah dengan memberikan si Kecil cairan sedikit demi sedikit untuk mencegah dehidrasi.
Jangan memberinya dalam jumlah banyak karena dapat memicu mual.
Ibu juga sebaiknya menghindari pemberian susu, minuman manis dan asam, ataupun makanan berat selama 6-8 jam pertama.
Ibu dapat memberikan cairan yang bersifat ringan, seperti air putih, oralit untuk anak, atau sup.
Baca Juga: 9 Minuman untuk Diare agar Anak Terhindar dari Dehidrasi
2. Perhatikan Posisi Anak
Setelah muntah, pertolongan pertama yang juga dapat Ibu lakukan adalah jangan langsung membaringkannya, apalagi berbaring tengkurap.
Ibu bisa memosisikan anak untuk berbaring miring beberapa saat setelah muntah. Ini dapat membantu mencegah si Kecil tersedak muntah sendiri.
3. Berikan Makanan Ringan Setelah 6 Jam
IDAI menyebutkan, jika si Kecil sudah tidak muntah selama 6 jam, Ibu mulai bisa memberikan makanan sedikit demi sedikit.
Makanan untuk anak yang muntah dan diare yang bisa Ibu berikan sebaiknya yang tawar, seperti roti, krakers, kentang rebus, pisang, bubur lembut, atau bahkan nasi.
Jika muntah tidak kembali lagi dalam 24 jam, si Kecil sudah bisa kembali makan normal.
4. Pantau Frekuensi Muntah dan Urine
Kunci utama dalam memberikan pertolongan anak muntah adalah mencegahnya mengalami dehidrasi. Maka itu, penting bagi Ibu mencatat jumlah muntah dan frekuensi buang air kecil anak.
Jumlah muntah akan memberikan gambaran bagi dokter mengenai cairan yang dikeluarkan. Sementara, jumlah urine bisa menggambarkan jumlah cairan yang ada di tubuhnya.
Jumlah urine yang sedikit bisa jadi tanda anak mulai mengalami dehidrasi.
5. Kompres Hangat Perut
Cara mengatasi muntah pada anak selanjutnya, Ibu juga bisa mengompres hangat perut si Kecil.
Kompres hangat dapat membantu meringankan berbagai gejala sakit maag dan masalah asam lambung, seperti sakit perut, mual, dan muntah.
Baca Juga: 15 Obat Mual Alami untuk Anak yang Aman
Kapan Harus Segera ke Dokter?
Anak sering muntah akan memperbesar risikonya mengalami dehidrasi. Penting bagi Ibu mengetahui kapan waktu yang tepat untuk perlu membawa anak muntah ke dokter.
Ibu perlu membawa anak yang muntah ke dokter sesegera mungkin jika:
- Muntah lebih dari 6x dalam 24 jam
- Muntah menyembur terus-menerus
- Anak yang muntah terus disertai diare
- Muntah disertai darah, cairan hijau, atau hitam pekat
- Anak menjadi lemas atau tidak seaktif biasanya
- Anak tidak mau minum dan bibir kering
- Muncul gejala dehidrasi berat, seperti mata cekung, jarang pipis, tidak mengeluarkan air mata saat menangis
- Demam tinggi >39°C
Cara Mencegah Anak Sering Muntah
Walau tidak selalu, ada beberapa cara mencegah anak muntah yang bisa Ibu lakukan di rumah, yaitu:
- Pastikan makanan bersihdan dimasak matang sempurna
- Biasakan anak untuk mencuci tangan sebelum makan
- Selalu mencuci tangan sebelum menyiapkan atau menyuapi anak makan
- Hindari makan terlalu cepat atau berlebihan
- Beri anak makan secara teratur dan cukupi kebutuhan cairannya
- Jaga kebersihan saat merawat anak yang muntah
Bukan cuma menerapkan pola hidup bersih dan sehat, Ibu juga dapat mendukung kesehatan pencernaan anak dengan memberikan nutrisi seimbang dari makanan dan susu yang bagus untuk pencernaan.
Pilih susu tinggi serat tanpa gula tambahan (0 g sukrosa), yang diformulasikan dengan Advansfibre + Comfort (FOS, GOS, Corn Starch, dan Inulin) dan diperkaya juga dengan DHA lebih tinggi.
Ibu juga bisa mendaftar jadi member Bebeclub untuk baca ratusan artikel parenting dan pemenuhan gizi anak terlengkap dan terverifikasi ahli. Dengan jadi member, Ibu juga bisa dapatkan akses eksklusif ke berbagai fitur monitor kesehatan pencernaan anak, hingga kesempatan dapat hadiah menarik dari setiap pembelian produk Bebelac. Daftar gratis, sekarang!
