Intoleransi Makanan pada Bayi: Gejala, Penyebab, dan Cara Mengatasinya
Intoleransi makanan adalah kesulitan mencerna suatu kandungan akibat kekurangan enzim. Gejalanya membuat bayi kembung, muntah, dan diare.
Ditulis oleh :
Tim Penulis
Ditinjau oleh :
dr. Mikhael Yosia, DTM&H, BMedSci, PGCert, MKK
Diterbitkan: 11 November 2025
Diperbarui: 11 November 2025
Intoleransi makanan bisa menimbulkan gejala pada saluran cerna si Kecil. Dengan mengetahui pemicunya, gejala bisa dihindari.
Apa Itu Intoleransi Makanan pada Bayi?
Intoleransi adalah kondisi saluran pencernaan bayi kesulitan mencerna kandungan atau bahan makanan tertentu. Kondisi ini bersifat ringan, tetapi bisa menyebabkan anak tidak enak badan.
Perbedaan intoleransi dan alergi adalah intoleransi terjadi akibat gangguan saluran cerna, sedangkan alergi muncul akibat sistem imun yang salah mengartikan makanan sebagai benda asing berbahaya.
Ibu perlu mengetahui intoleransi dan alergi agar bisa menemukan dan menghindari pemicu serta menemukan makanan pengganti yang sesuai. Hal ini penting untuk pertumbuhannya.
Penyebab Intoleransi Makanan pada Bayi
Penyebab intoleransi pada bayi adalah tubuh kekurangan enzim pemecah kandungan makanan tertentu sehingga tak bisa diserap. Contohnya, kekurangan enzim laktase picu intoleransi laktosa atau gula alami susu.
Ada beberapa kondisi medis yang membuat si Kecil rentan mengalami intoleransi, yaitu penyakit Celiac, penyakit Crohn, dan kolitis ulseratif.
Bayi lahir prematur juga lebih rentan intoleransi karena sistem pencernaannya belum berkembang sempurna daripada bayi yang lahir cukup bulan.
Bila ibu menyusui mengonsumsi makanan pemicu intoleransi, kandungannya bisa masuk melalui ASI, misalnya protein susu sapi.
Gejala Umum Intoleransi Makanan pada Bayi
Karena intoleransi merupakan masalah pencernaan, gejala yang ditemukan masih seputar gangguan pencernaan pada bayi, seperti:
- Rewel bila perutnya disentuh karena sakit.
- Perut kembung.
- Sering kentut.
- Mual.
- Muntah akibat asam lambung naik.
- Diare.
- Feses terkadang warna hijau dan/atau berbusa.
Cek kesehatan pencernaan si Kecil lewat AI Poop Tracker sekarang. Cukup dengan upload foto pup di atas popoknya dan hasil analisisnya bisa Ibu dapatkan secara real time dalam 60 detik untuk dikonsultasikan lebih lanjut ke dokter.
Gejala intoleransi yang masih berlanjut bisa menghambat pertumbuhan tinggi dan berat badan.
Intoleransi menyebabkan muntah dan diare pada bayi sehingga membuang asupan gizi. Intoleransi juga menghambat penyerapan zat gizi. Kedua hal ini akan mengganggu pertumbuhan tinggi dan badan bayi.
Baca Juga: Mengenali Kesehatan Pencernaan Bayi dari Pola BAB
Makanan yang Umum Menyebabkan Intoleransi pada Bayi
Apa saja asupan yang bisa memicu intoleransi? Simak tabel berikut untuk mengetahui pemicu dan asupan alternatifnya!
|
Makanan Penyebab |
Alternatif Aman |
|
Laktosa pada susu |
Susu nabati yang telah difortifikasi |
|
Protein pada gluten gandum |
Tepung beras, tepung umbi-umbian |
|
Histamin pada keju, pisang, nanas, alpukat, dan cokelat |
Hindari keju dan buah-buahan tersebut |
Cara Mendiagnosis Intoleransi Makanan pada Bayi
Ada beberapa cara mendiagnosis intoleransi pada bayi, apa saja?
- Membuat catatan: Bapak Ibu perlu mencatat asupan harian si Kecil dan gejala yang mungkin timbul.
- Tes napas hidrogen: Untuk diagnosis intoleransi laktosa, bayi diberikan laktosa, lalu ia diminta bernapas di wadah tertentu untuk mengukur kadar hidrogen yang terbentuk akibat intoleransi.
- Tes feses: Dokter akan menguji kadar glukosa dan tingkat keasaman feses. Semakin tinggi keasaman dan ditemukan glukosa, hal ini menunjukkan intoleransi.
Langkah-Langkah Mengatasi Intoleransi Makanan pada Bayi
Untuk mengatasi intoleransi, lakukanlah hal-hal berikut.
1. Menghindari Makanan Penyebab Intoleransi
Tidak ada cara untuk mengobati intoleransi. Bapak Ibu hanya perlu menjauhi berbagai asupan pemicu untuk si Kecil.
Bila berhasil membatasi asupan pemicu intoleransi, berbagai gejala pada saluran cerna bisa terhindarkan. Ingat, gejala yang muncul terus-menerus bisa mengganggu tumbuh kembang si Kecil.
2. Penggantian dengan Alternatif yang Aman
Intoleransi yang paling sering ditemukan adalah intoleransi laktosa atau gula alami pada susu hewani. Untuk itu, sebaiknya ganti susu sapi dengan susu berbahan dasar nabati, seperti kedelai.
Untuk bantu lengkapi kebutuhan gizi si Kecil, pilih susu nabati yang diperkaya dengan zat gizi penting, seperti zat besi, DHA, omega-3, serta FOS:GOS.
3. Konsultasi dengan Ahli Gizi Atau Dokter
Bawa anak ke dokter untuk melakukan diagnosis intoleransi dengan berbagai tes yang diperlukan.
Temui ahli gizi untuk memantau catatan asupan harian si Kecil agar menghindari makanan penyebab intoleransi. Ahli gizi pun menentukan asupan alternatif untuk memenuhi kebutuhan gizi harian si Kecil.
Hal ini menghindari si Kecil kekurangan zat gizi yang diperlukan sehingga menghambat tumbuh kembangnya.
4. Pemantauan Pertumbuhan dan Perkembangan Bayi
Bila si Kecil terbukti memiliki intoleransi, amati pertumbuhan dan perkembangan bayi. Pastikan seiring bertambahnya usia, ia tetap menunjukkan kemajuan tinggi badan, berat badan, serta kemampuannya.
Ingat, intoleransi mengganggu tumbuh kembang bayi karena penyerapan zat gizi yang tidak sempurna. Intoleransi juga membuat si Kecil muntah diare yang dapat membuang zat gizi penting.
Terlebih, intoleransi menyebabkan si Kecil pantang konsumsi makanan tertentu sehingga bisa menghambat mendapatkan asupan gizi.
Baca Juga: Mengenal Gejala dan Cara Mengatasi Intoleransi Laktosa pada Anak
Kapan Harus Menghubungi Dokter?
Segera hubungi dokter bila intoleransi makanan menimbulkan masalah kesehatan pada si Kecil, seperti:
- Diare dan muntah hebat.
- Rewel tanpa henti akibat nyeri perut tak tertahankan.
- Reaksi parah terhadap makanan, seperti ruam sekujur tubuh dan sesak napas.
- Berat badan si Kecil turun drastis tanpa alasan.
Jangan lupa untuk buat catatan makanan harian, temui dokter, dan ahli gizi untuk mencegah, mendiagnosis, dan menentukan menu makanan yang sesuai kondisi bayi.
Jika Ibu butuh saran atau punya pertanyaan seputar kesehatan, tumbuh kembang, dan nutrisi anak, yuk langsung hubungi BebeCare.
Tim careline kami terdiri dari para ahli berlatar belakang keperawatan dan pendidikan gizi yang siap menjadi teman berbagi dan sumber informasi terpercaya untuk Ibu, 24 jam gratis tanpa perlu buat janji!
