Sembelit pada Anak: Penyebab, Efek, sampai Cara Mengatasi

Sembelit pada anak ditandai dengan BAB kurang dari 3 kali seminggu, mengejan, dan tekstur feses keras dan kering. Atasi sembelit dengan mencukupi asupan air dan serat harian.

sembelit pada anak-bebeclub


Sembelit pada anak atau konstipasi terjadi saat feses bergerak lambat di saluran pencernaan. Masalah pencernaan ini tentu bisa membuat si Kecil tidak nyaman. Jadi, yuk segera cari tahu penyebab hingga cara mengatasinya!

Apa Itu Sembelit pada Anak?

Sembelit adalah kondisi BAB jarang, perlu mengejan, atau feses yang keras dan kering. Idealnya, anak 1 tahun BAB sebanyak 3 kali sehari, 2 hari sekali, hingga 3 kali seminggu.

Anak dapat dikatakan sembelit apabila BAB kurang dari 3 kali seminggu dan diikuti dengan mengejan dan feses keras.

Ciri-Ciri Sembelit pada Anak

Ibu perlu paham gejala sembelit sedini mungkin agar segera diatasi. Berikut ciri-cirinya yang paling umum: 

  • BAB jarang, yaitu kurang dari 3 kali dalam seminggu. 
  • Feses keras dan kering
  • Feses sulit dikeluarkan. 
  • Si Kecil tampak kesakitan saat BAB.
  • Perut terasa begah dan BAB terasa tidak tuntas karena feses masih menumpuk di usus.
  • Anak tampak mengejan. 

Karena nyeri, si Kecil mungkin akan menahan BAB-nya. Tanda-tandanya akan terlihat seperti:

  • Menyilangkan kaki.
  • Memegang perut.
  • Berpose seperti memelintir tubuhnya.
  • Ekspresi wajah tampak seperti menahan sesuatu.
  • Mengencangkan otot bokongnya.

Apa Penyebab Sembelit pada Anak?

Menurut Kementerian Kesehatan RI, 95% kasus konstipasi pada anak terjadi akibat konstipasi fungsional, yaitu sembelit akibat masalah gerakan di otot usus besar, rektum, dan anus, bukan kelainan struktur pada saluran cerna.

Berikut beberapa penyebab umum anak sembelit:

1. Kurang Konsumsi Serat

Umumnya, sembelit disebabkan oleh kurang asupan tinggi serat. Serat menambah massa feses dan menyerap air yang akan melunakkan teksturnya agar lebih mudah dikeluarkan. 

Serat juga merangsang usus berkontraksi agar feses bergerak di sepanjang saluran pencernaan.

Tanpa serat, feses akan keras dan mengering. Hal ini memperlambat gerak pencernaan sehingga BAB anak keras dan sakit.

2. Kurang Minum Air Putih

Kurang minum air putih yang dibarengi kurang makan serat bisa menyebabkan anak susah BAB

Biasanya, kekurangan cairan terjadi karena anak lupa minum air putih, terutama saat beraktivitas di luar. Padahal, air berfungsi untuk melunakkan feses. 

Bila tubuh kekurangan cairan, usus besar menyerap lebih banyak air yang terkandung pada feses. Akibatnya, tekstur feses mengeras, kering, dan sulit dikeluarkan. 

Baca Juga: Ciri-Ciri Sembelit pada Anak dan Kapan Harus ke Dokter

3. Terlalu Banyak Makan Makanan Berlemak

Sembelit disebabkan oleh terlalu sering dan banyak konsumsi makanan berlemak.

Makanan berlemak seringnya sedikit mengandung serat, bahkan tidak ada sama sekali. Padahal, serat menambah massa feses dan membuat BAB anak teratur.

Asupan lemak berlebih juga memperlambat pencernaan dan membuat feses tertahan berlarut-larut di usus. Akibatnya, feses sulit dikeluarkan.

4. Jarang Bergerak

Screen time berlebihan ternyata menyebabkan sembelit karena si Kecil tidak banyak bergerak. 

Kebiasaan ini memperlambat gerak pencernaan sehingga feses tertahan lebih lama di dalam usus.

Semakin lama feses menetap di usus besar, cairan dalam feses akan semakin banyak diserap balik oleh usus dan membuat feses keras, kering, dan sulit dikeluarkan.

5. Intoleransi atau Alergi Makanan

Beberapa anak memiliki intoleransi atau kesulitan mencerna beberapa kandungan makanan, seperti laktosa (gula alami susu) atau gluten (protein gandum).

Hal ini memicu sakit perut, perut kembung, dan kentut. Kondisi perut yang tidak nyaman membuat si Kecil menahan buang air besar, lalu pada akhirnya menyebabkan sembelit.

6. Kebiasaan Menahan BAB

Penyebab sembelit pada anak yang paling sering adalah kebiasaan menghindari atau menunda BAB. Kebiasaan ini umumnya dipengaruhi oleh:

  • Merasa tegang dan tertekan selama potty training.
  • Merasa malu menggunakan kamar mandi umum.
  • Tidak ingin mengganggu waktu bermain.
  • Takut untuk BAB sendiri di toilet.
  • Takut merasakan sakit saat mengejan.

Semakin lama si Kecil menunda buang air besar, semakin banyak air yang diserap kembali oleh usus. Feses akan semakin kering dan keras hingga sulit dikeluarkan.

Baca Juga: 15 Obat Alami untuk Anak yang Susah BAB

7. Perubahan Rutinitas

Selain pola makan, faktor eksternal penyebab anak sembelit adalah perubahan rutinitas, meliputi:

  • Perubahan jadwal BAB secara mendadak, misalnya menundah BAB karena harus berangkat sekolah lebih pagi.
  • Ketiadaan akses ke toilet, misalnya selama perjalanan.
  • Toilet training yang dimulai terlalu dini.

Hal ini menyebabkan saluran anus tertekan, sakit perut, dan rasa sakit saat mengejan. Akibatnya, anak takut dan menghindari buang air besar.

8. Penyakit Tertentu

Selain pola makan dan rutinitas, penyebab sembelit pada anak terjadi akibat konstipasi sekunder atau sembelit organik. 

Konstipasi sekunder berarti sembelit yang diakibatkan oleh penyakit atau masalah kesehatan tertentu.

Beberapa penyakit yang paling umum memicu sembelit adalah penyakit Hirschprung dan penyakit Celiac.

9. Efek Samping Obat

Berbagai obat-obatan juga menimbulkan efek samping konstipasi organik. Beberapa jenis obat yang menimbulkan efek samping sembelit, di antaranya:

  • Antasida (yang mengandung aluminum dan kalsium).
  • Antikolinergik dan antispasmodik.
  • Antikonvulsan (obat mencegah kejang).
  • Antihistamin.
  • Suplemen zat besi.

Efek samping obat-obatan tertentu mengganggu fungsi usus normal dengan dua cara, yaitu memperlambat gerak usus atau mengubah keseimbangan bakteri baik dalam usus.

Obat-obatan tertentu juga mengakibatkan feses jadi lebih keras dan susah dikeluarkan.

Efek Sembelit pada Anak

Meski tampak sepele, sembelit juga berisiko menimbulkan gangguan kesehatan. Berikut beberapa efek yang bisa terjadi:

1. Sakit Perut dan Kembung

Sakit perut dan kembung sering disepelekan karena dianggap akan sembuh dengan sendirinya. Meski benar begitu, kondisi ini tidak boleh dibiarkan. 

Perut kembung tak hanya membuat si Kecil merasa tak nyaman, tapi juga mengganggu aktivitasnya sehari-hari. Salah satu penyebab kembung adalah sembelit. 

Feses yang sulit keluar lama-kelamaan akan menumpuk di dalam usus, membuat perut terasa begah, sakit, dan bergemuruh di perut bagian bawah. 

2. BAB Berdarah

BAB berdarah merupakan efek sembelit pada anak yang paling umum. Kotoran yang keras dapat merobek kulit di dalam anus sehingga menyebabkan perdarahan saat mengejan. 

Ketika BAB berdarah, terlihat ada darah merah cerah di kotorannya atau gumpalan darah dan lendir yang bercampur di dalamnya. 

Darah yang berwarna gelap hampir kehitaman dapat mengindikasikan masalah yang lebih serius, yakni gangguan di usus atau lambung.

3. Gangguan Tidur

Masalah tidur dapat terjadi karena gangguan pencernaan, seperti irritable bowel syndrome (IBS), dispepsia (maag), dan sembelit. 

Penelitian menunjukkan, orang dengan gejala sembelit parah mengalami gangguan tidur dan kualitas hidup yang menurun. 

Tidur yang berkualitas sangat penting bagi pertumbuhan si Kecil. Oleh sebab itu, sembelit harus diobati agar ia bisa kembali tidur dengan lelap. 

4. Mengganggu Aktivitas

Efek sembelit pada anak selanjutnya adalah kurangnya energi dalam melakukan kegiatan sehari-hari. 

Sakit perut atau kembung akibat sembelit membuat mereka tidak nyaman, mudah lelah, dan tidak bersemangat bermain atau beraktivitas normal. 

Baca Juga: 9 Obat Sakit Perut Melilit pada Anak yang Alami

5. Rasa Cemas dan Stres

Ketika anak sembelit, ia merasakan ketidaknyamanan dan sakit yang tidak biasa. Akibatnya, anak cemas dan stres, terutama jika tidak memahami apa yang terjadi pada tubuhnya. 

Stres juga mengganggu usus dan membuat otot tegang yang memperburuk sembelit dan sakit perut. 

6. Rewel Terus-terusan

Sembelit pada anak menimbulkan efek signifikan pada perilaku mereka. Sembelit membuat anak mengalami rasa tidak nyaman, perut melilit, dan mungkin kebingungan.

Akibatnya, anak menjadi rewel, mudah marah, merasa sengsara, dan sulit untuk ditenangkan. 

7. Penurunan Nafsu Makan

Dampak sembelit berikutnya adalah penurunan nafsu makan. Sembelit biasanya membuat perut sakit dan kembung sehingga si Kecil kehilangan nafsu makan. 

Efek sembelit ini menyebabkan anak kekurangan zat gizi penting untuk pertumbuhan dan perkembangan anak. 

8. Ambeien

Ambeien atau wasir juga bisa terjadi bila anak sembelit. Meski umumnya tidak berbahaya, kondisi ini membuat si Kecil merasa tidak nyaman.

Gejala ambeien, antara lain BAB berdarah, keluar lendir dari dubur sewaktu atau setelah BAB, benjolan yang tampak keluar dari anus, dan rasa gatal atau nyeri di anus yang mengganggu.

9. Fisura Anus

Fisura anus adalah robekan pada lapisan anus dan merupakan efek sembelit yang serius. Seperti wasir, penyakit ini sering terjadi setelah mengejan saat buang air besar yang keras. 

Fisura anus dan wasir dapat menyebabkan nyeri dubur dan perdarahan, tapi fisura anus lebih menyakitkan dibanding wasir. 

10. Impaksi Tinja

Impaksi tinja terjadi saat tinja menempel di usus akibat sembelit. Tinja yang mengeras dapat tersangkut dan menyebabkan penyumbatan.

Akibatnya usus besar tidak mampu mengeluarkan tinja karena ukurannya terlalu besar dan keras. Impaksi tinja bisa menimbulkan nyeri, muntah, dan komplikasi serius lainnya, seperti: 

  • Pembengkakan di anus.
  • Hilangnya sensasi di dalam dan sekitar anus.
  • Inkontinensia usus atau feses tak terkendali.
  • Pendarahan dari anus.
  • Prolaps rektal atau bagian dari usus bawah keluar dan menonjol dari anus.

11. Inkontinensia Usus

Inkontinensia usus adalah ketidakmampuan mengendalikan pergerakan usus sehingga pup keluar tidak terkontrol. 

Anak bisa merasakan keinginan BAB yang tiba-tiba, sedangkan sebagian anak lain tidak memiliki rasa ingin BAB, tapi langsung pup di celana. 

Inkontinensia usus juga kadang membuat anak mengeluarkan pup tanpa disadari saat sedang kentut. 

Baca Juga: Penyebab Anak Susah BAB dan dan Cara Efektif Mengatasinya

Cara Mengatasi Sembelit pada Anak

Penanganan sembelit yang cepat dan tepat dapat menghindari si Kecil dari gangguan kesehatan di atas. Berikut yang perlu dilakukan agar sembelit teratasi.

1. Perbanyak Makanan Tinggi Serat

Menurut Angka Kecukupan Gizi (AKG) 2019, kebutuhan serat anak usia 4-6 tahun adalah 20 gram per hari. 

Untuk itu, berikan makanan tinggi serat seperti sayur, buah-buahan, dan kacang-kacangan untuk atasi sembelit. 

Pemenuhan serat 20 gram bisa didapat dari:

  • 3 porsi pasta yang terbuat dari gandum utuh.
  • 4 lembar roti gandum.
  • 7 buah wortel ukuran sedang.
  • 4 mangkuk brokoli.
  • 5 buah apel/jeruk.
  • 500 gram kismis. 
  • 300 gram kacang tanah.

2. Cukupkan Kebutuhan Minum Air Putih

Asupan serat harus diimbangi dengan banyak minum air putih. Air putih membantu kerja serat dalam melunakkan feses sehingga lebih mudah dikeluarkan.

  • Anak usia 1–3 tahun perlu 1.300 ml air/hari
  • Anak usia 4–6 tahun butuh minum air sebanyak 1.450 ml setiap hari

Asupan air juga bisa didapat dari buah kaya air, seperti semangka, apel, melon, atau jeruk. 

Bila si Kecil sering lupa minum saat asyik bermain, siapkan gelas atau tempat minum lucu agar ia tertarik dan tak mudah lupa minum di sela-sela aktivitasnya.

3. Ajak Anak Aktif Bergerak

Cara mengatasi sembelit pada anak berikutnya adalah memastikan Ia rutin beraktivitas fisik. 

Berolahraga dapat membantu mendorong pergerakan usus sehingga pencernaan si Kecil akan lebih lancar. 

Pastikan anak beraktivitas fisik selama satu jam setiap hari untuk bantu melancarkan BAB, seperti berjalan di taman, naik sepeda di sekitar rumah, atau berenang.

4. Terapkan Jadwal BAB Rutin

Biasakan anak duduk di pispot atau toilet setelah makan atau sebelum tidur. Bisa juga jadwalkan setiap habis mandi pagi.

Kebiasaan ini sangat penting, terutama untuk anak laki-laki karena mereka bisa lupa cara pup yang benar akibat terbiasa pipis berdiri. 

American Gastroenterological Association (AGA) menyatakan, jadwal BAB teratur mencegah perilaku menunda BAB yang menyebabkan sembelit pada anak.

5. Batasi Makanan Tinggi Lemak/Gula

Makanan tinggi lemak dan gula biasanya rendah atau bahkan tidak mengandung serat untuk memperlancar BAB.

Jadi, batasi konsumsi makanan cepat saji, keripik, camilan manis, dan makanan berlemak untuk menjaga kesehatan pencernaan anak.

6. Tingkatkan Asupan FOS:GOS

Untuk mengatasi sembelit, Si Kecil perlu asupan FOS:GOS, yaitu kombinasi dua serat prebiotik yang mendukung pertumbuhan bakteri baik di dalam saluran cerna.

Keseimbangan bakteri baik akan melawan bakteri penyebab penyakit sehingga saluran cerna si Kecil tetap sehat dan tidak mudah sembelit.

FOS:GOS bisa dijumpai pada makanan, seperti pisang, asparagus, bawang-bawangan. Namun, FOS:GOS juga kerap dijumpai pada susu tinggi serat pelancar BAB.

Bebelac Gold adalah susu tinggi serat tanpa gula tambahan (0g sukrosa), yang diformulasikan dengan Advansfibre + Comfort (FOS, GOS, Corn Starch, dan Inulin) dan diperkaya juga dengan DHA lebih tinggi. Bantu dukung kesehatan pencernaan.

7. Ingatkan Anak Tidak Menahan BAB

Terkadang, anak terlalu asyik bermain sehingga tidak merasa ingin BAB. Padahal, kebiasaan ini menyebabkan sembelit. Pastikan Bapak Ibu sering mengingatkannya agar tidak menahan BAB. 

Misalnya, dengan mengatakan “Kak, kalau mau pup, bilang Ibu, ya. Jangan ditahan, nanti perutnya tambah sakit, lho” 

Hindari memarahi anak bila feses yang ditahannya mengotori celana dalam si Kecil. Sebaiknya, katakan “Lain kali, bilang Ibu kalau mau pup, ya, biar celananya gak kotor lagi”.

Apabila anak berhasil tidak menahan BAB, berikan pujian, misalnya, “Pintarnya anak Ibu!”

8. Berikan Obat Pencahar Jika Diperlukan

Cara mengatasi sembelit selanjutnya adalah dengan obat pencahar. 

Walaupun obat bisa ditemukan secara bebas di apotek, pastikan Ibu telah berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan obat yang sesuai dengan kondisi anak.

Sembelit pada anak memang kerap terjadi. Namun, bukan berarti masalah ini bisa disepelekan begitu saja. 

Atasi sesegera mungkin untuk mencegah kondisi semakin parah dan menimbulkan masalah yang tidak diinginkan.

Cara Mencegah Sembelit pada Anak

Sembelit pada anak adalah masalah yang sering terjadi. Namun meski terlihat sepele, sembelit bisa membuat anak tidak nyaman dan rewel. Yuk, simak cara mencegahnya agar pencernaan anak tetap lancar!

1. Perbanyak Serat dalam Menu Harian

Menurut Pedoman Angka Kecukupan Gizi dari Kemenkes, anak usia 1-3 tahun membutuhkan sekitar 19 gram serat per hari.

Serat membantu melunakkan tinja dan memperlancar pergerakan usus. Pastikan anak mengonsumsi buah, sayur, serta biji-bijian utuh setiap hari.

2. Pastikan Anak Cukup Minum

Kurang cairan membuat tinja keras dan sulit dikeluarkan. Ajarkan anak untuk rutin minum air putih, terutama saat cuaca panas atau setelah beraktivitas.

Hidrasi yang cukup penting ketika asupan serat meningkat agar efeknya optimal.

3. Ajak Anak Aktif Bergerak

 Aktivitas fisik membantu merangsang gerakan usus. Coba dorong anak untuk bermain di luar, bersepeda, atau menari, yang penting tubuhnya bergerak aktif.

Anak yang kurang gerak cenderung lebih sering mengalami sembelit dibanding anak yang aktif.

4. Buat Rutinitas Toilet yang Teratur

Biasakan anak duduk di toilet sekitar 5–10 menit setelah makan. Rutinitas ini membantu tubuh mengenali waktu buang air besar yang konsisten.

Menurut Johns Hopkins Medicine, rutinitas ini bisa mengurangi kebiasaan anak menahan buang air besar.

5. Jangan Biasakan Anak Menahan BAB

Beberapa anak takut ke toilet atau menahan karena sibuk bermain. Padahal, kebiasaan ini bisa membuat tinja menumpuk dan mengeras.

Menahan BAB bisa menyebabkan sembelit kronis dan rasa nyeri saat buang air besar.

6. Batasi Makanan Pemicu Sembelit

Kurangi makanan tinggi lemak dan rendah serat seperti makanan cepat saji, keju, atau susu berlebihan.

Cleveland Clinic menyarankan mengganti snack kemasan dengan camilan rendah serat dengan buah potong, yogurt, atau roti gandum.

Kapan Anak Sembelit Harus Diperiksakan ke Dokter?

Meski sembelit biasanya bisa diatasi di rumah, ada kondisi tertentu yang memerlukan perhatian dokter. Berikut tanda-tandanya:

  • Sembelit berlangsung lebih dari dua minggu, terus berulang, atau makin berat meski sudah diubah pola makan dan minum.
  • Anak mengalami nyeri perut hebat, muntah, atau ada darah di tinja.
  • Anak mengalami buang air besar menetes atau bocor (overflow incontinence) secara terus-menerus akibat penumpukan tinja keras.
  • Anak tampak kurang nafsu makan, berat badan menurun, atau tumbuh lebih lambat.
  • Bila telah melakukan program toilet training dan perubahan gaya hidup tapi tidak menunjukkan perbaikan.

Segera konsultasikan dengan dokter anak bila tanda-tanda ini muncul untuk mencegah komplikasi lebih serius. Ibu juga bisa langsung hubungi BebeCare jika ada pertanyaan atau kekhawatiran tertentu terkait pencernaan anak.

Tim careline kami terdiri dari para ahli berlatar belakang keperawatan dan pendidikan gizi yang siap menjadi teman berbagi dan sumber informasi terpercaya untuk Ibu, 24 jam gratis tanpa perlu buat janji!

Lalu, jangan lupa daftar jadi member Bebeclub untuk baca ratusan artikel parenting dan pemenuhan gizi anak terlengkap dan terverifikasi ahli. Dengan jadi member, Ibu juga bisa dapatkan akses eksklusif ke berbagai fitur monitor kesehatan pencernaan anak, hingga kesempatan dapat hadiah menarik dari setiap pembelian produk Bebelac. Daftar gratis, sekarang!

Informasi yang Wajib Ibu Ketahui

Pilih Artikel Sesuai Kebutuhan Ibu

  1. Endyarni, B., & Syarif, B. H. (2016). Konstipasi fungsional. Sari Pediatri, 6(2), 75-80. https://saripediatri.org/index.php/sari-pediatri/article/download/897/830
  2. Editorial Staff. (2025). Constipation in children. Accessed on October 8th 2025. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/constipation-in-children/symptoms-causes/syc-20354242


Temukan Topik Lainnya

Artikel Terkait