Breath Holding Spell: Penyebab dan Cara Mengatasinya pada Anak

Breath holding spell adalah kondisi anak yang menahan napas saat menangis atau sedang merasa marah. Kondisi ini sering disalahpahami sebagai gejala epilepsi atau kejang pada anak.

Ditulis oleh : Tim Penulis

4 min
08 Feb 2024


Jika si Kecil tiba-tiba menahan napas hingga cukup lama saat sedang menangis atau tantrum, ini bisa menandakan anak mengalami breath holding spell (BHS). Apakah ini normal?

Apa Itu Breath Holding Spell?

Breath holding spell (BHS) adalah kondisi anak yang reflek menahan napas saat merasa marah, frustrasi, ketakutan, atau kaget.

Ketika mengalami situasi yang membuat emosi, anak umumnya akan bereaksi dengan menangis.

Setelah menangis terisak, si Kecil mungkin berhenti sebentar untuk mengatur napasnya. Di momen ini, anak bisa menahan napasnya secara refleks.

Breath holding spell terjadi tanpa anak sadari dan bisa berlangsung sekitar 30 detik sampai 1 menit.

Kondisi ini sering terjadi pada usia 1-3 tahun, karena anak mulai mengalami tantrum. Umumnya BHS akan hilang sepenuhnya pada usia 6-7 tahun.

Penyebab Breath Holding Spell pada Anak

Penyebabnya adalah perubahan pola pernapasan, perlambatan detak jantung, atau kombinasi keduanya saat anak mengalami emosi yang kuat.

Rasa sakit, terlalu kesal, ketakutan, kaget, atau frustrasi dapat menyebabkan reaksi ini.

Pada beberapa anak, BHS dapat berhubungan dengan faktor genetik atau anemia karena kekurangan zat besi. 

Untuk memastikan apa penyebab pastinya, dokter dapat melakukan tes darah untuk menentukan anak memiliki anemia defisiensi besi atau tidak.

Tanda-Tanda Breath Holding Spell

Anak yang mengalami breath holding spell akan menunjukkan gejala-gejala di bawah ini.

  • Menangis lalu diam sambil menahan napas.

  • Membuka mulutnya seolah-olah ingin menangis tetapi tidak mengeluarkan suara.

  • Wajahnya terlihat pucat, biru, atau abu-abu.

  • Tubuhnya menjadi lemas atau kaku.

  • Pingsan selama 1 atau 2 menit.

  • Tubuhnya sangat berkeringat.

  • Anak melengkungkan punggungnya.

Setelah kembali bernapas, anak mungkin akan mengantuk atau terlihat kebingungan.

Apakah Breath Holding Spell itu Normal?

BHS dapat berlangsung sampai 1 menit dan dapat membuat anak pingsan. Karena itu, orang tua seringkali mengira penyebabnya adalah kejang atau epilepsi.

Namun, kondisi ini termasuk dalam fase perkembangan emosi anak usia dini yang umumnya tidak berbahaya dan tidak menimbulkan efek jangka panjang serius.

Anak yang mengalami BHS masih sadar akan diri sendiri dan lingkungan sekitarnya. Reflek menahan napas karena BHS umumnya terjadi saat anak sedang aktif dan seringkali saat berdiri.

Berbeda dengan epilepsi yang merupakan gangguan pada saraf. Anak dengan epilepsi terlihat tiba-tiba tidak aware dengan sekitar atau tidak merespon tanpa pemicu jelas. 

Breath holding spell terjadi pada anak dalam keadaan sadar setelah mengalami lonjakan emosi seperti frustrasi, syok, atau marah. Kejang epilepsi dapat terjadi saat anak terjaga sadar atau tertidur. 

Penting juga membedakan BHS sebagai refleks wajar terhadap perubahan emosi dengan perilaku tantrum manipulatif yang membahayakan. 

Anak yang mengalami BHS tidak menahan napasnya dengan sengaja, karena ini adalah insting alam bawah sadar anak untuk merespon lonjakan emosi yang tiba-tiba ia alami.

Baca Juga: Anak Moody dan Gampang Marah? Ini Tips Menghadapinya 

Cara Mengatasi Breath Holding Spell

Ketika melihat anak menahan napas saat menangis atau marah, Ibu mungkin merasa panik. Maka, penting untuk Ibu tahu cara menangani kondisi tersebut dengan langkah yang tepat.

Berikut adalah beberapa cara menghadapi anak yang tiba-tiba menahan napas saat menangis:

1. Cobalah Tetap Tenang

Meskipun terlihat menakutkan, ketenangan Ibu sangat penting saat berhadapan dengan anak yang menahan napas. 

Perlu diingat, kondisi ini tidak berbahaya dan hanya berlangsung sebentar. Ibu hanya perlu tetap tenang dan berkepala dingin ketika anak sedang moody.

Pastikan Ibu tidak bereaksi berlebihan sehingga memicu si Kecil refleks menahan napasnya karena takut.

2. Pastikan Keamanan Anak

Hindari memberikan banyak perhatian sebagai salah satu cara untuk mengatasi tantrum. Dengan begitu, Ibu dapat membantu mengurangi kejadian tersebut terulang kembali.

Namun, pastikan ia berada di tempat yang aman agar tidak terjatuh atau mengalami cedera. Jauhkan benda keras atau tajam yang dapat berbahaya dari sekitarnya. 

Setelah situasi stabil, baringkan anak dalam posisi miring dan hindari menggendongnya langsung.

Posisi miring dapat membantunya mengembalikan aliran darah serta memungkinkan si Kecil untuk kembali bernapas dengan normal dan lebih nyaman. 

3. Hindari Menggoyangkan Tubuh Anak

Menggoyangkan tubuh anak tidaklah efektif untuk membuat anak kembali bernapas. Cara ini justru dapat menyebabkan cedera yang lebih serius. 

Baca Juga: 3 Cara Membuat Suasana Hati Anak Ceria dan Mood Terjaga

4. Hindari Menghukum atau Memberi Hadiah

Setelah si Kecil “tersadar” dan bisa kembali mengatur napasnya, jangan pernah merespon dengan hukuman atau teguran atas perilakunya tersebut.

Perlakukan ia dengan normal. Tenangkan si Kecil dan yakinkan dirinya bahwa Ibu akan selalu ada di dekatnya untuk membantu dan menemani.

5. Buat Si Kecil Merasa Nyaman

Untuk mengatasi kondisi ini, Ibu bisa meletakkan kain dingin di dahi si Kecil. Tujuannya adalah untuk membantu mempersingkat kondisi ini agar anak cepat pulih.

6. Konsultasikan dengan Dokter

Dalam beberapa kasus, anak menahan napas bisa menjadi tanda ia kekurangan zat besi. Oleh karena itu, disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter guna mengenali penyebab pastinya.

Jika kekurangan zat besi menjadi penyebabnya, dokter mungkin akan meresepkan suplemen zat besi berbentuk tablet atau obat tetes yang dapat membantu mengatasi masalah ini.

Ibu juga bisa bertanya langsung dengan tim Bebecare yang siap membantu memberikan tips serta cara tepat menghadapi emosi anak yang membuncah. 

Baca Juga: Cara Menerapkan Positive Attention untuk Atasi Masalah Perilaku Anak

Cara Mencegah Breath Holding Spell

Pada dasarnya, anak tidak bisa mencegah reflek menahan napasnya. Namun, orang tua mungkin bisa mencegah kejadian yang menyebabkan terjadinya kondisi ini.

Ada beberapa cara mencegah BHS pada anak yang bisa dilakukan:

  • Pastikan si Kecil tidak terlalu lelah atau kelaparan.

  • Bantu anak memahami dan mengenali berbagai emosi.

  • Hindari memperlakukan anak secara berbeda dari saudara kandung atau anak-anak lain, karena hal ini dapat menimbulkan masalah perilaku pada si Kecil.

  • Ajari anak cara meredakan diri ketika menghadapi situasi yang mungkin menakutkan.

  • Ketika anak merasa marah, ajarkan untuk menghitung sampai lima, lalu mengambil napas dalam-dalam.

  • Ajak anak bermain yang dapat memberikan ketenangan, seperti sensory play, mendengarkan musik, jalan-jalan di taman, atau kegiatan lain yang disukainya.

  • Coba gunakan pola asuh disiplin positif untuk anak. Penting untuk sama sekali tidak memberikan terlalu banyak tuntutan, teguran berlebihan, atau bahkan respons fisik seperti memukul.

Satu yang juga penting, jaga kesehatan perutnya karena pencernaan sangat berpengaruh pada suasana hati si Kecil. Mengalami gangguan pencernaan tentu akan membuatnya merasa sakit dan mempengaruhi mood-nya.

Jadi, Ibu bisa berikan makanan yang kaya nutrisi agar pencernaan si Kecil tetap nyaman dengan Bebelac Gold.

Dengan formulasi Advance Fibre + Comfort yang teruji klinis, Bebelac Gold dapat mengurangi pencernaan tidak nyaman hingga 40% hanya dalam waktu 2 minggu. dan kombinasi Triple A (DHA, LA, dan ALA lebih tinggi) untuk maksimalkan kecerdasan si Kecil. Bebelac Gold, juga mengandung 100% Laktosa dan 0g Sukrosa yang aman untuk si Kecil.

Dengan pencernaan yang nyaman, si Kecil pun akan memiliki suasana hati atau mood yang lebih baik.

Kapan Harus Dibawa ke Dokter?

Meski bisa sembuh dengan sendirinya, Ibu perlu bawa anak ke dokter apabila ia mengalami tanda-tanda di bawah ini:

  • Menahan napas di usia kurang dari 6 bulan.

  • Mengalami serangan lebih dari sekali dalam seminggu. Hal ini bisa disebabkan anemia.

  • Tampak kebingungan atau mengantuk setelah menahan napas.

  • Menjadi sangat pucat atau kehilangan kesadaran.

  • Menahan napas lebih dari satu menit dan membutuhkan waktu lebih lama untuk pulih.

  • Anak tiba-tiba menahan napas tanpa sebab atau pemicu yang jelas, seperti sempat frustrasi, terkejut, marah sebelumnya.

Apabila mengalami tanda-tanda tersebut, segera berkonsultasi dengan dokter guna mendapatkan diagnosis serta penanganan medis yang tepat.

Semakin cepat ditangani, semakin baik pula untuk kesehatan dan perkembangan psikologis si Kecil.

Anak akan belajar mengenali dan mengelola emosinya secara alami seiring waktu. Jadi, Ibu tidak perlu khawatir berlebihan, ya! Kondisi ini akan menghilang seiring si Kecil bertambah besar.

Pilih Artikel Sesuai Kebutuhan Ibu


Temukan Topik Lainnya

  1. Breath-Holding Spells (for Parents) - Nemours KidsHealth. (2023). Kidshealth.org. https://kidshealth.org/en/parents/spells.html
  2. ‌NHS Choices. (2024). Breath-holding in babies and children. https://www.nhs.uk/conditions/breath-holding-in-babies-and-children/
  3. ‌Are my toddler’s breath-holding spells normal? (2022). BabyCenter. https://www.babycentre.co.uk/x25021972/are-my-toddlers-breath-holding-spells-normal
  4. ‌Breath-holding. (2022, February 25). Raising Children Network. https://raisingchildren.net.au/babies/behaviour/common-concerns/breath-holding
  5. ‌Breath-holding Spell. (2022). Seattle Children’s Hospital. https://www.seattlechildrens.org/conditions/a-z/breath-holding-spell/
  6. ‌Fields, L. (2017, December 21). Breath-Holding Spells in Children: What to Know. WebMD; WebMD. https://www.webmd.com/children/children-breath-holding
  7. ‌Lissienko, K. (2011, September 13). Breath-Holding Spells. KidsHealth NZ. https://www.kidshealth.org.nz/breath-holding-spells
  8. ‌Tian C. (2018, October 11). Ways to Handle Breath Holding Issues in Toddlers. FirstCry Parenting. https://parenting.firstcry.com/articles/ways-to-handle-breath-holding-issues-in-toddlers/
  9. ‌Breath-holding spell: MedlinePlus Medical Encyclopedia. (2020). Medlineplus.gov. https://medlineplus.gov/ency/article/000967.htm


Artikel Terkait