Bagaimana Frekuensi BAB yang Normal pada Bayi Usia 9 Bulan?
Banyak faktor yang mempengaruhi pola dan frekuensi BAB bayi. Saat si Kecil sudah berusia 9 bulan, salah satu hal yang mempengaruhinya ad...
Ditulis oleh :
Tim Penulis
Ditinjau oleh :
Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK, FRSPH
Banyak faktor yang mempengaruhi pola dan frekuensi BAB bayi. Saat si Kecil sudah berusia 9 bulan, salah satu hal yang mempengaruhinya adalah perubahan makanan. Makanan untuk bayi 9 bulan biasanya yang dicincang halus atau kasar, serta berupa finger food (makanan padat yang bisa dipegang), sehingga frekuensi dan tekstur fesesnya tidak akan lagi sama dengan saat ia baru lahir. Lalu, seperti apa frekuensi, tekstur, hingga warna BAB yang normal untuk bayi 9 bulan? Mari simak jawaban lengkapnya di artikel ini, Bu.
Seperti Apa Tekstur dan Warna BAB Bayi 9 Bulan yang Normal?
Frekuensi, konsistensi, warna, sampai bau feses sangat dipengaruhi apa yang bayi konsumsi di setiap tahapan usianya. Oleh karena itu, BAB bayi baru lahir dan bayi yang sudah makan MPASI bisa berbeda. Bahkan, penampilan feses bayi yang berumur 3 bulan bisa berbeda dari sewaktu baru lahir meski masih sama-sama mengonsumsi ASI.
Setelah lahir, feses pertama bayi biasanya berwarna hitam dan tampak lengket, tapi tidak berbau. Kotoran bayi pertama ini dikenal sebagai mekonium. Selama beberapa hari pertama kehidupan, bayi yang baru lahir akan terus mengeluarkan mekonium.
Saat bayi mulai mencerna ASI, mekonium berubah menjadi feses berwarna kuning kehijauan yang terlihat seperti saus mustard encer dan baunya tidak terlalu menyengat. Kemudian begitu bayi mulai dikenalkan dengan MPASI, fesesnya bisa menjadi berbagai macam warna sesuai apa yang si Kecil makan.
Pada bayi yang sudah MPASI, termasuk si Kecil Ibu yang sudah berusia 9 bulan, fesesnya cenderung berwarna coklat atau coklat tua dengan tekstur yang lebih kental dari selai kacang tapi masih lembek. BAB bayi MPASI juga mungkin memiliki bau yang lebih kuat dari pup-nya sewaktu masih disusui secara eksklusif (belum didampingi dengan makanan).
Tidak jarang juga Ibu bisa melihat sisa makanan yang tidak tercerna keluar bersama fesesnya. Misalnya, sisa-sisa bulir jagung, buncis, potongan tempe, atau potongan wortel. Jika si Kecil baru makan pisang, Ibu bahkan mungkin melihat munculnya benang hitam kecil di fesesnya. Hal itu normal dan menunjukkan bahwa sistem pencernaan bayi sedang beradaptasi terhadap makanan padat yang baru.
Seperti Apa Frekuensi BAB Bayi 9 Bulan yang Normal?
Lalu, bagaimana dengan frekuensi BAB yang normal pada bayi usia 9 bulan? Seiring dengan bertambahnya umur si Kecil, kekerapan buang air besar makin mendekati normal.
Dari yang tadinya sangat sering BAB (bisa sampai 10-12 kali per hari dalam beberapa minggu setelah lahir), frekuensi BAB bayi bisa berkurang dan menjadi lebih jarang karena kini sistem pencernaannya sudah berkembang.
Peralihan dari ASI ke MPASI secara alami akan menyebabkan feses bayi menjadi lebih padat. Akibatnya, bayi mungkin akan lebih jarang BAB. Hal tersebut terjadi karena ASI sebagian besar terdiri dari air, sementara makanan padat mengandung lebih sedikit cairan dan lebih banyak zat padat.
Menurut IDAI idealnya frekuensi BAB bayi yang normal pada usia 6-12 bulan adalah 2-4 kali sehari. Akan tetapi, frekuensi BAB pada bayi 9 bulan satu sama lainnya bisa sangat bervariasi. Beberapa bayi mungkin BAB 1 kali sehari, beberapa kali sehari, atau bahkan 2 hari hanya BAB sekali.
Baca Juga: Penyebab BAB Anak Berlendir dan Cara Mengatasinya
Apakah Normal Bayi 9 Bulan Sering BAB?
Sebagai orangtua, Ibu mungkin cemas bahwa seringnya BAB dapat menyebabkan penurunan berat badan pada bayi. Pada dasarnya, frekuensi BAB pada bayi dapat bervariasi, sehingga Ibu tidak perlu terlalu memperhitungkan berapa kali dalam sehari si Kecil "harus" BAB.
Selama BAB si Kecil mengikuti pola yang konsisten, tekstur dan warnanya tidak mengalami perubahan yang drastis, dan dirinya juga tidak menunjukkan gejala penyakit pencernaan seperti diare atau sembelit yang mengganggu proses penyerapan nutrisi, BAB yang sering masih bisa dianggap normal.
Sistem pencernaan bayi membutuhkan waktu untuk berkembang dan menyesuaikan diri dengan perubahan jenis makanan yang diterima. Inilah mengapa beberapa bayi pada usia 9 bulan mungkin jadi lebih sering BAB ketika si Kecil mulai berganti makanan padat, baik dari segi jenis atau teksturnya.
Seringnya BAB pada bayi juga bisa dipengaruhi oleh refleks gastrokolika yang masih kuat. Refleks gastrokolika adalah refleks tubuh untuk meningkatkan pergerakan usus besar yang timbul akibat makan dan minum, sehingga bayi bisa segera BAB setelah makan. Pada bayi dan anak-anak, refleks gastrokolika cenderung lebih kuat dibandingkan pada orang dewasa. Inilah mengapa banyak bayi dan anak-anak cenderung BAB setelah makan.
Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), seringnya BAB tidak akan menyebabkan penurunan berat badan pada bayi. Penurunan berat badan pada bayi tidak terkait dengan penyerapan makanan oleh usus. Selama berat badan bayi terus mengalami peningkatan, maka tidak ada masalah.
Baca Juga: Kenali Penyebab BAB Anak Keras dan Cara Mengatasinya
Cara Mengatasi Bayi 9 Bulan yang Sering BAB
Seperti yang sudah dijelaskan, seringnya BAB pada bayi tidak selalu menandakan masalah pencernaan, terutama jika tidak disertai gejala lain yang mengkhawatirkan. Namun, menjaga kesehatan pencernaan anak tetap penting untuk memastikan bahwa mereka mendapatkan nutrisi yang optimal dan tumbuh dengan baik.
Berikut ini beberapa cara yang Ibu lakukan untuk menjaga kesehatan pencernaan bayi yang sering BAB.
-
Pastikan kebutuhan cairan bayi 9 bulan terpenuhi dengan baik melalui ASI atau air putih.
-
Perhatikan kebersihan alat masak yang digunakan dalam membuat MPASI.
-
Berikan asupan probiotik yang dapat menjaga pencernaan si Kecil. Probiotik bisa didapatkan dari yogurt, tempe, dan keju.
-
Tambahkan sumber prebiotik untuk melengkapi kebutuhan gizinya, dengan asupan makanan seperti apel, pisang sayuran hijau, daun bawang, kacang polong, dan buncis.
Demikian penjelasan mengenai frekuensi BAB yang normal pada bayi 9 bulan. Sebagai orangtua, Ibu pasti menginginkan si Kecil tumbuh dan berkembang dengan optimal, bukan? Untuk itu, mari terus menjaga kesehatan pencernaan si Kecil dengan memberikan asupan nutrisi yang baik dan perawatan yang tepat.
Ibu juga bisa cari tahu kondisi pencernaan si Kecil dengan menggunakan tools Poop Tracker di Bebe Journey. Dilengkapi dengan fitur AI, hasilnya dapat diketahui untuk dikonsultasikan ke dokter lebih lanjut, lho!
Haruskah Khawatir Kalau Bayi Sangat Sering BAB?
Seringnya bayi BAB setelah makan merupakan bagian dari respons alami sistem pencernaan si Kecil. Maka dari itu, Ibu tidak perlu khawatir apabila bayi berusia 9 bulan sering BAB selama konsistensi fesesnya dalam kondisi normal seperti pasta padat atau agak lunak. Frekuensi BAB pada bayi dapat berbeda-beda dan tidak selalu mengindikasikan masalah kesehatan.
Hal yang mesti diperhatikan lebih lanjut adalah konsistensi feses bayi. Jika fesesnya berbentuk seperti pasta padat atau sedikit lunak, itu masih dianggap kondisi normal. Namun, jika bayi BAB lebih dari 3 kali sehari dengan tekstur yang agak cair, kemungkinan si Kecil mengalami diare.
Sebagai orangtua, penting untuk memantau pola frekuensi BAB dan kesehatan bayi 9 bulan secara menyeluruh. Jika ada perubahan yang mencolok, seperti BAB yang sangat jarang, BAB terlalu sering, atau jika bayi menunjukkan gejala ketidaknyamanan atau masalah pencernaan lainnya, segeralah konsultasi dengan dokter. Penurunan berat badan yang tidak wajar juga bisa menjadi pertanda adanya masalah kesehatan yang perlu ditangani dengan cepat.
Semoga artikel ini bermanfaat, ya, Bu!