10 Cara Tepat Terapkan Feeding Rules agar Anak Mau Makan

Feeding rules adalah pedoman pemberian makan dan waktu makan yang tepat untuk memastikan si Kecil menerima nutrisi optimal.

Ditulis oleh : Tim Penulis

Ditinjau oleh : dr. Deva Putriane, Cht, CPHCT

4 min
17 Feb 2023
Profile dr. Deva Putriane, Cht, CPHCT


Bagi kebanyakan ibu, memberikan makanan untuk anak bukan perkara yang mudah, terutama saat si Kecil menginjak usia 6 bulan. Nah, agar si Kecil mau lahap makan tanpa drama, Ibu perlu mulai menerapkan feeding rules.

Dengan feeding rules, diharapkan masalah bayi sulit makan, seperti karena pilih-pilih makan, dapat teratasi sehingga tumbuh kembang si Kecil menjadi lebih optimal.

Apa Itu Feeding Rules?

Feeding rules adalah aturan dasar yang dirancang oleh IDAI terkait cara pemberian makan yang benar pada anak setelah lepas dari masa ASI eksklusif. 

Kenapa ini penting? Sebab, proses pemberian makan untuk anak bukan sekadar menyuapi makanan dari sendok ke mulut agar si Kecil kenyang. 

Dalam proses pengenalan MPASI, sebenarnya bayi akan belajar banyak hal. Si Kecil akan belajar mengenal tekstur dan rasa makanan, belajar mengunyah dan menelan, belajar meraih dan menggenggam makanan, hingga belajar meregulasi rasa lapar dan kenyang. 

Pada masa ini, Ibu mungkin akan mengalami beberapa tantangan saat memberikan si Kecil MPASI. Misalnya, si Kecil mulai tidak menyukai tekstur makanan tertentu, atau senang menyemburkan makanannya. 

Midbanner cara menerapkan feeding rules

Cara Menerapkan Feeding Rules saat Memberi Makan Anak

Idealnya, feeding rules sudah mulai Ibu terapkan dari usia 6 bulan agar anak terbiasa dengan jadwal makan yang teratur dan kebiasaan makan yang positif hingga ia dewasa nanti. 

Ada tiga prinsip dasar yang harus dipahami oleh Ibu dalam feeding rules agar pemberian makan si Kecil berjalan lancar dan optimal, yaitu jadwal, lingkungan, dan prosedur.

Ketiga prinsip dasar ini diadaptasi oleh IDAI dari jurnal penelitian Bonnin & Claude dalam berjudul Feeding Problems of Infants and Toddlers.

Berikut adalah cara menerapkannya agar rutinitas memberi makan si Kecil lancar tanpa drama: 

1. Buat Jadwal Teratur

Ketika mulai memberikan MPASI kepada si Kecil, sangat disarankan untuk membuat jadwal makan secara teratur dan tepat waktu. 

Ketika pertama kali memulai MPASI, anak memang belum sepenuhnya mengerti kenapa ia harus makan. Maka dengan membuat jadwal makan yang terstruktur, si Kecil akan mulai memahami bahwa makan adalah kebutuhan, juga bisa mulai belajar mengenali rasa kenyang dan lapar. 

Ini juga karena jadwal makan berkaitan dengan waktu pengosongan lambung si Kecil. Waktu rerata pengosongan lambung sebesar 50% untuk makanan padat adalah 100 menit sedangkan untuk makanan cair adalah 75 menit.

Maka ketika lambungnya belum kosong, misalnya karena jarak waktu makan utama dengan waktu makan camilan terlalu dekat, si Kecil cenderung akan menolak makan. 

Oleh karena itu Ibu perlu membuat jadwal makan yang tetap, sehingga si Kecil lama-kelamaan tahu kapan ia akan mendapatkan makanan.

Baca Juga: Tips Membuat Jadwal Pemberian MPASI Bayi

2. Batasi Waktu Makan Tidak Lebih dari 30 Menit

Mungkin selama ini berpikiran, tidak apa makan lama-lama asalkan makanan di piring habis dan si Kecil kenyang.

Tapi ternyata, memaksakan anak menghabiskan makan dengan memperlama waktunya justru membuat si Kecil makin susah makan dan mungkin malah menutup mulutnya (GTM) sebagai tanda protes.

Jadi, IDAI menyarankan supaya membiasakan makan tidak lebih dari 30 menit. Apabila setelah 30 menit si Kecil sudah terlihat tidak berselera makan, lebih baik Ibu tidak melanjutkannya lagi dan angkat piringnya.

Sebab, saat itu sebenarnya bayi sudah merasa kenyang (ingat, kunci utama anak mau makan adalah rasa lapar ya, Bu). Jika dipaksakan si Kecil malah semakin tidak mau makan. 

3. Jangan Memberi Camilan Dekat Waktu Makan

Jangan pernah menawarkan makanan selingan saat makan makanan utama, kecuali air putih yang digunakan untuk melancarkan tenggorokan. 

Di tengah-tengah proses makan, Ibu jangan memberikan selingan apapun pada si Kecil karena bisa membuatnya kenyang sebelum makanan utama habis. 

4. Tidak Boleh Memaksa Habiskan Makan

Kebanyakan anak adalah picky eater, namun ini bukan alasan Ibu untuk memaksa makan. Alih-alih memaksa makan, Ibu dapat memperkenalkan berbagai jenis makan baru pada anak secara berulang. 

Rata-rata anak harus dikenalkan pada makanan baru hingga 10-15 kali lho, Bu. Baru setelah itu mereka mau memakannya dengan baik. 

Pemaksaan makan jenis makanan tertentu malah bisa membuat anak trauma dan sama sekali tidak mau menyentuh makanan tersebut hingga usia dewasa.

Bila si Kecil sudah menunjukkan tanda tidak mau makan seperti mengatupkan mulut, memalingkan kepala, menangis, atau bermain-main dengan makanannya, jangan terus dipaksa makan, ya. 

Ibu dapat menunggu hingga 10-15 menit untuk kembali menawarkan makan dengan nada netral. Hindari menggunakan nada membujuk atau memaksa saat menawari makanan. Nada membujuk dapat menghambat anak mengenali rasa lapar-kenyang, sedangkan paksaan bisa membuat anak trauma dan menolak makan.

Apabila setelah ditawarkan lagi si Kecil tetap tidak mau makan, artinya ia sudah benar-benar kenyang dan Ibu bisa langsung mengangkat piringnya.

Baca Juga: Cara Menerapkan Responsive Feeding agar si Kecil Lahap Makan

5. Singkirkan Distraksi saat Makan

Ibu perlu menyingkirkan segala bentuk barang yang dapat mengganggu fokus bayi saat makan seperti mainan, televisi, smartphone, dan lain sebagainya. 

Makan sambil menonton film kesukaan dan sibuk dengan mainan mungkin akan membuat anak anteng, namun Ibu harus siap menghadapi konsekuensi negatif seperti makan diemut.

Makan diemut bisa menyebabkan anak merasa kenyang lebih awal atau bosan karena proses makan terlalu lama. Anak yang makannya diemut kadang bisa sampai 1 jam belum habis lho, Bu. Efeknya, makanan di piringnya kerap kali masih tersisa.

6. Jangan Biasakan Memberi Makanan Sebagai Imbalan 

“Sesuap lagi saja, ya? Kalau makan sayur sesuap lagi, nanti Ibu beri hadiah permen.” 

Ibu familiar dengan kata-kata di atas? Jika iya, sebaiknya segera hentikan proses negosiasi sambil memberikan makanan sebagai hadiah ya, Bu. 

Untuk jangka pendek mungkin trik tersebut berhasil. Namun, untuk jangka panjang, trik tersebut malah akan membentuk kebiasaan makan yang buruk. 

Pertama, hadiah makanan bisa menciptakan kesan bahwa segala macam camilan lebih berharga daripada makanan utama. 

Kedua, hal tersebut menciptakan perebutan kekuasaan antara si Kecil dan Ibu. Si Kecil bisa jadi tidak mau makan kalau tidak diberi hadiah makanan ringan yang ia inginkan.

Ketiga, makanan yang dijadikan hadiah bisa merusak jadwal makan. Sebab anak memiliki keleluasaan untuk memakannya kapan saja. Akibatnya, ia tidak akan merasa lapar saat jam makan utama tiba. 

7. Sajikan Makanan dalam Porsi Kecil

Ibu mungkin ingin anak makan banyak supaya sehat. Namun, menyajikan makan dalam jumlah terlalu besar justru akan menakuti si Kecil dan membuat ia malas makan, lho!

Sajikan makanan dalam porsi yang kecil saja, Bu. Jika si Kecil masih terlihat lapar, baru Ibu beri tambahan.  

Nah, kalau Ibu baru memulai MPASI, awali dengan memberikan sebanyak 2-3 sendok setiap kali makan. Ketika usianya bertambah besar, Ibu dapat meningkatkannya secara bertahap. 

Berikut saran porsi makan bayi sesuai umurnya dari IDAI: 

Kelompok Usia 

Porsi

6 bulan

2-3 sendok makan

6-9 bulan

½ mangkuk ukuran 250 ml

9-12 bulan

½ mangkuk ukuran 250 ml

12-24 bulan

¾ mangkuk ukuran 250 ml

 Ibu disarankan untuk memberikan makanan padat terlebih dahulu, baru disusul dengan makanan cair, dan diakhiri dengan minum. Karena terlalu banyak minum di awal akan membuat anak merasa kenyang lebih cepat. 

Kecuali anak memang membutuhkan minum karena tersedak atau susah menelan makanannya, Bu.

9. Semangati Anak untuk Makan Sendiri

Hal pertama yang dipelajari anak saat makan sendiri adalah mengenali rasa lapar dan kenyang. Saat sudah mengetahui kedua perasaan tersebut akan membuat si Kecil untuk berhenti sendiri ketika sudah merasa kenyang dan meminta tambahan ketika masih merasa lapar. 

10. Jangan Mengelap Mulut Anak Sebelum Makan Selesai

Mulut si Kecil belepotan sana-sini saat makan? Tidak apa-apa, Bu, biarkan saja seperti itu sampai anak selesai makan. 

Saat makan, sebenarnya si Kecil juga sedang melatih kemampuan motorik oralnya. Kalau Ibu selalu mengelap mulut anak setelah satu suapan atau setiap kali terlihat belepotan, anak tidak akan merasakan kalau ada makanan yang tertinggal di sekitar bibirnya. 

Karena tidak merasakan stimulasi apapun, si Kecil tidak akan mencoba untuk menjilat batas luar bibir atasnya menggunakan lidah. Sehingga, si Kecil kehilangan kesempatan untuk melatih kekuatan motorik oral, kordinasi, dan rentang gerak mulutnya. 

Selain itu, mengelap mulut terlalu sering juga membuat anak mudah jijik atau geli dengan tekstur-tekstur yang asing seperti lembek, basah, berpasir, dan lain sebagainya. 

Ibu sebaiknya membersihkan mulut dan tangan anak hanya jika kondisinya mempengaruhi keselamatan anak. Misalkan, sisa makanannya bisa membuat tersedak atau masuk ke mata si Kecil. 

Baca Juga: 7 Tips Memilih Resep MPASI yang Tepat untuk Si Kecil

Nah, sekarang Ibu sudah mengetahui feeding rules yang baik agar anak mau makan lancar tanpa harus banyak drama. Agar berbuah menjadi kebiasaan makan yang positif, Ibu harus konsisten dan mau sedikit “tega” dalam penerapannya. 

Ketika anak sudah mau makan makanan bergizi dengan lahap, tentu hati Ibu tenang karena tumbuh kembang anak akan berjalan dengan baik.

Nah, Ibu ingin tahu beragam inspirasi resep dan tips seputar MPASI? Yuk dapatkan informasinya dengan mengunduh E-Book Panduan MPASI di Bebeclub. Di Bebeclub juga ada tools BebeJourney dengan berbagai fitur edukatif dan menarik untuk dukung kesehatan si Kecil, seperti Milestone Tumbuh Kembang, Panduan MPASI, hingga Poop Checker. Sebab, Pencernaan  sehat adalah awal semua kehebatannya untuk tumbuh hebat. Yuk, daftar sekarang. Gratis!

 


 

Referensi:

  1. “IDAI | Makan Kok Diemut Sih ?” Idai.or.id, 2017, www.idai.or.id/artikel/klinik/pengasuhan-anak/makan-kok-diemut-sih. Accessed 21 Dec. 2022.
  2. “IDAI | SULIT MAKAN PADA BAYI DAN ANAK.” Idai.or.id, 2016, www.idai.or.id/artikel/klinik/pengasuhan-anak/sulit-makan-pada-bayi-dan-anak. Accessed 21 Dec. 2022.
  3. “IDAI | Pentingnya Mengatur Jadwal Makan Anak.” Idai.or.id, 2015, www.idai.or.id/artikel/klinik/asi/pentingnya-mengatur-jadwal-makan-anak. Accessed 21 Dec. 2022.
  4. “IDAI | Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MPASI).” Idai.or.id, 2018, www.idai.or.id/artikel/klinik/asi/pemberian-makanan-pendamping-air-susu-ibu-mpasi?utm_source=newsletter&utm_medium=email&utm_campaign=idai-newsletter&utm_content=Booklet+Pemberian+Makanan+Pendamping+Air+Susu+Ibu+%28MPASI%29. Accessed 21 Dec. 2022.
  5. Anne-Claude Bernard-Bonnin. “Feeding Problems of Infants and Toddlers.” Canadian Family Physician, vol. 52, no. 10, Oct. 2006, pp. 1247–1251, www.cfp.ca/content/52/10/1247.long. Accessed 21 Dec. 2022.
  6. “Toddlers at the Table: Avoiding Power Struggles (for Parents) - Nemours KidsHealth.” Kidshealth.org, 2021, kidshealth.org/en/parents/toddler-meals.html. Accessed 21 Dec. 2022.
  7. DeJesus, Jasmine M., et al. “Children Eat More Food When They Prepare It Themselves.” Appetite, vol. 133, Feb. 2019, pp. 305–312, www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6768385/, 10.1016/j.appet.2018.11.006. Accessed 21 Dec. 2022.
  8. Higuera, Valencia. “What Can You Do If Your Child Refuses to Eat Anything?” Healthline, Healthline Media, 11 Sept. 2019, www.healthline.com/health/parenting/child-refuses-to-eat-anything#mealtime-tips. Accessed 21 Dec. 2022.
  9. “Why It’s OK to Get Messy at Mealtime | Suffolk Center for Speech.” Lispeech.com, 2022, www.lispeech.com/why-its-ok-to-get-messy-at-mealtime/. Accessed 21 Dec. 2022.


 
alt

Kenali apa itu

Kalkulator Nutrisi

Cek nutrisi si Kecil yuk! Sudah sesuaikah dengan kebutuhannya?

Artikel Terkait