Perkembangan Anak Usia 4 tahun agar Anak Tetap Percaya Diri

Setiap anak itu unik. Sebagai orang terdekatnya sedari bayi, Ibu mungkin bisa melihat jika si Kecil lebih memiliki minat pada satu hobi ...

4 min
21 Apr 2022

Artikel ini belum diulas

Setiap anak itu unik. Sebagai orang terdekatnya sedari bayi, Ibu mungkin bisa melihat jika si Kecil lebih memiliki minat pada satu hobi dibanding hobi yang lain. Misalnya, ia suka mencoret-coret kertas, atau menyanyi. Nah, selain minat, hal lain yang harus diperhatikan adalah perkembangan anak, terutama saat ia sudah menginjak usia  yang cukup besar, yaitu 4 tahun.

Mengamati anak tumbuh kembang setiap tahunnya pasti menimbulkan rasa senang dan bangga apalagi kalau Ibu merasa si Kecil lebih dalam beberapa hal. Namun bagaimana jika ia belum menguasai hal-hal tertentu? Di usia anak 4 tahun ada beragam kemampuan yang bisa diasah. Sebagai landasan utamanya, Ibu bisa menumbuhkan percaya diri agar anak lebih berani dalam melakukan berbagai kegiatan, seperti membiarkan anak memilih baju yang dipakainya atau membantu Ibu menentukan menentukan menu makan malam di rumah.

Tapi sebelumnya, sudah tahu belum, Bu apa yang terjadi pada masa perkembangan anak usia 4 tahun? Kalau belum, mari telusuri bersama.

Hal-hal yang Ditemukan Pada Masa Perkembangan Anak Usia 4 Tahun

 

Secara umum, perkembangan anak usia 4 tahun makin baik dalam kemampuan bahasanya. Jadi, jangan kaget kalau si Kecil makin ceriwis dan banyak bertanya ya, Bu. Perkembangan anak usia 4 tahun juga tak lepas dari keterampilan motorik yang makin bagus. Baik motorik kasar, seperti melompat dan berdiri dengan satu kaki, maupun motorik halus, seperti menggunting kertas.

Kemampuan baca-tulis dan menghitungnya pun makin baik, Bu. Umumnya si Kecil mulai tertarik untuk menulis huruf dan angka. Beberapa anak mungkin sudah bisa mengeja suku kata sederhana, misalnya s-a sa, p-i pi. Si Kecil juga bisa mengenal angka sampai 20, dan menghitung benda dengan jumlah 20 atau kurang.

Tentu saja, tidak semua anak kondisinya sama. Perkembangan satu anak dengan anak lainnya bisa berbeda, bahkan antara kakak-adik atau saudara kembar sekalipun. Bagaimana jika ia belum bisa melakukan sebuah keterampilan yang seharusnya dimiliki anak 4 tahun?  Yang terpenting, Ibu terus mendukungnya agar ia bisa berkembang optimal dan memiliki rasa percaya diri yang baik. Apa saja ya yang perlu diperhatikan? Yuk, kita simak.

Percaya diri dimulai dari orang tua

Rasa percaya diri dan optimisme itu ternyata bisa menular lho, Bu. Jadi tanamkan pada diri, jika Ibu adalah orang tua yang baik dan percaya diri dengan kemampuan diri sendiri. Tak perlu berpikir tentang kesempurnaan, karena sama seperti perkembangan anak, kemampuan parenting tiap individu juga berbeda. Yang perlu diperhatikan, gaya parenting yang dilakukan orang tua akan memengaruhi perilaku anak4. Jika Ibu percaya bahwa Ibu orang tua yang baik, nantinya anak akan tertular berbuat baik atau percaya akan kemampuan dengan sendirinya. Namun juga jangan terlalu over percaya diri ya, Bu, karena anak ternyata juga bisa mengenali bahkan menilai orang yang memiliki tanda-tanda ini.

Yakinkan si Kecil bahwa ia dicintai

Bagaimanapun kondisi si Kecil, Ibu dan Ayah tentu akan selalu mendukung dan selalu ada untuknya, kan? Hal ini yang perlu diyakini si Kecil. Perasaan aman, merasa didukung dan dicintai akan memupuk rasa percaya diri si Kecil4, sehingga ia tidak minder meskipun kemampuannya mungkin berbeda dengan teman sebayanya.

Sangat baik bila Ibu memahami milestone perkembangan anak. Dengan demikian, Ibu bisa menilai apakah perkembangan si Kecil sesuai, sehingga dapat mengetahui stimulasi apa yang perlu dikuatkan. Namun hindari membandingkan si Kecil dengan anak lain ya, Bu. Ini tidak akan memotivasinya, melainkan hanya akan membuatnya merasa minder.

Belajar lewat minatnya

 

Melakukan hal-hal yang disukainya akan membuatnya lebih nyaman untuk belajar. Seperti misalnya, kemampuan si Kecil berhitung belum semahir teman-temannya? Libatkan diri Ibu saat ia sedang main mobil-mobilan, misalnya. Minta dia untuk menyusun mainannya dan mulai menghitung jumlah mobil sambil balapan.

Lain cerita jika ia masih kesulitan mengeja, Ibu bisa mengajaknya membaca bersama lebih sering, agar ia makin tertarik dengan huruf dan buku. Ajak ia membaca dengan cara yang menyenangkan, misalnya (Link to article: Cara Seru Belajar Membaca Lewat Lagu untuk si Kecil)lewat lagu. Nikmatilah tiap proses pembelajaran bersama si Kecil. Inilah yang lebih penting ketimbang hasilnya, kan, Bu?

Intinya, biarkan si Kecil menjadi dirinya sendiri dan nyaman dengan hal-hal yang ia sukai. Dengan begitu, saat akan mengajarkan hal-hal baru, Ibu bisa mengetahui triknya.

Semangati anak untuk belajar hal baru

Mempelajari hal baru tak selamanya harus dilakukan serius, namun bisa juga lewat permainan. Bermain adalah hal yang disukai si Kecil. Jadi, biarkanlah si Kecil bebas bermain dan bereksplorasi, tanpa perlu dibatasi. Bermain sangat penting lho, Bu untuk perkembangan dan pembelajaran si Kecil, termasuk saat mempelajari hal baru. Melalui permainan lah anak belajar tentang norma, peran sosial, nilai-nilai, serta mengembangkan kreativitas dan kemampuan fisik-kognitifnya.

Misal si Kecil cenderung pendiam dan tidak suka bergerak aktif seperti teman-temannya? Jangan paksakan ya, Bu karena pasti ada jalan untuk dia mempelajari hal baru, yaitu bersosialisasi. Punya taman di rumah? Ibu bisa menyulapnya menjadi lahan piknik mini. Ajak si Kecil untuk ngobrol sambil menikmati makan siang bersama kakak atau adiknya. Setelah makan, Ibu bisa mengajaknya ngobrol dan main games yang ringan, seperti tebak-tebakan. Dengan begitu anak akan belajar untuk terbuka dan belajar untuk berani bersosialisasi, dimulai dengan orang terdekatnya.

Mengajari untuk tak takut gagal

Normal jika Ibu ingin melindungi anak dari kegagalan. Namun di usianya sekarang, dia juga perlu mengenal bahkan belajar dari kegagalan, selama itu tidak terlalu fatal. Jadi, mengatur ekspektasi Ibu agar saat ia gagal sangatlah penting agar ia tak takut mencoba lagi apalagi putus asa, karena apa yang diharapkan orang tua akan berpengaruh pada tingkah laku anak.

Saat kegagalan itu terjadi, besarkan hatinya. Berikan pengertian jika tak semua orang selalu sukses melakukan apapun. Yang penting, pastikan jika ia terus berusaha dan tak harus mengejar kata sempurna.

Terapkan Tujuan

Setiap anak pasti punya cita-cita dan keinginan. Pastikan Ibu sangat mengenali ini agar bisa membimbingnya dengan tepat. Bantu si Kecil untuk menjadikan keinginan ini menjadi nyata dengan langkah-langkah kecil yang terarah. Si Kecil suka menggunakan aplikasi tertentu dan ingin membuat aplikasi yang mirip saat besar nanti? Dukung mimpinya ini dengan membuat satu daftar kecil yang ingin diraih. Misalnya, mengikutkannya di kelas coding untuk anak, membiarkannya mengutak-atik atau menelusuri lebih banyak tentang aplikasi tersebut. Saat Ibu menunjukan semangat dan dukungan atas mimpinya, anak akan merasa lebih percaya diri4 untuk melakukan hal-hal yang berguna bagi cita-citanya kelak.

Dalam fase perkembangan anak usia 4 tahun, percaya diri memang penting, namun asupan nutrisi yang cukup juga tak kalah penting. Untuk itu, pastikan Ibu memberikan gizi seimbang dalam porsi makanan yang tepat. Dalam sehari, si Kecil membutuhkan asupan makronutrisi (karbohidrat, protein, lemak), mikronutrisi (vitamin, mineral), serat, dan air.

Jangan lupa untuk memberikan segelas Bebelac 4 tiga kali sehari demi melengkapi kebutuhan nutrisi si Kecil untuk mendukung perkembangannya. Ini juga meliputi kecerdasan otak serta mempertahankan saluran cernanya agar selalu baik . Seperti Ibu ketahui, Bebelac 4 dilengkapi minyak ikan yang mengandung Omega 3 dan 6, FOS GOS 1:9, serta beragam vitamin dan mineral. Asupan nutrisi yang baik akan mendukungnya tumbuh hebat, dengan happy tummy, happy brain, dan happy heart.
 


Referensi

 

  1. Bernie Endyarni Medise. (2017). Pemilihan Mainan Anak sesuai Fase Perkembangan. Diambil dari https://www.idai.or.id/artikel/klinik/pengasuhan-anak/cerdas-memilih-mainan-anak [Diakses 23 Juni 2021]
  2. Sevan S. Misirliyan, Annie P. Huynh. (update terakhir 2021). Developmental Milestones. Diambil dari https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK557518/ [Diakses 23 Juni 2021]
  3. Amanda Soebadi. (2013). Perkembangan Literasi Anak. Diambil dari https://www.idai.or.id/artikel/klinik/pengasuhan-anak/perkembangan-literasi-anak [Diakses 28 Mei 2021]
  4. Clark, Marie MD, MPH. (2016). Parenting Matters: Supporting Parents of Children Ages 0-8. Diambil dari: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK402020/. [Diakses 28 Mei 2021]
  5. Mariana Brussoni, dkk. (2012). Risky Play and Children’s Safety: Balancing Priorities for Optimal Child Development. Diambil dari https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3499858/ [Diakses 28 Mei 2021]
  6. Susan A. J. Birch , Rachel L. Severson , Adam Baimel (2020). Children's understanding of when a person's confidence and hesitancy is a cue to their credibility. Diambil dari: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6984727/ [Diakses 28 Mei 2021]


 
alt

Kenali apa itu

Kalkulator Nutrisi

Cek nutrisi si Kecil yuk! Sudah sesuaikah dengan kebutuhannya?

Artikel Terkait