7 Cara Tepat Mengajarkan Anak Puasa Sejak Dini

Marhaban ya Ramadan! Bagi umat muslim, berpuasa Ramadan adalah bentuk pengamalan rukun Islam ketiga. Oleh karena itu, sebagai orang tua ...

Ditulis oleh : Tim Penulis

Ditinjau oleh : Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK

4 min
12 May 2022
Profile Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK


Marhaban ya Ramadan! Bagi umat muslim, berpuasa Ramadan adalah bentuk pengamalan rukun Islam ketiga. Oleh karena itu, sebagai orang tua ada baiknya kita mengetahui cara mengajarkan anak puasa sejak dini. Harapannya, agar si Kecil terbiasa menjalankan kewajibannya sebagai muslim di kemudian hari. 

Terlebih, ternyata puasa juga memiliki sejumlah manfaat lain untuk anak, Bu! Nah, supaya anak bisa mendapatkan manfaat tersebut, Ibu bisa menerapkan cara mengajarkan anak puasa di bawah ini. Yuk, kita simak bersama!

Apakah Anak-anak Diwajibkan untuk Berpuasa?

Dalam aturan agama, anak-anak umumnya termasuk dalam golongan yang tidak diwajibkan untuk puasa, sama seperti ibu hamil dan orang yang bepergian jauh.

Pasalnya, anak-anak masih dalam masa perkembangan yang membutuhkan asupan gizi teratur. Sistem metabolismenya juga berbeda dari orang dewasa.

Anak membutuhkan asupan cairan dan energi yang lebih banyak untuk bisa berkembang secara sehat, terutama bagi perkembangan otaknya. Ketika tidak mendapat asupan energi yang cukup, anak-anak bisa merasa lemah dan lelah. Anak-anak juga dapat mengalami penurunan konsentrasi karena kelaparan.

Untuk itu, Ayah dan Ibu perlu mempertimbangkan kondisi si Kecil sebelum memutuskan untuk mengajarkan anak berpuasa. Hal ini termasuk kondisi kesehatan secara keseluruhan, tingkat aktivitas, dan ketahanan diri terhadap rasa lapar.

Baca Juga: Cara Meningkatkan Konsentrasi Anak agar Lebih Fokus Belajar saat Puasa

Adakah Manfaat Puasa untuk Anak?

Selama berpuasa, tubuh si Kecil mengalami berbagai macam perubahan yang bisa memengaruhi kesehatan. Melansir dari laman resmi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), banyak penelitian yang memperlihatkan bahwa manfaat puasa untuk anak merupakan salah satu cara menjaga tubuhnya agar selalu dalam kondisi fit. Mengapa demikian? 

Karena, pada waktu berpuasa, metabolisme tubuh si Kecil cenderung melambat, tetapi menjadi lebih efisien. Insulin yang berguna untuk memasukkan gula yang dihasilkan dari makanan yang ia konsumsi pun menjadi lebih sensitif. 

Tubuh memiliki mekanisme yang canggih untuk beradaptasi saat berpuasa. Makanan yang dikonsumsi saat sahur hanya dapat mempertahankan kadar gula darah hingga 4 jam. Gula darah sangatlah penting, karena ini yang digunakan oleh sel tubuh sebagai energi. Setelahnya, masih terdapat cadangan energi dalam hati. 

Metabolisme tubuh juga akan melambat dan menjadi lebih efisien. Kedua mekanisme ini akan membuat anak tetap dapat menggunakan energi untuk beraktivitas – tubuh akan memecah cadangan energi di dalam hati sehingga anak tetap dapat menggunakan energi untuk beraktivitas.

Daya tahan tubuh pun membaik sehingga si Kecil lebih kuat dan tidak mudah sakit. Menariknya lagi, berpuasa juga terbukti meningkatkan daya ingat, seperti yang tertuang dalam sebuah penelitian pada anak remaja di Doha, Qatar.

Selain itu, IDAI melaporkan puasa terbukti dapat menurunkan tingkat stres oksidatif dan peradangan yang berisiko mencederai sel-sel tubuh, sehingga secara tidak langsung turut mencegah terjadinya kanker atau penyakit kronis lainnya di kemudian hari. 

Namun, hal tersebut tentunya juga perlu didukung dengan pola makan yang sehat selama berpuasa.

Tidak hanya dari sisi kesehatan, manfaat puasa sangat baik digunakan sebagai sarana pembelajaran bagi anak-anak dalam mengendalikan diri dan disiplin. 

Dengan disiplin untuk tidak makan atau minum selama waktu tertentu, anak-anak akan belajar untuk menjadi diri yang disiplin dalam mematuhi peraturan yang telah ditentukan. Hal inilah yang dapat membentuk karakter anak agar menjadi seorang yang bertanggung jawab, terutama terhadap dirinya sendiri.

Baca Juga: Si Kecil Juara Hebat Kebaikan di Bulan Baik

Baca Juga: 5 Cara Mengajarkan Anak Berdoa Beserta Manfaatnya

Cara Mengajarkan Anak Puasa Sejak Dini

Meski belum diwajibkan untuk puasa, tidak ada salahnya bagi orang tua untuk mengajarkan si Kecil berpuasa, Bu. Namun, mencari cara agar anak mau belajar puasa memang bukanlah hal yang mudah dan butuh usaha tersendiri.

Hal ini tentunya setelah mempertimbangkan kondisi anak terlebih dahulu dan dengan cara yang tepat dalam mengajarkan anak puasa.

Untuk lebih jelasnya, berikut adalah beberapa cara mengajarkan anak puasa sejak dini yang Ibu dan Ayah lakukan. 

1. Ajarkan Anak Puasa pada Usia yang Tepat

Anak-anak perlu dikenalkan tentang puasa secara perlahan, sesuai dengan usianya. Lantas, di usia berapa anak boleh diajarkan untuk berpuasa? Umumnya, mengajarkan puasa pada anak dapat dilakukan saat anak berusia 6-8 tahun. 

Namun, usia anak untuk mulai belajar puasa juga bisa lebih cepat atau lebih lambat tergantung kesiapan orang tua dan si Kecil.

2. Lakukan Secara Bertahap

Untuk mengajarkan anak puasa, Ibu dan Ayah sebaiknya melatih secara bertahap. Sebagai tahap awal pembelajaran anak dengan puasa, cobalah ajari si Kecil untuk puasa selama setengah hari dari pagi hingga waktu makan siang, atau selama 6-8 jam terlebih dahulu. 

Setelah itu, orang tua dapat menambah lama waktu puasa secara bertahap seiring bertambahnya usia dan pengalaman anak, sampai si Kecil dirasa mampu untuk puasa hingga adzan maghrib tiba. 

Pada tahap ini, sebaiknya jangan terlalu memaksa anak untuk puasa hingga waktu yang ditentukan ya, Bu. 

3. Atasi Kekhawatiran Anak

Beberapa anak mungkin akan merasa khawatir saat ia tak makan atau minum dalam jangka waktu lama. Mereka khawatir akan merasa lemas saat tidak makan. 

Dalam hal ini, Ibu bisa menjelaskan pada anak bahwa saat berpuasa, tubuh akan menyesuaikan diri terhadap asupan makanan dan minuman yang masuk. 

Tubuh akan menggunakan energi dengan lebih efisien sehingga anak-anak tetap dapat melakukan aktivitas hariannya dengan baik.

4. Berikan Contoh

Contoh cara berpuasa dari orang tua, mulai dari saat sahur hingga berbuka puasa, akan memudahkan anak dalam menjalani puasanya. Tunjukkan bahwa saat menjalani puasa kita tetap dapat menjalani aktivitas seperti biasa. Melibatkan anak dalam menyiapkan makanan sahur maupun buka puasa juga dapat meningkatkan semangatnya dalam belajar berpuasa.

5. Jangan Memaksakan Anak

Cara mengajarkan anak berpuasa berikutnya adalah dengan tidak memaksakan kehendak anak. Cara-cara yang memaksa justru dapat membuat anak merasa trauma, sakit, hingga menyebabkan anak tidak senang berpuasa. 

Untuk itu, mulailah dari puasa setengah hari. Saat anak sudah mulai disiplin, dan menunjukkan bahwa ia mampu, Ibu dapat mengajak anak untuk berpuasa lebih lama, misalnya hingga sore hari. 

6. Berikan Menu Sahur dan Berbuka yang Bergizi

Di masa tumbuh kembangnya, asupan nutrisi merupakan salah satu faktor yang harus dipenuhi si Kecil. Namun, selama berpuasa Ibu mungkin merasa khawatir dengan kurangnya asupan nutrisi yang akan membuat anak menjadi lemas, tak mampu menjalani aktivitas, hingga menjadi terlalu kurus. 

Padahal pada dasarnya, kebutuhan nutrisi anak tetap sama saat berpuasa, hanya waktu pemberiannya saja yang berbeda. Agar asupan nutrisi tidak berkurang dalam masa tumbuh kembang anak, Ibu dapat memenuhinya dengan mengoptimalkan asupannya dengan makanan bergizi seimbang saat sahur dan berbuka puasa.

Saat sahur, Ibu sebaiknya menyiapkan makanan yang bertujuan untuk menjaga kadar gula darah tetap stabil lebih lama. Misalnya, dengan memberikan karbohidrat kompleks dengan kadar indeks glikemik rendah hingga sedang, seperti nasi merah, ubi, roti gandum, atau oatmeal. 

7. Cukupi Kebutuhan Protein

Selain itu, lengkapi dengan sumber protein hewani dan nabati (tempe, tahu dan kacang-kacangan), serat (buah dan sayur), serta lemak. Susu sebagai sumber protein yang juga mengandung lemak dan karbohidrat, juga bisa diberikan untuk membantu anak merasa kenyang lebih lama.

Sementara itu saat berbuka puasa, Ibu dapat memberikan anak makanan dengan kadar indeks glikemik lebih tinggi. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kadar gula lebih cepat. Makanan yang dimaksud, misalnya nasi putih, kentang, roti putih, dan kurma. Jangan lupa tetap lengkapi makan buka puasanya dengan protein nabati dan hewani, lemak, serta serat, ya, Bu.

Perlu diingat, Bu, bahwa penurunan berat badan saat puasa hanya bersifat sementara dan biasanya berat badan akan kembali begitu bulan puasa usai.

8. Apresiasi Usaha Anak Berpuasa

Menghargai usaha anak saat berpuasa juga menjadi cara lain mengajarkan si Kecil. Ada banyak cara yang dapat Ibu dan Ayah lakukan. Misalnya, orang tua bisa memberikan pujian di depan anggota keluarga lain. Dengan begitu, anak dapat merasa bangga terhadap dirinya sendiri.

Bila perlu, Ibu dan Ayah bisa memberikan hadiah atas keberhasilannya melewati tahap demi tahap selama belajar berpuasa.

Reward sederhana berupa barang yang mereka inginkan atau makanan favorit si Kecil sebagai menu untuk berbuka puasa bisa membuatnya senang dan menjadi dorongan baginya untuk lebih semangat belajar puasa.

Baca Juga: Ide Menu Buka Puasa Sehat untuk Seluruh Keluarga

Yuk, jadikan Ramadan kali ini bukan hanya bulan yang penuh berkah tapi juga penuh manfaat bagi kesehatan si Kecil!

Ingin dapatkan lebih banyak tips dan informasi parenting terbaru? Yuk, daftarkan diri Ibu di Bebeclub. Ibu juga bisa dapatkan beragam promo dan penawaran menarik seputar susu Bebelac, lho!

 


Referensi:

  1. Titis Prawitasari. (2015). Mempersiapkan Anak Berpuasa. Retrieved from http://www.idai.or.id/artikel/klinik/pengasuhan-anak/mempersiapkan-anak-berpuasa [Accessed March 21, 2020]
  2. Abdulaziz Farooq, et al. (2015). A Prospective Study of the Physiological and Neurobehavioral Effects of Ramadan Fasting in Preteen and Teenage Boys. Retrieved from https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S221226721500163X [Accessed March 21, 2020]
  3. Zakari Ali and Abdul-Razak Abizari. (2018). Ramadan fasting alters food patterns, dietary diversity and body weight among Ghanaian adolescents. Retrieved from https://nutritionj.biomedcentral.com/articles/10.1186/s12937-018-0386-2 [Accessed March 21, 2020]
  4. Pravil K. Vayalil. (2012). Date Fruits (Phoenix dactylifera Linn): An Emerging Medicinal Food. Retrieved from https://www.researchgate.net/publication/51980791_Date_Fruits_Phoenix_dactylifera_Linn_An_Emerging_Medicinal_Food [Accessed March 22, 2020]
  5. Frank Rowland Dunshea et al. (2007). Dairy proteins and the control of satiety and obesity. Retrieved from https://www.researchgate.net/publication/240507810_Dairy_proteins_and_the_control_of_satiety_and_obesity [Accessed March 28, 2020]
  6. Momentum. (2018, May 8). How to care for the fasting child. Baylor College of Medicine Blog Network. https://blogs.bcm.edu/2018/05/08/how-to-care-for-the-fasting-child/
  7. 7 Tips to Help Ease Your Child into Fasting During Ramadan. (2021). Penny Appeal. https://pennyappeal.org/news/help-your-child-fast-during-ramadan
  8. Onvani, S., Haghighatdoost, F., Surkan, P. J., & Azadbakht, L. (2017). Dairy products, satiety and food intake: A meta-analysis of clinical trials. Clinical nutrition (Edinburgh, Scotland), 36(2), 389–398. https://doi.org/10.1016/j.clnu.2016.01.017


 
alt

Kenali apa itu

Kalkulator Nutrisi

Cek nutrisi si Kecil yuk! Sudah sesuaikah dengan kebutuhannya?

Artikel Terkait