Tips Dukung Perkembangan Sosial Anak Bagi Orang Tua Bekerja

Pola asuh sama pentingnya lho Bu dengan pemberian nutrisi untuk mendukung tumbuh kembang si Kecil. Jika diperhatikan, keduanya saling me...

Ditulis oleh : Tim Penulis

4 min
05 Feb 2022


Pola asuh sama pentingnya lho Bu dengan pemberian nutrisi untuk mendukung tumbuh kembang si Kecil. Jika diperhatikan, keduanya saling melengkapi, untuk kecerdasan, tumbuh kembang fisik, serta perkembangan sosial anak yang optimal. Jadi, tidak cukup hanya memberi makan bergizi untuk si Kecil ya, Bu, karena Ibu dan Ayah juga harus hadir untuk memberi pola asuh yang baik.

Apa yang Terjadi Jika Kedua Orang Tua Bekerja?

Hal utama yang dihadapi bila orang tua bekerja, apa lagi kalau bukan waktu. Waktu yang Ibu dan Ayah miliki untuk si Kecil, pasti jadi lebih terbatas. Padahal, waktu bersama orang tua berperan penting bagi kesehatan dan perkembangan anak. Sebaliknya bagi orang tua, waktu bersama anak adalah kesempatan untuk memonitor perkembangan anak, serta untuk mewariskan pengetahuan, ketrampilan, dan nilai-nilai untuk membentuk karakter anak1.

Di awal kehidupannya, anak sangat bergantung kepada caregiver. Waktu bersama orang tua yang responsif, penting untuk menciptakan rasa aman dan dicintai bagi si Kecil. Dan dengan waktu yang cukup pulalah ikatan emosi antara orang tua dengan anak bisa terbentuk2.                                                                                   

Itu teorinya. Namun Ibu tidak perlu khawatir berlebihan. Bukan berarti perilaku anak menjadi lebih buruk bila Ibu dan Ayah bekerja, karena “kurang perhatian”. Ada beberapa hal yang bisa Ibu dan Ayah lakukan untuk mendukung perkembangan sosial anak, meski sambil bekerja.  Yuk, simak ulasan berikut!

Libatkan Sang Ayah

Melakukan apapun bersama-sama biasanya akan terasa lebih baik dan nyaman dibandingkan jika dilakukan sendirian. Untuk itu, Ibu dan Ayah sebenarnya punya peran sama penting dan sama besar dalam hal pengasuhan anak. Keterlibatan ayah yang lebih besar dalam pola asuh adalah salah satu cara untuk menyeimbangkan berkurangnya waktu Ibu bersama si Kecil karena Ibu bekerja2.

Keterlibatan ayah dalam pengasuhan, ternyata punya manfaat lebih lho, Bu. Antara lain pencapaian akademik yang lebih baik, peningkatan kompetensi sosio-emosional, masalah perilaku yang lebih rendah, hingga meningkatnya aktivitas fisik anak3. Jadi Bu, jangan ragu ya untuk mendorong ayah terlibat lebih banyak dalam pengasuhan anak. Misalnya saja, ayah bisa membacakan buku cerita sebelum si Kecil tidur, atau menyuapinya saat sarapan.

Luangkan Waktu Setiap Hari

Berangkat pagi-pagi, dan pulang larut malam, Ibu pasti capek. Belum lagi stres di tempat kerja. Namun sebagaimanapun sibuknya, usahakanlah untuk meluangkan waktu bersama anak setiap hari.

Tidak perlu menunggu sampai akhir pekan atau liburan bersama untuk menghabiskan waktu bersama anak.  Sekadar sarapan bersama, melakukan panggilan video saat makan siang, atau mengobrol dengan anak sebelum tidur, sudah cukup untuk menunjukkan kepada anak bahwa Ibu peduli dengannya, dan selalu ada untuknya.

Sepulang kerja, sempatkanlah mengobrol dengan si Kecil ya Bu, dan saling bercerita tentang kegiatan hari itu. Segelas susu Bebelac 3 favorit si Kecil, akan makin menghangatkan momen ini. Terlebih, Bebelac diperkaya minyak ikan, omega 3, omega 6, dan berbagai nutrisi lainnya. Aktivitas sederhana ini cukup untuk menunjukkan kepada anak bahwa Ibu peduli dengannya, dan selalu ada untuknya.

Maksimalkan Waktu Berkualitas

Belum tentu lho Bu, anak yang kedua orangtuanya bekerja itu kurang perhatian. Meski pekerjaan membatasi waktu, biasanya ibu tidak segan “mengorbankan” aktivitas lainnya demi menghabiskan waktu bersama anak yang melibatkan interaksi langsung dengan anak, ketimbang aktivitas yang hanya sedikit melibatkan anak2.

Untuk itu, Ibu dan Ayah bisa memaksimalkan kualitas. Ganti kuantitas waktu yang terbatas, dengan waktu yang berkualitas. Perkembangan anak akan lebih baik jika dilibatkan dengan aktivitas yang membutuhkan pemikiran kritis, dan percakapan verbal. Misalnya bermain bersama, membuat kerajinan tangan, bernyanyi/bermain musik bersama, atau sekadar mengobrol santai, dan membicarakan kegiatan si Kecil hari itu. Waktu singkat tapi berkualitas, jauh lebih baik Bu daripada waktu yang panjang namun minim interaksi, seperti jika anak terlalu asik menonton TV atau bermain video gim2.

Fokus Saat Menghabiskan Waktu Bersama

Sebisa mungkin, Ibu perlu mengupayakan agar pekerjaan bisa diselesaikan di kantor. Begitu sampai di rumah, jangan lagi memikirkan atau mengurusi pekerjaan, kecuali jika ada sesuatu yang sangat mendesak. Ibu lebih baik fokus untuk membangun waktu berkualitas bersama si Kecil.

Jangan lupa, letakkan dulu gawai, agar Ibu dan ayah benar-benar bisa fokus menghabiskan waktu bersama anak. Ibu dan Ayah bisa kembali asik dengan gawai nanti, setelah si Kecil tidur.

Terpenting, Ibu tidak perlu merasa bersalah karena bekerja. Rasa bersalah bisa membuat Ibu tidak percaya diri dalam pengasuhan anak. Ini bisa memengaruhi perkembangan sosial anak sehingga dapat menimbulkan sikap permisif pada si Kecil, atau mungkin anak lebih manja . Yakinlah, peran Ibu dalam pengasuhan anak tidak berkurang sedikit pun karena bekerja.


Referensi

  1. Kelly D. Davis, dkk. (2015). Parents’ Daily Time with Their Children: A Workplace Intervention. Diambil dari https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4411779/ [Diakses 4 Juni 2021]
  2. Amy Hsin, Christina Felfe. (2016). When Does Time Matter? Maternal Employment, Children's Time with Parents, and Child Development. Diambil dari https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4860719/ [Diakses 5 Juni 2021]
  3. Geoffrey L. Brown, dkk. (2015). Parental Involvement, Child Temperament, and Parents’ Work Hours: Differential Relations for Mothers and Fathers. Diambil dari https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4423553/ [Diakses 5 Juni 2021]
  4. The South African College of Applied Psychology. (2018). What is empathy and can it be taught? Diambil dari https://www.sacap.edu.za/blog/applied-psychology/what-is-empathy/ [Diakses 22 November 2020].
  5. William Ian O’Byrne, dkk. (2018). Digital Storytelling in Early Childood: Student Illustrations Shaping Social Interactions. Diambil dari https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6191536/ [Diakses 4 Juni 2021]
  6. Roxanne D. Hawkins, Joanne M. Williams. (2017). Childhood Attachment to Pets: Associations between Pet Attachment, Attitudes to Animals, Compassion, and Humane Behaviour. Diambil dari https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5451941/ [Diakses 4 Juni 2021]
  7. Heather Ohly, dkk. (2016). A systematic review of the health and well-being impacts of school gardening: synthesis of quantitative and qualitative evidence. Diambil dari https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4807565/ [Diakses 4 Juni 2021]


 
alt

Kenali apa itu

Kalkulator Nutrisi

Cek nutrisi si Kecil yuk! Sudah sesuaikah dengan kebutuhannya?

Artikel Terkait