Cara Disiplinkan Anak Tanpa Marah-Marah Lewat Metode Time Out
Mengatasi anak tantrum rasanya gampang-gampang susah, ya Bu? Namun, ingat, Bu, jangan langsung memarahi si Kecil saat ia tantrum. Anak t...
Ditulis oleh :
Tim Penulis
Mengatasi anak tantrum rasanya gampang-gampang susah, ya Bu? Namun, ingat, Bu, jangan langsung memarahi si Kecil saat ia tantrum. Anak tantrum itu normal, kok. Untuk bisa mengatasi luapan emosi anak dengan lebih bijak, Ibu bisa coba terapkan metode time out.
Yuk, simak apa definisi metode time out dan cara menerapkannya dalam artikel berikut ini!
Apa Itu Time Out?
Melansir dari Center for Disease Control and Prevention (CDC), time out adalah metode “merumahkan” anak di suatu area khusus dalam rumah selama beberapa menit.
Berapa lama? Lama waktu time out umumnya bisa disesuaikan dengan usia anak. Jadi misalkan anak Ibu masih berusia 2 tahun lama time out-nya cukup 2 menit, sementara untuk anak 3 tahun lamanya bertambah jadi 3 menit, dan seterusnya.
Merumahkan di sini maksudnya bukan untuk menghukum dengan cara mengurung atau mengasingkan anak, Bu. Time out artinya mendisiplinkan anak dengan memberikan waktu menyendiri untuk introspeksi.
Jadi, time out sebetulnya tidak harus melulu dilakukan di kamar yang tertutup. Ibu bisa mendudukkan anak sendirian di pojok ruangan atau di sofa ruang tamu.
Selama waktu ini, anak tidak boleh ditemani, tidak boleh bicara dan interaksi dengan siapa pun, dan tidak boleh mendapatkan perhatian dari siapa pun yang ada di rumah, apalagi bermain atau menonton sesuatu yang justru membuatnya senang (tapi masih bisa Ibu awasi diam-diam, kok!).
Dengan begitu, anak bisa belajar menenangkan diri untuk meluapkan emosi negatifnya dengan cara yang lebih sehat, juga belajar untuk memahami bahwa perbuatan yang salah pasti akan memiliki konsekuensi.
Karena anak harus benar-benar sendirian tanpa perhatian, ia akan cepat merasa bosan dan kesepian. Ketika ia merasa bosan, akan terciptalah efek jera sehingga ia tak ingin mengulangi kesalahannya lagi. Sebab, anak-anak tidak suka merasa bosan atau diabaikan.
Baca Juga: Terbukti Dapat Tingkatkan Kedisiplinan, Ini Alasan Olahraga Digemari Anak-Anak
Kapan Metode Time Out Bisa Dilakukan?
Umumnya metode time out dilakukan ketika anak tantrum dan sulit ditenangkan atau melakukan sesuatu yang berbahaya untuk dirinya dan orang lain. Misalnya, anak berlari ke jalanan depan rumah tanpa melihat kanan-kiri, atau memukul temannya karena tidak mau sharing mainan.
Time out juga bisa dilakukan ketika si Kecil melanggar aturan keluarga atau tidak mau mendengarkan dan menuruti apa kata Ibu dan Ayah.
Akan tetapi, metode time out tidak bisa diterapkan untuk tiap anak, Bu. Menurut studi yang dimuat pada The American Journal of Maternal/Child Nursing, metode ini baru cocok diterapkan jika anak sudah berusia 2 tahun ke atas.
Sebab di usia ini, ia sudah lebih bisa memahami konsep sebab-akibat dan sudah lebih mampu mengendalikan diri.
Bagaimana Cara Menerapkan Time Out?
Agar si Kecil tidak mengulangi perilaku buruknya, metode time out harus dilakukan dengan benar, Bu. Maka, penting bagi orang tua untuk mengetahui cara menerapkan time out yang benar agar berhasil.
1. Tegur Dulu Si Kecil Setelah Melakukan Kesalahan
Ketika Ibu melihat anak berperilaku kurang baik, misalnya melempar mainan atau marah-marah ke temannya saat bermain, Ibu bisa beri teguran terlebih dulu untuk mengingatkan si Kecil bahwa perilaku tersebut tidak baik.
Sebagai contoh, Ibu bisa berkata seperti, “Adik, kalau mainannya dilempar-lempar terus nanti rusak, lho” atau “Adik, temannya kan cuma mau pinjam mainan yang itu. Nggak boleh marah-marah, dong.”
Ibu bisa menunggu sebentar untuk memperhatikan reaksi si Kecil setelah ditegur. Jika ia mau menuruti Ibu, pujilah dia. Tapi bila anak sudah ditegur tetap melanjutnya perilaku nakalnya, minta anak untuk pergi ke area time out.
2. Beri Tahu Alasan Ibu Berikan Time Out
Sebelum meminta anak masuk kamar, beri tahu dulu alasannya kenapa Ibu memisahkan ia dari temannya. Jelaskan dengan tegas, tapi tetap lembut dan tenang. Misalnya, “Adik duduk dulu ya sebentar di dalam kamar Ibu. Soalnya, Adik nggak dengerin apa kata Ibu dan tetep gangguin temannya yang lagi main.”
Apabila anak melanggar aturan keluarga atau karena melakukan sesuatu berbahaya, Ibu mungkin perlu mengingatkan lagi kenapa perilaku itu tidak boleh dilakukan.
Ketika menjelaskan alasannya, Ibu sebaiknya menghindari hal-hal di bawah ini:
-
Jangan menggurui atau berdebat dengan si Kecil.
-
Jangan menerima alasan apa pun dari si Kecil.
-
Jangan berbicara pada anak ketika sedang membawanya ke tempat atau kursi time out. Jelaskan alasannya begitu anak akan masuk ke ruangan.
-
Acuhkan teriakan, protes, dan janji-janji dari anak.
Kemudian saat akan mendudukkan anak di ruangan, beri pengertian bahwa ia harus duduk diam dulu selama 2 menit misalnya. Beri tahu si Kecil bahwa ia hanya boleh keluar ketika suara alarm berbunyi dan Ibu membolehkannya.
3. Minta Si Kecil Duduk Tenang
Bila anak menolak, Ibu boleh gandeng tangannya (dengan lembut) atau menggendongnya untuk mengajaknya masuk. Dudukkan si Kecil di kursi sofa atau ujung tempat tidur di kamar Ibu, kemudian beri pengertian kalau ia tidak boleh beranjak bangun sampai Ibu bilang boleh.
Sampaikan juga pada si Kecil bahwa selama duduk di kamar Ibu, ia tidak boleh mengajak bicara siapa pun yang ada di rumah dan tidak boleh juga mengambil mainan.
Beri pengertian juga ke anggota keluarga lain bahwa si Kecil sedang time out jadi tidak boleh diganggu atau diajak ngobrol dulu sementara.
Kadang, anak mungkin akan berontak dan mencoba kabur sebelum waktunya selesai. Si Kecil juga mungkin bertanya-tanya atau bahkan ngambek karena merasa bosan. Misalnya, “Ibu jahat!” atau “Ibu, kenapa sih aku nggak boleh minum dulu?”
Tapi, Ibu harus bawa dia kembali untuk duduk di kursi dan jangan merespon semua ucapannya. Hal ini mungkin akan terjadi berulang kali, Bu, mengingat anak tidak suka merasa bosan dan tidak ingin kesepian. Tapi, Ibu mesti bersabar menghadapi tingkah laku si Kecil yang satu ini.
Meski mungkin hati tidak tega melihatnya, tapi Ibu tetap tidak boleh merespon dan mengajaknya bicara sampai waktunya selesai.
4. Ajari Anak Akui Kesalahan dan Minta Maaf
Setelah waktu time out habis, Ibu bisa temui si Kecil dan bertanya mengenai kesalahan yang anak lakukan. Misalnya, “Adik tahu kenapa tadi Ibu minta duduk di sini sebentar?”
Jika anak mengetahui kesalahannya, bimbing si Kecil untuk meminta maaf dan berjanji supaya tidak akan mengulanginya lagi. Setelah itu, Ibu boleh peluk dan cium si Kecil untuk tunjukkan kembali kasih sayang Ibu.
Berikan pengertian bahwa Ibu melakukan time out supaya ia bisa tumbuh besar menjadi anak yang baik.
5. Puji Si Kecil
Setelah anak mau mengakui dan berjanji tidak akan lagi mengulangi kesalahannya, ekspresikan cinta Ibu dengan memberinya pujian. Misalkan, “Adik anak pinter, Ibu bangga deh sama kamu! Makasih ya udah mau nurutin Ibu.”
Pujian, asalkan diberikan dengan porsi yang pas, akan membuat si Kecil bersemangat untuk terus berperilaku baik.
Tapi bila anak tidak melakukan apa yang Ibu katakan, bahkan setelah pernah “kena” time out, Ibu bisa mengulangi metode ini lagi.
Mungkin dibutuhkan waktu beberapa kali sampai anak mengetahui bahwa Ibu bersungguh-sungguh dengan apa yang Ibu katakan.
Tanda-Tanda Metode Time Out Tidak Berhasil
Melakukan time out sebagai metode mendisiplinkan anak tanpa perlu memarahinya kadang kala belum tentu berhasil, Bu. Nah, berikut adalah tanda-tanda kalau metode time out tidak berhasil.
1. Hanya Sebagai Ancaman
Jika time out hanya dijadikan sebagai ancaman tanpa dibarengi dengan tindakan konkret, kemungkinan cara ini tidak akan jadi efektif untuk mendisiplinkan anak.
Misalnya seperti “Hayo jangan nakal, nanti Ibu masukin kamu ke kamar, lho!”
Karena jika terus diancam tanpa diwujudkan, ia hanya akan menganggapnya sebagai ancaman kosong semata, Bu.
Jadi jika memang anak benar-benar melakukan sesuatu yang pendisiplinan, terapkan time out dan bersikap konsisten, ya, Bu.
2. Berbicara dengan Anak Saat Sedang Time Out
Membiarkan si Kecil dalam suatu ruangan tanpa distraksi adalah poin utama dalam menerapkan metode ini. Oleh karena itu, pastikan Ibu tidak berbicara alias mengabaikan anak selama time out diterapkan.
Time out artinya adalah waktu bagi anak untuk menenangkan diri, memperbaiki emosi, dan merenungkan apa tindakan yang boleh dan tidak boleh dilakukan.
Jadi, jangan memarahi, memukul, atau menyinggung perilaku buruk si Kecil, ya, Bu. Ibu bisa membahas mengenai kesalahan anak setelah time out selesai.
3. Si Kecil Merasa Tidak Aman
Jika si Kecil berteriak ketika sedang time out, bisa jadi ini karena ia merasa tidak aman atau ketakutan akan sesuatu, misal karena sendirian.
Saat menghadapi situasi ini, jelaskan dengan nada suara pelan bahwa ia tidak dihukum dan tidak perlu takut sendirian karena Ibu dan Kakak masih ada di rumah.
Katakan bahwa anak perlu berada di ruangan tersebut selama beberapa waktu agar lebih tenang dan mampu memikirkan kesalahan yang telah dilakukan.
Ibu juga bisa meyakinkan anak kalau Ibu sangat menyayanginya dan akan kembali berbicara setelah time out berakhir.
4. Waktu Time Out Terlalu Lama
Pastikan durasi time out yang diterapkan Ibu tidak terlalu lama, ya. Seperti yang disinggung sebelumnya, aturan waktu time out yang tepat untuk si Kecil adalah sesuai usianya.
Sebab, yang penting dalam metode ini bukan durasinya, Bu, melainkan kualitas dari penerapannya.
Apabila waktunya terlalu lama, si Kecil justru akan menganggap ini sebagai hukuman dan semakin marah kepada Ibu.
5. Ibu Memarahi Anak dan Berteriak
Amarah dan emosi orang tua yang muncul saat time out bisa saja menular kepada si Kecil. Bahkan, ia bisa menganggap bahwa metode ini merupakan tanda bahwa Ibu tidak sayang dengannya. Alhasil, anak bisa ikut marah, menangis histeris, hingga membenci ibunya.
Jadi, usahakan Ibu mampu mengontrol emosi dan meminta si Kecil melakukan time out dengan sikap yang tenang.
Nantinya, ia akan menyadari konsekuensi yang harus dihadapi atas perilaku buruknya, bukan karena hukuman karena melihat ibunya marah.
6. Terlalu Sering Mempraktikkan Time Out
Melakukan time out terlalu sering justru membuat penerapan metode ini tidak berhasil, Bu. Apabila anak Anda membutuhkan time out setiap hari, sebaiknya Ibu mencari akar dari perilaku buruknya yang terus berulang. Bila perlu, konsultasikan kepada ahli untuk mengatasinya.
7. Tidak Membahas Apa yang Dilakukan Anak
Berkomunikasi dengan anak setelah time out sangat penting dilakukan, lho, Bu. Ibu bisa mengajak si Kecil bicara mengenai apa yang sedang terjadi, apa kesalahannya, kenapa harus melakukan time out, dan apa yang bisa anak lakukan selanjutnya.
Jelaskan pula kepadanya bahwa apa yang Ibu lakukan kelak akan membuat ia menjadi pribadi yang lebih baik di masa depan. Beri tahu pula kalau Ibu juga sangat sayang kepadanya.
8. Ibu Menyerah
Ketika si Kecil baru melakukan 1-2 kali time out, wajar bila ia merasa marah, bahkan belum bisa mengubah atau mengatasi perilaku buruknya.
Tapi, Ibu jangan cepat menyerah. Hal ini wajar karena si Kecil membutuhkan waktu untuk beradaptasi dengan metode pendisiplinan ini.
Tetap lakukan metode ini selama beberapa hari untuk melihat efektivitas time out.
Itu dia cara menerapkan metode time out dengan tepat, Bu. Untuk mendapatkan lebih banyak tips parenting membesarkan anak yang berhati baik (happy heart), yuk download flash card eksklusif di sini dan jangan lupa juga daftarkan diri Ibu di Bebeclub.
Semangat terus, ya Bu!