Cara Pencegahan Kolik pada Bayi dan Gejalanya

Tidak hanya memberikan ASI eksklusif, ada banyak cara pencegahan kolik pada bayi, Bu. Penasaran? Yuk, pelajari beberapa caranya berikut ini!

Ditulis oleh : Tim Penulis

Ditinjau oleh : dr. Mikhael Yosia, DTM&H, BMedSci, PGCert, MKK

4 min
30 Dec 2024
Profile dr. Mikhael Yosia, DTM&H, BMedSci, PGCert, MKK
pencegahan kolik pada bayi-BEBECLUB


Pencegahan kolik pada bayi mirip dengan cara penanganannya, Bu. Agar ia tidak rewel, Ibu perlu mempraktikkan beberapa cara di bawah ini dan kenali juga gejalanya. 

Cara Pencegahan Kolik pada Bayi

Kolik pada bayi tidak berbahaya dan umumnya hilang saat bayi berusia 4 bulan. Meskipun begitu, tangisan lama bayi bisa membuat Ibu frustasi. 

Berikut beberapa langkah yang dapat Ibu coba untuk mencegah kolik pada bayi:

1. Memberikan ASI Eksklusif

Pemberian ASI eksklusif sangat penting untuk tumbuh kembang bayi, terutama hingga usia 6 bulan sebagai sumber makanan utama. ASI tidak hanya memberikan nutrisi dan memperkuat sistem kekebalan tubuhnya. 

Selain itu, ASI eksklusif dapat mencegah kolik pada bayi, karena melalui menyusui, si Kecil mendapat hindmilk yang lebih kaya lemak.

Hindmilk, yang keluar di akhir sesi menyusui, memiliki lebih banyak lemak dibandingkan foremilk yang keluar di awal menyusui, yang kaya akan laktosa. 

2. Menyendawakan Bayi

Penyebab kolik pada bayi memang tidak diketahui secara pasti, Bu. Akan tetapi, beberapa ahli menyebutkan bahwa perut penuh gas bisa jadi pemicunya. 

Biasanya, perut bayi akan penuh gas setelah menyusu. Hal ini terjadi karena bayi mungkin menelan banyak udara saat membuka mulutnya, Bu. Jadi, ibu bisa menyendawakan bayi untuk pencegahan kolik pada bayi.

Saat si Kecil digendong, Ibu bisa menepuk pundaknya pelan. Bisa juga dengan membaringkan bayi dengan posisi tengkurap di paha, lalu tepuk punggungnya perlahan. 

3. Hindari Menyusui Berlebihan

Peningkatan gas di perut si Kecil juga bisa terjadi karena menyusu berlebihan, Bu! Sistem pencernaan si Kecil juga terbebani karena masuknya ASI berlebihan.

Akibatnya, kondisi ini menimbulkan ketidaknyamanan dan membuat bayi muntah serta rewel. Jadi, cobalah untuk menunggu setidaknya 2 hingga 2 1/2 jam setiap pemberian ASI. 

Pastikan juga ya, Bu, si Kecil tidak kelaparan. Perhatikan waktu pemberian ASI, terutama saat sedang bepergian. 

Baca Juga: 8 Penyebab Bayi Muntah Setelah Minum ASI dan Solusinya

4. Mengenali Risiko Alergi Bayi

Bayi menangis terus-menerus juga bisa disebabkan alergi makanan, Bu. Untuk mencegah kolik, Ibu perlu memahami risiko alergi. Berikut beberapa hal yang bisa meningkatkan bayi memiliki alergi:

  • Orangtua atau anggota keluarga memiliki alergi.
  • Memiliki penyakit asma atau eksim.
  • Diberi susu sapi, karena kandungan whey protein dan kasein kerap kali memicu reaksi alergi pada bayi, menurut studi pada jurnal Nutrients. 

5. Mengenali Risiko Intoleransi Bayi

Kolik pada bayi bisa juga terjadi karena intoleransi makanan, salah satunya intoleransi laktosa. 

Perlu dipahami, Bu, bahwa alergi makanan dan intoleransi makanan adalah dua kondisi berbeda, meski keduanya melibatkan reaksi tubuh terhadap makanan. 

Perbedaannya terletak pada mekanisme reaksi tubuh, pemicunya, dan gejala yang ditimbulkan. 

Risiko intoleransi biasanya meningkat pada bayi yang lahir prematur atau memiliki masalah kesehatan pada ususnya, seperti penyakit celiac, dan penyakit Crohn.

6. Menjaga Diet Ibu

Pada beberapa bayi, makanan yang dikonsumsi bisa memengaruhi ASI dan berdampak pada tubuhnya. Misalnya, jika Ibu terlalu banyak minum kopi, si Kecil bisa sulit untuk tidur dan rewel. 

Oleh karena itu, pencegahan kolik pada bayi juga perlu Ibu terapkan dalam diet. Kurangi konsumsi makanan pedas, kafein, atau yang mengandung alkohol.

7. Memberikan Empeng

Sejak lama, penggunaan empeng dipercaya dapat menenangkan bayi dan mencegahnya dari kolik. 

Pasalnya, mengisap adalah refleks alami bayi yang menenangkan. Efek menenangkan saat mengempeng seperti saat bayi menyusu pada Ibunya.

Refleks ini merangsang pelepasan endorfin, yang memberikan rasa tenang dan mengurangi stres pada bayi. Itulah sebabnya empeng dapat membantu mencegah kolik pada bayi.

Baca juga: 13 Penyebab Bayi Menangis Terus dan Cara Menenangkannya

8. Memberikan Tummy Time

Tummy time menguatkan otot leher dan bahu si Kecil sehingga ini dapat membantunya berguling, tengkurap, dan merangkak. 

Ternyata, tummy time juga bisa jadi cara pencegahan kolik pada bayi, Bu. Posisi tengkurap membantu menenangkan bayi dan mengurangi gas dalam perutnya.

Selain itu, mengusap punggungnya saat tummy time juga dapat membuat si Kecil lebih nyaman dan tenang. 

9. Membedong Tubuh Bayi

Selama berada di dalam kandungan, si Kecil akan merasakan kehangatan, Bu. Membedong bayi bisa memberikan kenyamanan serupa. 

Efek menenangkan dari membedong bayi inilah yang bisa membantu Ibu mencegah kolik. Terlebih, membedong bayi bisa membuatnya tidur lebih nyenyak karena mencegahnya terbangun kaget karena refleks alami.

10. Mengayunkan Tubuh Bayi

Langkah pencegahan kolik pada bayi selanjutnya adalah mengayunkan tubuh bayi. 

Menggendong sambil mengayunkan bayi lebih lama di pagi hari dapat mengurangi kolik di malam hari. Menaruhnya di ayunan sambil menyanyikan lagu untuk bayi juga bisa membantu, Bu. 

Baca juga: Penyebab dan Cara Menenangkan Bayi Rewel di Malam Hari

Gejala Kolik pada Bayi

Bayi biasanya mengalami kolik di malam hari. Jika Ibu perhatikan, ia akan menunjukkan tanda-tanda berikut:

  • Menangis tanpa penyebab yang jelas.
  • Tangisannya bisa melengking tinggi, seperti kesakitan.
  • Rewel berlangsung beberapa jam.
  • Saat menangis, tangannya terkepal, kaku, dan wajahnya kemerahan.
  • Perutnya terasa kencang bila disentuh.
  • Sering bersendawa atau buang angin.

Menerapkan pencegahan kolik pada bayi, juga bisa meredakan gejalanya. Ibu bisa mencoba cara manapun yang paling ampuh dalam menenangkan si Kecil. 

Bila Ibu masih punya pertanyaan seputar kesehatan bayi, jangan ragu untuk menggunakan layanan 24 jam BebeCare, Bu! Tanyakan keluh kesah dan dapatkan jawabannya dari para ahli!

Pilih Artikel Sesuai Kebutuhan Ibu


  1. Editor. (2021, December 9). Colic in babies. American Pregnancy Association. https://americanpregnancy.org/healthy-pregnancy/first-year-of-life/colic/ 
  2. Pensabene, L., Salvatore, S., D'Auria, E., Parisi, F., Concolino, D., Borrelli, O., Thapar, N., Staiano, A., Vandenplas, Y., & Saps, M. (2018). Cow's Milk Protein Allergy in Infancy: A Risk Factor for Functional Gastrointestinal Disorders in Children?. Nutrients, 10(11), 1716. https://doi.org/10.3390/nu10111716
  3. Kolik Pada Bayi (bagian 2). IDAI. (n.d.). https://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/kolik-pada-bayi-bagian-2 
  4. Kaur, R., Bharti, B., & Saini, S. K. (2015). A randomized controlled trial of burping for the prevention of colic and regurgitation in healthy infants. Child: care, health and development, 41(1), 52–56. https://doi.org/10.1111/cch.12166 
  5. Megan N. Freeland, P., & Borieux, Dr. M. (2024, December 10). Easing colic symptoms: When to introduce a pacifier. Text Pediatricians in 15 Minutes. https://www.summerhealth.com/blog/pacifier-and-colic 
  6. Colic relief tips for parents. HealthyChildren.org. (2015, June 24). https://www.healthychildren.org/English/ages-stages/baby/crying-colic/Pages/Colic.aspx 
  7. Swaddling your baby: Benefits and how to do it safely. BabyCenter. (n.d.). https://www.babycenter.com/baby/crying-colic/the-benefits-of-swaddling-your-baby_10347122


Temukan Topik Lainnya

Artikel Terkait