Anak 3 Tahun Harus Sudah Bisa Apa Secara Sosio-Emosional?

Pernahkah Ibu bertanya-tanya, anak 3 tahun harus sudah bisa apa dari sisi perkembangan sosial dan emosionalnya? Namun sebelum mengetahu...

Ditulis oleh : Tim Penulis

4 min
26 Oct 2022
Anak perempuan usia 3 tahun sedang bermain


Pernahkah Ibu bertanya-tanya, anak 3 tahun harus sudah bisa apa dari sisi perkembangan sosial dan emosionalnya?

Namun sebelum mengetahui jawabannya, penting juga, nih, bagi Ibu memahami lebih dulu apa yang dimaksud dengan keterampilan sosial dan emosional.

Keterampilan ini berbeda dari kemampuan kognitif seperti membaca atau berhitung, Bu, karena sosial-emosional lebih berhubungan dengan bagaimana cara anak memahami dan mengelola emosi mereka, memahami kebutuhan diri mereka sendiri, menjalin hubungan dengan orang lain, dan bagaimana cara mereka berhadapan dengan konflik, daripada menunjukkan kemampuan logika untuk memproses informasi.

Jadi, akan seperti apa perkembangan yang ditunjukkan anak 3 tahun secara sosio-emosional? Yuk, simak penjelasannya di bawah ini, Bu!

Anak 3 Tahun Sudah Bisa Apa dari Sisi Sosial Emosional?

Menurut Scan of North Virginia, keterampilan sosial dan emosional mengacu pada kemampuan anak mengatur pikiran, emosi, dan perilakunya dalam kehidupan sehari-hari sebagai proses belajar untuk berinteraksi dan bergaul dengan orang lain. 

Lebih dari itu, kemampuan sosial-emosional juga menjadi pondasi penting yang akan membentuk perilaku anak hingga ia dewasa kelak. Memiliki keterampilan sosio-emosional akan membantu anak untuk bisa mengekspresikan diri sendiri, menghadapi konflik secara sehat, membentuk disiplin diri, membangun kontrol impuls dan mengendalikan emosi, merasakan empati, serta banyak lagi. 

Keterampilan ini akan ia perlukan kelak untuk menghadapi berbagai tekanan dalam hidup, menanamkan rasa empati, serta membangun dan mempertahankan relasi yang baik dengan orang lain, seperti ketika ia masuk dunia sekolah nanti, Bu.

Itu sebabnya, Ibu perlu tahu cara mengembangkan keterampilan sosial emosional anak sejak usia dini.

Nah, semakin bertambahnya usia, kemampuan sosial dan emosional anak semakin bertambah. Tentu saja setiap anak akan memiliki tahapan yang berbeda. Berikut penjelasannya.

1. Anak Sudah Bisa Menunjukkan Emosinya

Menginjak usia 3 tahun, anak Ibu sudah pandai menunjukkan emosinya sendiri. Mereka akan tertawa saat menemukan sesuatu yang lucu, atau senang bila mendapati sesuatu yang membahagiakan. 

Anak Ibu mungkin menggunakan ekspresi sederhana seperti "Aku marah!", "Aku sedih!" atau "Aku senang!" untuk memberi tahu Ibu apa yang mereka rasakan. Hal ini bukan tanpa sebab, Bu. Karena pada usia prasekolah, kontrol anak belum berkembang dengan baik. 

Jadi, ketika ia menginginkan sesuatu, sebisa mungkin ia harus mendapatkannya saat itu juga. Misalnya, si Kecil mungkin tidak segan merampas mainan temannya saat bermain, atau anak akan marah apabila camilan yang Ibu janjikan akan diberikan setelah makan malam tak kunjung ia dapatkan. 

Tidak hanya itu, anak juga sudah bisa menunjukkan malu atau merasa bersalah. Jika si Kecil melakukan kesalahan, Ibu bisa mengajarkannya untuk meminta maaf. 

2. Anak Sudah Bisa Mandiri

Anak 3 tahun harus sudah bisa apa lagi, ya? Anak 3 tahun sudah bisa dilatih kemandiriannya. Hal ini terlihat dari beberapa kegiatan dan aktivitas yang anak lakukan sendiri tanpa dibantu oleh orang lain, misalnya sudah bisa ke toilet sendiri untuk BAB (potty training). 

Contoh lainnya dalam aspek kemandirian di umur 3 tahun adalah anak yang sudah mampu memakai dan melepas pakaian sendiri,mencuci tangan dan mengelapnya sendiri, sampai menggunakan alat makan tanpa bantuan orang lain. Hebat ya, Bu? 

Jika si Kecil masih bergantung pada Ibu atau Ayahnya dalam beberapa hal, orang tua bisa terus melatih kemandiriannya. Sebab, kemampuan ini sangat penting sebagai bekalnya untuk duduk di bangku sekolah nanti.

3. Anak Sudah Berani Bermain dengan Temannya

Di usia 3 tahun ini, si Kecil sudah mulai bisa bergaul lebih mudah dengan teman-temannya.

Walaupun ada anak sebayanya yang belum dikenal, ia akan memperhatikan anak-anak lain saat bermain dan menunjukkan keinginan untuk bergabung. Ini merupakan perkembangan sosial yang penting bagi anak saat memasuki usia prasekolah.

Pada momen ini, Ibu bisa lebih banyak memberikan anak waktu bermain dengan teman-teman sebayanya. Kemudian, ajarkan ia tentang pentingnya konsep berbagi mainan dan cara menggunakannya secara bergiliran, sehingga ia mulai bisa saling pinjam meminjam mainan dengan teman yang lain.

Selain itu, anak juga sudah mengerti apa itu bergiliran dan kenapa ia harus mengantre pada situasi-situasi tertentu.

4. Anak Sudah Bisa Menunjukkan Empati

Ketika si Kecil sudah berani bermain dengan teman sebayanya, anak Ibu di usia 3 tahun akan mulai belajar rasa empati. 

Misalnya, ketika melihat teman sepermainannya menangis atau sedih, anak Ibu mungkin bisa merasakan yang dirasakan temannya. Ia bahkan berusaha menghibur temannya tersebut agar tidak bersedih lagi.

Tak jarang si Kecil mungkin akan menunjukkan rasa sayangnya dengan memeluk atau mencium temannya yang sedang sedih.

5. Anak Sudah Mampu Berimajinasi

Anak-anak prasekolah usia 3-5 tahun sudah mampu menggunakan imajinasinya dengan jelas. Pada usia ini, anak akan mulai menghabiskan banyak waktu bermain di dunia fantasi ciptaan mereka sendiri. 

Sebagai contoh, bermain boneka serta memberikan mereka nama dan kepribadian masing-masing. Contoh lainnya, anak Ibu mungkin bermain rumah-rumahan, atau bermain peran yang terdiri dari ayah, ibu, dan anggota keluarga lainnya. 

Ibu juga bisa mengajak anak untuk bermain sandiwara atau bermain peran, misalnya pura-pura anak menjadi koki dan Ibu menjadi pengunjung.

Kadang-kadang mereka bermain dengan teman imajinasinya, Bu. Ibu dan Ayah mungkin khawatir bahwa teman imajinasi ini menandakan bahwa si Kecil merasa kesepian atau tidak punya teman, padahal ini justru sebaliknya.

Fase ini bisa membantu anak untuk belajar bagaimana berinteraksi dengan orang lain di kehidupan sehari-hari.

6. Suka Tantrum

Anak tantrum juga mungkin terjadi di perkembangan anak usia 3 tahun, Bu. Tantrum cenderung memuncak pada usia 3 tahun saat anak Ibu mulai belajar menghadapi situasi yang membuatnya stres. 

Jadi, meskipun si Kecil sedang senang-senangnya untuk bersikap mandiri, mereka bisa menunjukkan rasa frustrasinya ketika diberi kesempatan untuk mencoba sesuatu sendiri.

Anak juga bisa saja ngambek dan menggerutu, atau bahkan berteriak dan meninggikan suara bila keinginannya tidak dituruti atau menolak sesuatu yang Ibu perintahkan.

Tantrum juga mungkin muncul ketika si Kecil merasa “dinakali” oleh saudara atau temannya. Sebab, di usia ini anak juga sudah mulai mengenal konsep kepunyaan. Jadi, mungkin ia akan sedikit kesulitan untuk meminjamkan mainan dengan teman atau saudaranya.

Namun, ibu tidak perlu frustrasi karena tantrum adalah bagian yang normal dari perkembangan emosional si Kecil. Lewat tantrum, anak akan pelan-pelan belajar mengenali emosinya dan mengekspresikannya dengan cara yang lebih tepat.

Jadi ketika anak tantrum, cobalah tawarkan aktivitas atau mainan lain untuk pelan-pelan mulai mengalihkan pikirannya. Lalu, coba ajak si Kecil ngobrol untuk biarkan mereka melepas segala emosi yang mereka rasakan.

Mengalami tantrum bisa sangat melelahkan, lho, Bu. Maka, biarkan dulu si Kecil tenang sendiri sebelum Ibu mengajaknya berbicara. Sambil mengajaknya ngobrol, coba tawarkan mereka air atau makanan ringan yang sehat.

Baca Juga: Perkembangan Anak Usia 3 Tahun Sudah Bisa Apa Saja?

Stimulasi untuk Mengoptimalkan Perkembangan Anak Usia 3 Tahun

Setiap anak tumbuh dalam kecepatan yang berbeda-beda, Bu, dan ini termasuk normal. Namun, Ibu bisa memberikan si Kecil stimulasi-stimulasi yang dapat mengoptimalkan perkembangan anak usia 3 tahun dari sisi sosial dan emosionalnya.

1. Ciptakan Rutinitas Sederhana untuk Anak

Kedisiplinan dan kemandirian anak bisa dilatih dengan membantunya memiliki rutinitas bahkan sebelum ia mulai masuk sekolah, Bu. 

Selain melatih kedisiplinan, memiliki rutinitas juga bisa membantu anak untuk membangun rasa percaya diri dengan mengenal sekeliling mereka secara lebih baik.

Jadi, Ibu juga bisa membantu si Kecil meminimalisir rasa cemas dan stres sehingga nantinya mereka bisa lebih siap untuk menghadapi perubahan dalam hidup, seperti ketika akan masuk sekolah pertama.

Ketika anak sudah memiliki rutinitas, misalnya bangun tidur setiap jam 7 kemudian mandi dan sarapan untuk siap-siap beraktivitas di jam 8 pagi, ia tidak akan kaget dengan masuknya kegiatan baru dalam kesehariannya, misalkan berangkat ke sekolah. Sebab, anak sudah mengenal dan terbiasa dengan perubahan itu sebelumnya. 

Mulailah dengan rutinitas yang mudah-mudah dulu, Bu. Misalnya, membereskan mainannya jika sudah selesai, membuang sampah pada tempatnya, sampai mengajarkan anak untuk makan dan tidur sesuai jadwal. 

Dengan begitu, anak bisa mudah belajar tanggung jawab dan kepuasan dalam mengerjakan sesuatu dengan baik. Mengajarkan kedisiplinan sejak dini dapat membuat si Kecil berperilaku dengan baik sesuai dengan ajaran yang sudah diajarkan orang tuanya. Jangan lupa beri ia pujian setiap kali berhasil melakukan sesuatu ya, Bu.

2. Ajarkan Anak Konsep Berbagi

Walaupun anak sudah mulai paham konsep berbagi dan bermain bergiliran, terkadang ada saja masanya ia mungkin bersikap agresif atau mau menang sendiri ke teman sepermainannya, dengan cara merebut mainan atau tidak meminjamkan mainan kepada temannya. 

Jika hal tersebut terjadi, coba tanyakan kepada si Kecil mengapa ia melakukan itu. Lalu, ajarkan ia untuk berbagi mainan sambil meyakinkannya bahwa ia akan mendapatkan mainan itu kembali setelah dimainkan oleh temannya. 

Selain itu, Ibu juga bisa mengajak si Kecil bermain bersama untuk mengajarkannya konsep berbagi dan bermain bergiliran. 

Misalnya, Ibu bisa bilang “Nah, sekarang giliran adik yang melempar bola” atau “Sekarang giliran Ibu ya, yang melempar bola”. Jika anak memahami konsep berbagi dan bermain bergiliran, jangan lupa berikan pujian, ya.

Ibu bisa pula mengajarkan si Kecil untuk berbagi dengan temannya dengan cara sederhana, seperti ketika Ibu memberikan si Kecil biskuit, bawakan dengan porsi lebih dan bimbing si Kecil untuk membagi biskuitnya kepada teman-temannya.

3. Beri Pengertian Bila Anak Berperilaku Negatif

Ketika anak Ibu mulai bersikap agresif atau berperilaku negatif, tapi tetap berulang walaupun sudah diingatkan, coba beri ia konsekuensi.

Misalnya, jika ia bermain bola di dalam rumah hingga perabotan berantakan, maka beritahukan mengapa tindakan itu salah dan ajaklah untuk bermain di taman. 

Ibu bisa mengatakan, “Nak, main bolanya di teras aja, yuk? Kalau di teras kan luas jadi bolanya nggak mantul ke meja makan dan kena gelas. Kalau pecah nanti Adik atau Ibu bisa luka.”

Tidak perlu mengatakannya dengan nada bicara tinggi, Bu, karena amarah dan omelan justru bisa membuat si Kecil merasa sedih dan takut. Itu akan terlihat dari responnya saat ia menuruti perintah Ibu. 

Apabila si Kecil tidak menuruti perintah Ibu dan masih berperilaku negatif, minta ia untuk time out dan menenangkan diri. Waktu time out untuk anak usia 3 tahun adalah sekitar 3 menit, dan 4 menit untuk usia 4 tahun. Yang pasti, time out tidak selesai sebelum ia tenang, Bu. Setelah selesai, pujilah ia karena berhasil menenangkan diri dan memahami maksud Ibu.

Baca Juga: 8 Cara Mengendalikan Emosi pada Anak

4. Ajarkan Anak Sopan Santun

Mengajarkan sopan santun kepada si Kecil dengan memberikan contoh yang baik untuknya juga menjadi cara stimulasi untuk mengoptimalkan perkembangan anak usia 3 tahun. 

Sering-seringlah mengucapkan "terima kasih" dan "maaf" setiap kali diperlukan. Tunjukkan pula cara makan yang baik dan sopan saat Ibu makan di luar bersamanya.

5. Berikan Susu Pertumbuhan yang Terfortifikasi DHA

Pemenuhan nutrisi dalam tiga tahun pertama kehidupan anak menjadi fondasi untuk mengembangkan keterampilan sosio-emosional sepanjang masa kanak-kanak hingga ia dewasa nanti.

Menurut penelitian dari jurnal Nutrition Reviews, kekurangan gizi pada anak usia dini cenderung berisiko memengaruhi proses berpikir, perilaku, dan produktivitas anak sepanjang usia sekolah nanti.

Menariknya lagi, asupan nutrisi tidak hanya diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan anak secara keseluruhan. Namun, juga kesiapannya bersekolah nanti, Bu. Karena para ahli menyatakan, periode emas pertumbuhan otak anak akan terus berlangsung hingga si Kecil berusia lima tahun.

Oleh karena itu, Ibu perlu memenuhi asupan nutrisi anak tidak hanya melalui deretan makanan bergizi, seperti sayur, buah-buah, daging merah, serta sumber protein dan lemak sehat. Melainkan juga dari asupan susu pertumbuhan terfortifikasi seperti susu Bebelac 4 GroGreat+. 

Bebelac 4 GroGreat+ kini sudah dilengkapi kandungan Triple A dengan DHA yang lebih tinggi  untuk mendukung perkembangan kognitif otak dan keterampilan sosio-emosional anak memasuki masa prasekolah. 

Nah, tahukah Ibu? Ternyata DHA dapat membantu memperbaiki suasana hati si Kecil dan membuat mood-nya tetap baik. Menariknya, DHA juga ikut berperan mendukung perkembangan keterampilan sosial emosional anak, lho!

Susu Bebelac 4 juga diperkaya dengan dengan FOS:GOS 1:9, Bu, yang teruji klinis untuk untuk mendukung kesehatan pencernaannya (happy tummy) serta dukungan dari serta 12 vitamin dan 4 mineral seperti vitamin C, kalsium, zat besi, dan iodium yang bantu menjaga daya tahan tubuh anak.

Dengan asupan nutrisi yang baik dan stimulasi yang tepat (happy brain), anak akan tumbuh menjadi pribadi yang ceria (happy heart) dan bersemangat untuk bersosialisasi dan mengeksplorasi hal-hal baru di sekolah nanti!

Jangan lupa juga daftarkan diri Ibu di Bebeclub untuk dapatkan lebih banyak lagi tips dan informasi terbaru untuk menemani masa prasekolah si Kecil, ya!


Referensi:

  1. Web MD. https://www.webmd.com/parenting/preschooler-emotional-development#1. Diakses pada 3 Oktober 2022. 
  2. Scan of Northern Virginia. https://scanfamilies.org/resource/social-development-in-children/. Diakses pada 3 Oktober 2022. 
  3. Children’s Therapy & Family Resource Center. https://www.kamloopschildrenstherapy.org/social-emotional-toddler-milestones.htm. Diakses pada 3 Oktober 2022. 
  4. Very Well Family. https://www.verywellfamily.com/3-year-old-developmental-milestones-2764712#toc-3-year-old-emotional-and-social-milestones. Diakses pada 3 Oktober 2022. 
  5. Parents. https://www.parents.com/toddlers-preschoolers/development/social/social-development-milestones-ages-1-to-4/. Diakses pada 3 Oktober 2022. 
  6. Raising Children. https://raisingchildren.net.au/preschoolers/development/development-tracker/3-4-years. Diakses pada 3 Oktober 2022. 
  7. Web MD. https://www.webmd.com/parenting/guide/child-at-3-milestones#091e9c5e81660c72-1-5. Diakses pada 3 Oktober 2022.


 
alt

Kenali apa itu

Kalkulator Nutrisi

Cek nutrisi si Kecil yuk! Sudah sesuaikah dengan kebutuhannya?

Artikel Terkait