Mengenal Perkembangan Emosi Anak Usia 15 Bulan

Aduh, tiap si Kecil diajak bertamu, kalau tidak terus-terusan gelendotan, minta gendong, ya menangis. Wajarkah perkembangan emosi anak s...

Ditulis oleh : Tim Penulis

Ditinjau oleh : Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK, FRSPH

4 min
21 Aug 2024
Profile Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK, FRSPH


Aduh, tiap si Kecil diajak bertamu, kalau tidak terus-terusan gelendotan, minta gendong, ya menangis. Wajarkah perkembangan emosi anak saya? Padahal udah satu tahun lebih?

Wajar kok, Bu. Di usia ini, biasanya timbul rasa takut berpisah dari orang tua maupun pengasuhnya. Tenang, sifat ini akan hilang sendirinya jika ia sudah nyaman dengan lingkungan barunya. Biasanya rasa ini terus berkembang sesuai tahap usianya dengan berbagai macam bentuk ketakutan.

Kenapa bisa? Apalagi sikap khas lainnya di usia ini? Yuk cari tahu perkembangan emosi anak usia 15 tahun berikut ini!

Kecemasan/ketakutan pada orang asing

Umumnya muncul sejak usia 6 bulan dan puncaknya terjadi pada 18-24 bulan. Bagi si Kecil, menatap wajah orang asing baginya menakutkan dan menganggu rasa amannya. Ia hanya akan bersikap ”bersahabat” pada orang yang dikenalnya dan menarik diri pada orang asing. Waspada ya Bu jika sikap ini berlarut-larut. Kenapa?

Selain susah beradaptasi dengan orang yang baru dikenalnya, Si Kecil juga akan susah beradaptasi di lingkungan baru. Parahnya bisa berkembang jadi fobia sosial. Tak hanya itu, si Kecil pun akan ketergantungan pada orang tua/pengasuh dan menarik diri dari lingkungan. Lalu bagaimana solusinya?

  • Sejak dini, kenalkan si Kecil pada lingkungan yang lebih luas. Beri pengertian dan tunjukkan jika orang di sekitarnya tidak akan menyakitinya.
  • Beri si Kecil waktu beradaptasi dengan orang serta lingkungan barunya.
  • Saat mengajak si Kecil bermain, coba awasi dari kejauhan.
  • Minta si Kecil memberi salam pada orang yang ia temui agar ia tahu bahwa orang lain pun ramah padanya.
  • Biarkan si Kecil jauh dari Ibu untuk beberapa saat, agar ia belajar bahwa ia akan baik-baik saja walau tanpa orang tuanya.

Mencari perhatian

Tak jarang kebutuhan si Kecil mendapat perhatian Ibu berubah jadi ledakan, amukan, tantrum atau sikap negatif lainnya. Menangis, menggigit, memukul, menendang, menjerit atau menarik-narik tangan Ibu akan sering Ibu temukan.

Bahkan sikap yang membuat Ibu cemas seperti memukul, membenturkan kepala hingga melempar barang pun kerap si Kecil lakukan. Anak kecil memang akan sering terlihat ”mengamuk” jika dia merasa terganggu, atau ada sesuatu yang mengganjal di dalam hatinya tapi tak tersalurkan atau kurang mendapat perhatian.

Ini karena kemampuan mengontrol diri & emosinya di berbagai situasi atau perasaan masih terbatas, jadi ia mengekspresikan ”ulah”nya untuk menarik perhatian. Lalu apa yang bisa Ibu lakukan ketika sikap ini muncul?

  • Abaikan perilaku si Kecil ketika mencari perhatian. Lebih baik alihkan perhatiannya pada sesuatu yang bisa menarik si Kecil.
  • Beri pengertian jika Ibu akan memberi apa yang ia mau ketika ia berhenti merengek, menjerit atau menangis.
  • Jangan sampai emosi Ibu terpancing ya jika si Kecil mulai berulah. Minta si Kecil menunggu beberapa waktu sebelum Ibu bisa mengabulkan permintaannya.
  • Hindari marah, mengomel atau berteriak untuk menandingi ulah si Kecil ya, Bu. Karena biasanya sikapnya ini akan berkurang dengan sendirinya jika ia sudah merasa tidak dipedulikan.

Jangan lupa juga, hargai sikap positifnya dengan pujian, motivasi atau pelukan ya, Bu untuk meningkatkan rasa percaya diri si Kecil kalau ia adalah anak dengan perilaku baik.

Pilih Artikel Sesuai Kebutuhan Ibu


Temukan Topik Lainnya



Artikel Terkait