Memahami Perkembangan Emosi Anak Usia 23 Bulan

Kay tampak belepotan makanan. Piring, sendok dan garpu sudah berada di lantai dan berserakan. Tapi mulutnya terus mengunyah dan mengambi...

Ditulis oleh : Tim Penulis

Ditinjau oleh : Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK, FRSPH

4 min
25 Jul 2024
Profile Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK, FRSPH


Kay tampak belepotan makanan. Piring, sendok dan garpu sudah berada di lantai dan berserakan. Tapi mulutnya terus mengunyah dan mengambil makanan di meja. Mungkin pemandangan ini akan Ibu temukan di rumah. Wah sikap kemandiriannya sudah semakin tampak ya Bu. Jadi, seperti apakah perkembangan emosi anak pada usia 23 bulan, simak terus artikelnya ya!

Sebenarnya, anak memiliki dorongan belajar secara mandiri sejak usia dini. Hal ini merupakan insting alamiah yang dialami oleh tiap anak. Contohnya saja ia bisa meningkatkan kemampuan dirinya dari semula tak bisa apa-apa, bisa tengkurang, merangkak, berdiri hingga berjalan. 

Lalu akan muncul fase di mana si Kecil ingin melakukan segala hal sendiri. Mulai dari memegang gelas sendiri, mengambil minum, memakai sepatu, memamai baju, naik turun tangga, hingga ikut bersih-bersih rumah. 

Fase ini merupakan awal bibit mandiri si Kecil yang mulai siap dikembangkan Bu. Caranya? Selain belajar sendiri, si Kecil juga perlu distimulasi untuk merangsang dorongan belajarnya. Apa saja yang bisa Ibu lakukan untuk menstimulasinya?

  1. Beri contoh. Karakteristik anak dalam belajar adalah mengimitasi. Akan lebih efektif jika Ibu mengajarkan sikap kemandirian lewat contoh daripada menyuruhnya. 
  2. Hindari memberi ancaman ya, Bu. Hal ini justru bisa membuat si Kecil jadi tertekan atau stress.
  3. Beri apresiasi. Misal dengan pujian saat ia menunjukkan sikap mandiri tanpa Ibu minta agar ia tahu bahwa apa yang ia lakukan ternyata berpengaruh untuk lingkungannya. 
  4. Jangan mematikan bibit kemandirian anak. Misal memberinya larangan. Karena Ibu takut si Kecil jadi kotor Ibu melarang ia ikut bersih-bersih
  5. Menghargai proses. Memang, segalanya jadi berlangsung lebih lama jika kita menunggu si Kecil yang melakukannya. Tapi nggak mau juga kan si Kecil jadi manja? 
  6. Beri banyak kesempatan. Hindari memberi larangan dan batasan pada si Kecil secara berlebihan. Selama prosesnya aman dan tidak mengancam keselamatannya, biarkan ia melakukan banyak hal sendiri.  

Ingat ya Bu, menjadi orang tua bukan berarti menjadi pelayan bagi anak. Tapi, Ibu juga harus membantu si Kecil untuk belajar agar ia sanggup melayani dirinya sendiri. Jadi, terus dukung proses perkembangan emosi anak yang mulai mandiri.

Pilih Artikel Sesuai Kebutuhan Ibu




Temukan Topik Lainnya

Artikel Terkait