4 Aspek Perkembangan Sosial Anak Usia Dini di Masa Pandemi

Perkembangan sosial anak usia dini di masa pandemi ini memang menjadi kekhawatiran tersendiri, ya, Bu. Pandemi membuat anak tidak bisa b...

Ditulis oleh : Tim Penulis

4 min
25 Jan 2022
Aspek Perkembangan Sosial Anak Usia Dini di Masa Pandemi - Bebeclub


Perkembangan sosial anak usia dini di masa pandemi ini memang menjadi kekhawatiran tersendiri, ya, Bu. Pandemi membuat anak tidak bisa bermain sebebas sebelumnya. Padahal, bermain adalah bagian penting dalam perkembangan fisik dan sosial anak1. Oleh karena itu, butuh cara tersendiri agar perkembangan sosial si Kecil tetap optimal.

Tantangan bagi Perkembangan Sosial Anak Usia Dini di Masa Pandemi

Cukup banyak tantangan yang dihadapi anak selama pandemi Covid-19. Risiko sakit, terbatasnya ruang gerak dan interaksi sosial, juga meningkatnya tingkat stres orang tua2. Semua itu bisa memengaruhi perkembangan sosial anak usia dini.

Akibatnya, anak juga dapat mengalami stres, yang akan meningkatkan risiko gangguan pada perkembangan otak, kognisi jangka panjang, kesehatan mental dan fisik, serta kemampuan bekerja ketika ia dewasa2.

Namun, jangan khawatir, Bu, meski #dirumahsaja, masih banyak hal yang bisa kita upayakan untuk mendukung perkembangan sosial anak. Ketika anak tidak bisa bermain di luar bersama teman-temannya, Ibu dan Ayah bisa mengajaknya melakukan aktivitas lain yang tak kalah mengasyikkan.

Kegiatan-kegiatan yang Bisa Dilakukan di Rumah

Usia sekolah (6-12 tahun) adalah masa kanak-kanak pertengahan (middle childhood). Ini adalah periode peralihan dari usia prasekolah yang masih bergantung kepada orang tua, sekaligus menjadi individu muda yang berperan aktif dalam keluarga dan komunitas. Pada periode ini, terjadi penguatan pada sel-sel otak si Kecil yang berhubungan dengan kognisi, kemampuan sosial, dan bahasa3.

Nah, untuk mendukung proses tersebut, ajak si Kecil agar tetap bisa berinteraksi dengan teman sebayanya, meski tidak bertatap muka langsung.

Untuk mendukung perkembangan sosial anak usia dini, dengan bantuan teknologi, empat kegiatan berikut ini bisa Ibu lakukan di rumah bersama si Kecil.

1. Mengikuti kelas dongeng daring

Anak usia sekolah juga tetap bisa menikmati dan mendapat manfaat dari mendengarkan atau belajar mendongeng. Nah, masa pandemi ini adalah masa yang tepat untuk memperkenalkan si Kecil pada dongeng digital.

Menurut penelitian, mendongeng bisa mendukung kemampuan belajar anak. Anak didorong untuk mempersiapkan dan mengekspresikan ide dan pengetahuan mereka. Hal ini akan membantu mereka mengembangkan kemampuan berkomunikasi dan berkolaborasi, serta memperkuat kemampuan literasi mereka4

Banyak sekali kelas mendongeng daring yang bisa diikuti, misalnya kelas-kelas Ayo Dongeng Indonesia atau Rumah Dongeng Mentari. Ibu bisa mengajak si Kecil mendengarkan dongeng atau mendaftarkannya di kelas mendongeng. Asyik, kan.

2. Melakukan virtual show

Si Kecil hobi menyanyi, menari, atau memainkan peran? Yuk, ajak teman dan keluarga yang punya anak sebaya untuk membuat virtual show. Di ajang tersebut, si Kecil bebas unjuk bakat dan kebolehan. 

Bagaimana jika si Kecil cenderung pemalu dan introvert? Ibu bisa juga membuat pameran hasil karya anak secara daring. Misalnya, ia bisa menampilkan hasil gambarnya, karya origami, lego, atau hasil karya yang lain.

3. Membuat kerajinan tangan

Ibu juga bisa mengajak si Kecil dan teman-teman atau saudara untuk membuat kerajinan tangan bersama secara virtual. Misalnya, belajar membuat origami yang ternyata banyak manfaatnya. Melipat kertas menjadi aneka bentuk bisa merangsang kemampuan integrasi visual-motorik, kognisi, hingga cara berpikir matematis anak6

Saat membuat origami, tiap tahapan harus dilalui dengan tepat agar origami terbentuk sesuai harapan. Tidak heran bila origami dianggap memberikan pengalaman yang unik kepada anak, dengan memadukan matematika dan seni6. Menarik sekali, ya, Bu. 

4. Bermain secara daring

Si Kecil bosan di rumah dan ingin bermain dengan teman? Ibu bisa mengajaknya bermain board game daring yang bisa dimainkan bersama teman-teman, seperti monopoli, scrabble, dan ludo. Bisa juga cerdas cermat dan tebak gambar. Permainan seperti ini cocok untuk anak usia sekolah, karena bisa merangsang kemampuan memainkan peran, ketangkasan, dan kreativitas si Kecil5.

Ternyata banyak kegiatan yang bisa dilakukan untuk si Kecil meski di rumah saja. Ibu bisa tetap dampingi si Kecil saat beraktivitas agar pembelajaran dan percakapan antara Ibu dengan si Kecil tetap terjalin. Selain kegiatan ini, Ibu bisa tetap penuhi kebutuhan nutrisinya dengan asupan makanan harian yang bergizi dan seimbang.

Sambil bermain, Ibu juga bisa memberikan segelas susu Bebelac 5 kesukaannya. Bebelac 5 diperkaya dengan minyak ikan, omega 3 dan omega 6, serat pangan inulin, serta 13 vitamin dan 5 mineral. Dengan asupan bernutrisi yang tepat, dapat mendukung pencernaan anak lebih baik (happy tummy), sehingga ia dapat berpikir lebih kreatif (happy brain), dan suasana hatinya terus terjaga baik (happy heart) saat berkegiatan di rumah. 

 

Pilih Artikel Sesuai Kebutuhan Ibu


  1. Karen Goldschmidt. (2020). The COVID-19 Pandemic: Technology Use to Support the Wellbeing of Children. Diambil dari https://www.ncbi.nlm.nih.gov [Diakses 3 Oktober 2021]
  2. Liubiana Arantes de Araujo. (2020). The potential impact of the COVID-19 pandemic on child growth and development: a systematic review. Diambil dari https://www.ncbi.nlm.nih.gov  [Diakses 3 Oktober 2021]
  3. V Kandice Mah, E Lee Ford-Jones. (2012). Spotlight on middle childhood: Rejuvenating the ‘forgotten years’. Diambil dari https://www.ncbi.nlm.nih.gov [Diakses 3 Oktober 2021]
  4. William Ian O’Byrne. (2018). Digital Storytelling in Early Childhood: Student Illustrations Shaping Social Interactions. Diambil dari https://www.ncbi.nlm.nih.gov [Diakses 3 Oktober 2021]
  5. Bernie Endyarni Medise. Pemilihan Mainan Anak sesuai Fase Perkembangan. Diambil dari https://www.idai.or.id [Diakses 3 Oktober 2021]
  6. Dandan Wu, Jin Sun. (2020). Exploring the Relationship Between Parental Involvement, Paper Folding Skills, and Early Spatial Ability: A Mediation Model. Diambil dari https://www.ncbi.nlm.nih.gov [Diakses 3 Oktober 2021]


Temukan Topik Lainnya

Artikel Terkait