Madu untuk Bayi: Amankah untuk Dikonsumsi? Berikut Faktanya!

Sudah sejak lama madu dipercaya dapat menjadi suplemen alami yang berkhasiat sebagai antibakteri, antiinflamasi, antijamur, antivirus, m...

4 min
21 Apr 2022

2 ibu tandai artikel ini bermanfaat

Sudah sejak lama madu dipercaya dapat menjadi suplemen alami yang berkhasiat sebagai antibakteri, antiinflamasi, antijamur, antivirus, mempercepat penyembuhan luka, dan masih banyak manfaat kesehatan lainnya1. Apalagi di kondisi pandemi seperti saat ini, membuat orang tua semakin ingin memberikan asupan gizi maksimal demi meningkatkan imunitas si Kecil. Namun, apakah Ibu bisa langsung memberikan madu untuk bayi? 

Sebelum memberikannya kepada si Kecil yang masih berusia di bawah 12 bulan, simak penjelasannya terlebih dulu yuk, Bu!

Madu untuk Bayi?Big No!

Madu tidak boleh diberikan untuk anak di bawah 1 tahun karena berpotensi meningkatkan penyakit botulisme pada si Kecil. Penyakit botulisme ini terjadi akibat toksin atau zat beracun yang diproduksi oleh kuman Clostridium botulinum. Bila tertelan oleh si Kecil, kuman Clostridium botulinum yang ditemukan dalam madu bisa melemahkan sistem saraf dan otot si Kecil2.

Pada bayi, bakteri baik bagi saluran pencernaan yang hidup dalam usus belum lengkap, sehingga tidak sanggup melawan kuman yang masuk ke dalam saluran cerna. Akibatnya, kuman ini akan bertumbuh dan berkembang di dalam usus besar, lalu memproduksi racun botulinum yang menyebabkan penyakit botulisme2

Sebanyak 95% kasus infant botulism terjadi pada bayi berusia 6 minggu hingga 6 bulan2. Pada bayi, gejala awal botulisme sering ditandai dengan sembelit, lemas, kesulitan makan atau menyusu, kelelahan, cepat marah, tangisan terdengar lemah, kelopak mata mengendur, hingga kesulitan dalam bernapas4. Selain itu, bayi juga bisa mengalami sesak napas, sulit menelan, dan mulut kering1. Bahkan, penyakit ini juga dapat berakibat fatal karena melemahnya otot pernapasan2.

Pemanis Alternatif Pengganti Madu

Mengingat seriusnya akibat yang ditimbulkan dari toksin botulinum ini, maka sebaiknya tunda pemberian madu hingga anak berusia di atas 12 bulan, ya, Bu. Sebagai pemanis alami alternatif, Ibu bisa memberikan sari buah bagi bayi yang sudah berusia 6 bulan ke atas2.

Selain itu, jika memang diperlukan pemanis dalam masakan, Ibu bisa menggunakan sirup mapel yang tidak menimbulkan risiko botulism. Sirup mapel dianggap lebih aman dan mengandung zat yang penting untuk tubuh, seperti zinc, mangan, vitamin, dan mineral yang baik untuk tubuh3. Namun, ada baiknya Ibu tetap memperhatikan komposisi bahan yang tertera di label kemasannya.

Nutrisi Penambah Daya Tahan Tubuh

Madu untuk bayi memang tidak disarankan. Namun, Ibu tidak perlu khawatir, karena ternyata terpenuhinya nutrisi harian si Kecil cukup menjadi senjata untuk meningkatkan imunitasnya. Untuk memperkuat imunitas tubuh bayi berusia 6 bulan ke atas di masa pandemi ini, pemberian nutrisi harus cukup dan seimbang sehingga kebutuhan gizi anak terpenuhi5.

Nutrisi ini meliputi asupan berikut:

Asupan makronutrien dan mikronutrien

Asupan makronutrien ini meliputi karbohidrat, protein, dan lemak, sedangkan asupan mikronutrien meliputi mineral, seperti seng, zat besi, kalsium, asam folat, serta vitamin, seperti vitamin A, C, D, E, B6, B12. Sumber-sumber mikronutrien sebagian besar dapat diperoleh dari protein hewani, seperti daging ayam, hati ayam, daging sapi, ikan, salmon, sarden, telur, dan produk olahan susu5.

ASI dan MPASI

Komposisi ASI dan MPASI harus tepat agar kebutuhan nutrisi si Kecil terpenuhi dan imunitasnya semakin baik. Berikut komposisi ASI dan MPASI sesuai usia bayi yang direkomendasikan WHO dan IDAI5:

  • Usia 6-8 bulan: 70% ASI dan 30% MPASI
  • Usia 9-11 bulan: 50% ASI dan 50% MPASI
  • Usia 12-23 bulan: 30% ASI dan 30% MPASI

Nah, setelah mengetahui beberapa makanan penambah daya tahan tubuh, Ibu bisa menunda memberi madu untuk bayi. Ibu bisa mengolah beragam bahan makanan tadi sebagai menu harian untuk mencukupi kebutuhan si Kecil dengan gizi tepat dengan nutrisi yang seimbang. Selamat berkreasi ya, Bu!


Referensi

  1. Sarfraz Ahmed, Siti Amrah Sulaiman, dkk. 2018. Honey as a Potential Natural Antioxidant Medicine: An Insight into Its Molecular Mechanisms of Action. Diambil dari https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5822819/  [Diakses 10 Agustus 2021]
  2. Dr. Devina Angela. 2016. Tepatkah madu diberikan pada bayi? Diambil dari https://www.idai.or.id/artikel/klinik/pengasuhan-anak/tepatkah-madu-diberikan-pada-bayi  [Diakses 10 Agustus 2021]  
  3. Tetsushi Yamamoto, Kentaro Uemura, Kaho Moriyama, Kuniko Mitamura, dan Atsushi Taga. Inhibitory effect of maple syrup on the cell growth and invasion of human colorectal cancer cells.  Diambil dari https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4358083/ [Diakses 19 Agustus 2021]
  4. Centers of Disease Control. 2021. Infant Botulism: Information for Clinicians. Diambil dari https://www.cdc.gov/botulism/infant-botulism.html. [Diakses 19 Agustus 2021]  
  5. Maria Galuh Kamenyangan Sari, SpA., MKes. 2020. Nutrisi pada Bayi dan Batita di Era New Normal Pandemi Covid 19. Diambil dari https://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/nutrisi-pada-bayi-dan-batita-di-era-new-normal-pandemi-covid-19  [Diakses 10 Agustus 2021]


 
alt

Kenali apa itu

Kalkulator Nutrisi

Cek nutrisi si Kecil yuk! Sudah sesuaikah dengan kebutuhannya?

Artikel Terkait