Ini Cara Mudah Mengatasi Rasa Bersalah Menjadi Working Mom
Terus-terusan mengemban tanggung jawab di kantor dan di rumah rentan meningkatkan stres yang dapat memicu berbagai dampak negatif pada kesehatan fisik dalam jangka panjang.
Ditulis oleh :
Tim Penulis
Menjadi working mom adalah hal yang rewarding bagi psikologi ibu rumah tangga, tapi juga penuh dilema. Bagaimana tidak? Karena di satu sisi, Ibu memiliki kesempatan menjalani karir untuk mengaktualisasi diri namun seringkali dihinggapi perasaan bersalah karena tidak bisa hadir saat si Kecil sedang membutuhkan sosok Ibu di rumah.
Kadang, perasaan bersalah ini tanpa sadar membuat Ibu jadi suka menghakimi diri sendiri dengan berbagai cara. Padahal, Bu, jika terus berlarut-larut, rasa bersalah yang Ibu alami bisa menumpuk jadi stres berkepanjangan dan meningkatkan risiko depresi.
Maka dari itu, sebaiknya setiap ibu pekerja mengetahui apa penyebab masalah psikologi ibu rumah tangga dan cara menjaga kesehatan mental agar tidak mudah stres. Cek tipsnya di sini, yuk!
Penyebab Masalah Psikologi Ibu Rumah Tangga yang Bekerja
Ada banyak hal yang dapat berkontribusi terhadap perubahan kondisi psikologi ibu yang bekerja.
Mulai dari merasa tidak memiliki waktu bersama anak-anak sehingga takut perkembangan anak tidak sesuai dengan standar yang ada, jam kerja panjang, konflik dalam pekerjaan maupun keluarga, hingga soal tugas dan tanggung jawab domestik yang juga dibebankan kepada Ibu sepulangnya dari kantor.
Rasa lelah karena harus mencuri-curi waktu menyelesaikan pekerjaan kantor pada malam hari di rumah seringkali pun ikut mempengaruhi kondisi psikologis Ibu. Tidak sedikit juga ibu-ibu yang masih memikirkan deadline dari tugas-tugas kantor yang belum diselesaikan saat liburan bersama keluarga.
Belum lagi terdorong dengan pikiran untuk membuktikan ke diri sendiri dan rekan kerja bahwa Ibu bisa menjalankan kedua peran ini secara bersamaan dengan baik.
Namun meski Ibu mendapatkan bantuan dari orang sekitar dan memiliki support system yang baik sekalipun, kadang rasa bersalah masih tetap menghantui. Karena rasanya jika ada satu hal yang tidak beres, Ibu pasti tidak akan bisa merasa tenang.
Misalnya saja ketika si Kecil tiba-tiba sakit. Meski ada nanny yang menjaganya di rumah, hati dan pikiran Ibu tentu ikut kacau balau karena Ibu harus tetap di kantor untuk bekerja.
Ditambah dengan omongan tidak enak terhadap "performa" Ibu sebagai seorang ibu dari orang-orang sekitar, yang tentu bisa membuat perasaan bersalah Ibu semakin menjadi-jadi.
Dampak Stres pada Working Mom
Ibu mungkin tampak memiliki segalanya—karir yang berkembang, suami yang suportif, si Kecil yang bertumbuh kembang dengan hebat, dan keluarga yang bahagia.
Yuk, tarik napas dan hembuskan pelan-pelan dulu. Ingat-ingatlah lagi bahwa Ibu hanyalah manusia biasa yang tentu memiliki batasannya sendiri. Lama kelamaan, segala kekhawatiran ini benar-benar dapat berdampak buruk pada kesehatan mental Ibu dalam jangka panjang.
Menurut pakar, terus-terusan mengemban tanggung jawab ganda antara pekerjaan dan rumah rentan meningkatkan stres yang dapat memicu berbagai dampak negatif. Mulai dari insomnia, penurunan kekebalan tubuh, perubahan mood, kenaikan berat badan secara drastis, hingga bahkan risiko gangguan kesehatan mental.
Penyebabnya adalah karena stres yang berlebih akan meningkatkan produksi hormon kortisol, yang pada akhirnya dapat meningkatkan risiko tekanan darah tinggi, depresi, dan gangguan kecemasan.
Lalu, bagaimana jalan tengahnya?
Tips untuk Ibu yang Bekerja Mengatasi Rasa Bersalah
Hal paling pertama yang perlu Ibu lakukan adalah yakini diri sendiri dulu bahwa Ibu adalah Ibu Hebat yang sudah melakukan tugasnya dengan baik.
Tidak dapat disangkal memang bahwa segala kesempurnaan ini merupakan hasil dari perjuangan serta pengorbanan Ibu yang amat besar untuk dapat membagi waktu antara urusan mengasuh anak dan pekerjaan. You’re already doing great!
Untuk membantu menjaga kesehatan mental dan mencegah stres makin menumpuk, yuk ikuti tips ini:
1. Buat Alarm untuk Kegiatan Anak
Salah satu pemicu rasa bersalah dan stres pada ibu yang bekerja adalah merasa kurang optimal menghabiskan waktu bersama anak akibat sibuk bekerja.
Nah, Ibu bisa menyiasatinya dengan membuat alarm pengingat di kalender digital Ibu tentang kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan urusan kantor dan anak.
Buatlah jadwal berisi apa saja yang harus Ibu lakukan dengan si Kecil hari ini. Misalnya, kapan anak harus ikut pentas di sekolah, kapan hari libur sekolah anak, kapan si Kecil harus check up bulanan ke dokter.
Tapi, jangan lupa juga sertakan jadwal urusan kantor, misalnya kapan harus meeting online, sehingga dari awal Ibu sudah bisa tahu agenda apa-apa saja yang harus dilakukan per bulan atau per minggu untuk menghindari bentrok.
Cara ini bisa meminimalisir risiko melewatkan momen-momen penting bersama anak karena “lupa waktu” bekerja.
2. Terapkan Batasan
Menghakimi diri sendiri hanya akan membuat Ibu terus terjebak dalam rasa bersalah, yang pada akhirnya membuat Ibu malah merasa gagal sebagai orang tua.
Ibarat prosedur keselamatan di dalam pesawat, para penumpang pasti akan diingatkan supaya lebih dulu pakai masker oksigen untuk diri sendiri sebelum memakaikannya pada si Kecil.
Pesan yang terkandung dari anjuran ini adalah, “Kita tidak bisa bermanfaat bagi orang lain, sebelum dapat menolong diri sendiri.” Sebuah prinsip yang kadang terlupakan selama Ibu menjalankan peran sebagai orang tua.
Nah, dalam skenario ini masker oksigen yang akan menjadi penyelamat Ibu adalah boundary alias batasan yang jelas dan sehat antara urusan keluarga dan pekerjaan.
3. Jangan Biasakan Lembur
Tidak sedikit working moms yang memilih lembur sampai malam atau bahkan di akhir pekan untuk “menabung” akumulasi jam kerja agar bisa punya waktu yang lebih banyak untuk keluarga di waktu luangnya.
Sebagai ganti karena sibuk bekerja, kebanyakan ibu umumnya juga akan menuruti semua kemauan anak untuk “melunasi” rasa bersalah karena meninggalkan si Kecil bekerja.
Perilaku semacam ini sebaiknya dihindari karena tidak baik untuk kesehatan diri sendiri juga perkembangan psikologis anak. Si Kecil bisa jadi manja dan merasa bahwa semua keinginannya haruslah terpenuhi.
Jadi, Ibu sebagai orang tua juga harus berani mengatakan tidak, terlebih untuk hal-hal yang dapat berdampak buruk untuk pertumbuhan dan perkembangan anak. Baik itu yang datang dari sisi pekerjaan di kantor seperti “keharusan” kerja lembur” di akhir pekan, atau yang datang dari dalam rumah.
Kalau sudah terlalu sering lembur, ini mungkin artinya beban kerja Ibu sudah terlalu banyak atau ada yang keliru dari manajemen waktu kerja Ibu. Ada baiknya Ibu jadwalkan waktu 1-on-1 dengan atasan mengenai beban kerja Ibu di kantor, ya.
4. Buat Jadwal untuk Diri Sendiri
Membuat jadwal untuk diri sendiri adalah nasihat paling penting untuk tetap sehat secara emosional saat “dua kaki” ibu berseberangan di kantor dan di rumah. Dengan membuat jadwal akan memungkinkan Ibu untuk merencanakan apa saja yang mau dilakukan di hari itu, termasuk waktunya me-time.
Sebab, sesibuk apa pun Ibu, istirahat adalah salah satu fondasi terpenting untuk menjaga kewarasan mental. Dengan mengizinkan tubuh dan pikiran beristirahat, Ibu bisa mengisi ulang tenaga untuk terus menjalani dua peran mulia ini dengan optimal.
Membuat jadwal juga penting untuk mengatur jam kerja dalam proporsi yang pas supaya Ibu bisa bekerja secara efektif dan efisien. Dengan begitu, Ibu luangkan waktu khusus dengan keluarga tanpa terpikirkan oleh “utang” pekerjaan.
Jika mematuhinya, Ibu secara bertahap akan mengembangkan kemampuan untuk melakukan banyak tugas secara efisien dan dapat melakukan pekerjaan rumah maupun tugas yang penting untuk kesejahteraan diri sendiri dan keluarga di rumah.
5. Hindari negative self-talk
Para ahli pun setuju bahwa kunci sebenarnya dari kebahagiaan anak adalah orang tua, terutama Ibu, yang emotionally available.
Jadi agar tidak dihantui rasa bersalah, rasa bahagia Ibu sebaiknya terpenuhi terlebih dahulu, atau setidaknya memiliki suasana hati yang baik dulu. Sebab, kekuatan mental dan kebahagiaan Ibu adalah sumber kekuatan untuk anak.
Sebuah kesalahan terkadang Ibu anggap sebagai cerminan ketidakmampuan Mama dalam melakukan hal yang penting untuk keluarga. Seperti saat Mama harus lembur di akhir pekan dan melewatkan pentas seni si Kecil di preschool-nya.
Daripada terus menghakimi diri sendiri, lebih baik pikirkan apakah kejadian ini akan diingatnya sampai besar. Nobody’s perfect, Bu! Satu kesalahan kecil tidak lantas akan merusak kehebatan Ibu yang telah melahirkan dan membesarkan si Kecil. Yang terpenting selalu berpikir positif dan belajar memperbaiki kesalahan untuk mencegah kejadian yang sama terulang kembali di masa depan.
Jika si Kecil sudah agak besar, berikan pemahaman soal kondisi Mama, dan sebagai gantinya, tawarkan reward kepada anak. Misalnya, pergi ke Seaworld di hari ulang tahunnya.
6. Korbankan Kebiasaan yang Kurang Produktif
Membagi waktu antara pekerjaan dan keluarga memang butuh pengorbanan. Salah satunya adalah mengobarkan waktu yang kurang produktif agar Ibu bisa punya waktu yang lebih banyak untuk anak dan keluarga.
Tapi, waktu yang kurang produktif ini bukan termasuk jadwal me time, ya, Bu, karena waktu me time tetap penting diadakan untuk menghilangkan penat.
Kebiasaan yang kurang produktif misalnya jadwal menonton TV yang bisa diganti dengan bermain bersama si Kecil.
Semoga artikel ini membantu Ibu membagi waktu antara pekerjaan dan urusan rumah, ya. Jadi, karir tetap cemerlang, rumah terurus dengan baik, quality time dengan anak terjaga, tapi tetap tidak lupa untuk menjaga kesehatan mental diri sendiri.
jangan lupa gabung di Bebeclub sekarang untuk awali semua kehebatan dan dapatkan kesempatan menangkan beragam hadiah eksklusif sesuai kebutuhan Ibu. Ada perlengkapan dapur, voucher e-commerce, sampai saldo e-wallet menanti Ibu!