Mom Shaming: Penyebab, Dampak, dan Tips Menghadapinya
”Lho… ibunya masih kerja kantoran? Anaknya nanti sama siapa? Kasihan banget nanti nggak keurus!” atau ”Anaknya udah umur 18 bulan ya, Bu...
Ditulis oleh :
Tim Penulis
”Lho… ibunya masih kerja kantoran? Anaknya nanti sama siapa? Kasihan banget nanti nggak keurus!” atau ”Anaknya udah umur 18 bulan ya, Bu? Kok masih belum bisa jalan?” Sering mendengar komentar-komentar ini dari orang sekitar?
Nah, tahukah Ibu kalau fenomena membanding-bandingkan milestone anak dalam bahasa populernya disebut dengan mom shaming?
Mendengar ibu-ibu lain membanding-bandingkan anak pasti bikin jengkel dan gerah, ya, Bu. Lalu, apa yang bisa Ibu lakukan untuk menghadapi komentar miring dari orang-orang sekitar? Yuk, awali semua kehebatan Ibu dengan beberapa tips di bawah ini!
Dampak Mom Shaming Bagi Ibu
Banyak orang yang menganggap membanding-bandingkan anak adalah hal yang lumrah. Sebab, kebiasaan ini memang berasal dari insting dasar kita sebagai manusia.
Membandingkan adalah naluri setiap Ibu untuk bisa membedakan mana yang baik dan buruk atau mana yang boleh dan tidak untuk bisa menentukan pilihan. Karena ini adalah naluri, kadang reflek membandingkan terjadi begitu saja tanpa pernah kita sadari. Akan tetapi, mom shaming tentu tidak boleh diwajarkan.
Melontarkan kritik atau membanding-bandingkan anak baik secara sengaja maupun tidak dapat mempermalukan, merendahkan, menghina, atau bahkan menyakiti perasaan yang berdampak pada kesehatan mental Ibu dalam jangka panjang.
Berikut penjelasan beberapa dampak mom shaming bagi ibu dan anak:
1. Ibu Jadi Tidak Percaya Diri
Jika dilakukan terus menerus, dampak membanding-bandingkan anak bisa menyakiti hati Ibu yang mendengarnya, bahkan membuat kesehatan mental terganggu.
Bukan tidak mungkin Ibu bisa mengalami stres, cemas berlebihan, dan tidak percaya diri karena merasa apa pun yang dilakukan Ibu tidak benar.
2. Menciptakan Rasa Bersalah
Ibu yang mengalami mom shaming akan kehilangan fokus dan malah melakukan banyak kesalahan. Ibu juga mungkin bisa terus-terusan menyalahkan diri sendiri, yang dapat berpengaruh ke cara pengasuhan dan tumbuh kembang si Kecil.
3. Memicu Stres
Bagi ibu yang baru saja melahirkan, tindakan mom shaming juga bisa menyebabkan baby blues dan postpartum depression (depresi pascamelahirkan).
Ibu-ibu yang cemas atau stres akibat mendapat perlakuan mom shaming ini dapat mempengaruhi kemampuannya dalam mengasuh anak. Pasalnya, anak-anak bisa merasakan kalau ibunya sedang sedih, maka anaknya jadi ikutan rewel.
4. Anak Sulit Berkembang
Selain itu, dampak membanding-bandingkan anak pun bisa berbekas pada kondisi mental si Kecil. Anak yang terus dibandingkan dengan anak sepantar lainnya bisa merasa tertekan jika ingin melakukan sesuatu.
Sebab, orangtuanya bisa jadi tak pernah merasa cukup dengan setiap hal yang diperbuatnya karena juga tertekan oleh ekspektasi terlalu tinggi dari orang-orang sekitar. Hal ini justru membuat anak semakin sulit menunjukkan kehebatan dirinya.
Cara Menghadapi Orang yang Suka Bandingkan Anak
Jika Mama menjadi korban mom shaming, ada berbagai tips yang bisa dilakukan untuk menghadapinya. Berikut daftarnya.
1. Undur Diri dari Pembicaraan
Masukan dan saran dari orang lain memang baik untuk diperhatikan, tapi bukan berarti semuanya harus ditelan begitu saja, kok, Bu. Karena, kondisi setiap ibu dan anak pasti berbeda-beda.
Komentar orang lain belum tentu sesuai dengan pola parenting yang Ibu terapkan untuk si Kecil dan situasi yang Ibu hadapi saat ini. Sebagai ibu yang hebat, Ibu bisa memilah-milih mana saran yang bagus dan sesuai dengan kondisi kita sendiri.
Jadi, jangan terlalu dipikirkan jika Ibu mendapat komentar “pedas”. Lebih baik biarkan saja, tidak perlu direspon. Ibu bisa undur diri dengan elegan untuk melakukan kesibukan lain.
Misalnya saat sedang mengobrol di ruang tamu, Ibu bisa berkata, “Terima kasih atas concernnya, ya Bu. By the way, saya izin tinggal sebentar ke dapur ya, saya mau ambilkan minum si Kecil dan anak Ibu.”
Jika ini terjadi di media sosial, jangan balas dan hapus saja komentarnya.
2. Alihkan Pembicaraan
Jika Ibu merasa tidak enak mengabaikan masukan orang tersebut, beri respon yang netral dengan mengucapkan terima kasih atas saran dan perhatian yang diberikan. Cara ini mungkin bisa menenangkan Ibu.
Tidak apa-apa juga, kok, untuk bicara apa adanya sesuai kemampuan si Kecil. Jika si Kecil memang belum mencapai milestone tertentu, mungkin memang belum waktunya. Misalnya dengan mengucapkan, “Thank you sarannya, Bu. Iya memang, nih, si Kecil belum begitu lancar bicaranya, Tante, soalnya masih suka malu-malu.”
Kemudian, alihkan pembicaraan dengan menunjukkan apresiasi terhadap kemampuan yang dimiliki si Kecil. Misalnya, dengan, “Tapi, sekarang si Kecil sudah pintar main bermain puzzle lho! Anak Ibu saya lihat-lihat juga suka main puzzle, ya? Saya baru beli puzzle baru, nih, mau coba main bareng-bareng nggak?”
3. Dukung dengan Informasi Kredibel
Ketika mendapat komentar yang kurang enak didengar, beri tahu bahwa setiap anak itu unik dan fase tumbuh kembangnya memang bisa berbeda-beda.
Akan lebih baik lagi jika Ibu bisa berkonsultasi atau bertanya langsung pada dokter atau ahli tumbuh kembang anak untuk menenangkan hati.
Jadi di lain kali Ibu mendapat komentar miring lagi, Ibu dapat meresponnya dengan fakta-fakta atau bukti bahwa tumbuh kembang si Kecil semakin maju dari ahli yang kredibilitasnya tidak diragukan.
4. Yakinlah Ibu yang Paling Mengenal Si Kecil
Percaya diri tentang apa yang Ibu yakini merupakan hal terbaik untuk Ibu dan anak, bukan apa yang orang lain yakini dan katakan soal apa yang seharusnya Ibu lakukan.
Daripada memikirkan komentar miring yang bikin insecure, lebih baik fokus pada tumbuh kembang si Kecil dan tujuan pola asuh yang Ibu tetapkan. Alih-alih mendengarkan komentar orang, lebih baik segera move on dan perhatikan hal yang lebih penting.
Tidak hanya untuk diri sendiri, Ibu juga bisa mengajak ibu-ibu lainnya agar memiliki empati yang besar terhadap seorang ibu terkait dengan pilihan melahirkan, masalah menyusui, hingga cara pola asuh.
sebagai orangtua, penting bagi kita untuk punya pemahaman serta empati terhadap apa yang dirasakan ibu lainnya dalam mengurus keluarga dan anak.
Apabila dampak mom shaming sangat mempengaruhi kondisi mental Ibu, jangan sungkan untuk berkonsultasi dengan psikolog agar mendapatkan bantuan dan penanganan yang tepat. Semoga artikel ini bermanfaat untuk bantu Ibu menyikapi komentar-komentar miring dengan lebih bijak, ya.
Jangan lupa juga daftarkan diri Ibu di Bebeclub sekarang juga! Dengan jadi member, Ibu berkesempatan dapat beragam promo menarik sampai hadiah eksklusif untuk dukung awal semua kehebatan Ibu. Selain itu, Ibu juga bisa mendapatkan beragam artikel parenting yang inspiratif dan edukatif yang telah divalidasi para expert untuk dukung si Kecil tumbuh hebat.