Kenali Kesehatan Pencernaan Bayi dari Pola dan Frekuensi BAB

Sebagian orang tua baru mungkin bingung tentang tolak ukur kesehatan pencernaan bayi, seperti seberapa sering bayi harus buang air besar...

Ditulis oleh : Tim Penulis

Ditinjau oleh : Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK

4 min
12 Apr 2024
Profile Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK


Sebagian orang tua baru mungkin bingung tentang tolak ukur kesehatan pencernaan bayi, seperti seberapa sering bayi harus buang air besar, seperti apa bentuknya, dan masih banyak lagi. Saat terjadi perubahan frekuensi buang air besar (BAB) bayi, orang tua kerap menganggapnya sebagai masalah pencernaan pada bayi.

Oleh karena itu, orang tua membutuhkan panduan yang menjelaskan keadaan yang normal dan apa yang tidak normal melalui pola BAB bayi. Setiap jenis makanan yang dikonsumsi bayi juga memengaruhi BAB bayi, baik itu ASI, susu formula, dan MPASI.

Dengan mengetahui panduan tentang kondisi normal kesehatan bayi, maka diharapkan orang tua tidak khawatir dan tahu metode tepat penanganan saat masalah pencernaan pada bayi terjadi.

Berikut ini beberapa faktor yang menunjukkan kondisi kesehatan bayi melalui proses BAB:

Frekuensi dan Pola BAB Bayi

Ada bermacam-macam perilaku buang kotoran yang normal di antara bayi, yakni seusai makan atau satu atau dua minggu sekali. Kedua hal ini adalah hal yang normal selama kotoran yang keluar berbentuk lembut.

Hal yang perlu dikhawatirkan saat kotoran bayi sulit keluar dan cenderung kering. Artinya, bayi mengalami sembelit dan orang tua wajib untuk menanganinya. Bayi baru lahir yang disusui kerap kali melakukan buang air besar setiap kali menyusui, frekuensinya bisa mencapai 6 hingga 10 kali sehari. Namun jangan khawatir, setelah tiga sampai enam minggu atau lebih, bayi dapat memperlambat dan mulai buang air besar lebih jarang. Selain itu, hal yang harus dikhawatirkan adalah saat bayi melakukan BAB namun ia merasa tidak nyaman.

Baca Juga: 13 Jenis Pup Bayi: Ini Tekstur dan Warnanya

Jenis Kotoran pada Bayi Baru Lahir

1. Mekonium

Mekonium ini adalah feses pertama yang dikeluarkan oleh bayi. Orangtua tidak perlu panik saat melihat kotoran bayi yang berwarna hitam kehijauan, lengket pada kali pertama kali ia BAB. Kotoran jenis ini masih berisi ketuban, lendir, sel kulit, dan beberapa benda lain yang tertelan selama di dalam rahim.

2. Transisi

BAB ini terjadi saat bayi berusia 2 hingga 4 hari, kotorannya menjadi lebih berwarna kehijauan dan kurang lengket. Tinja transisi ini adalah tanda bayi mulai mencerna ASI atau susu formula dan menandakan ususnya dalam kondisi baik.

3. Kotoran ASI yang sehat

Apabila bayi diberi ASI eksklusif maka kotorannya berwarna kuning atau sedikit hijau dan lembek. Sementara bayi yang diberi susu formula, kotorannya berwarna mustard dan mungkin dihiasi dengan sedikit bintik seperti biji. Pada tahap ini, kotoran bayi tidak memiliki aroma yang buruk.

Jenis Kotoran yang Berbahaya

1. Diare

Saat diare, kotoran bayi berbentuk encer dan terdiri dari air yang lebih banyak. Kotorannya sisa berwarna kuning, hijau, atau coklat. Diare bisa menjadi tanda infeksi atau alergi, dan jika berlangsung beberapa saat tanpa diobati dan frekuensi BAB bayi meningkat, ini bisa menyebabkan dehidrasi. Hubungi dokter jika bayi berusia 3 bulan atau lebih muda, dan mengalami diare selama satu atau dua hari.

2. Kotoran Bayi dengan Lendir

Pada beberapa kasus lendir bisa muncul bersamaan dengan kotoran bayi. Lendir bisa jadi adalah air liur yang tidak ikut tercerna, tetapi jika keluar dengan gejala lain, segera konsultasikan dengan dokter.

3. Kotoran dengan Darah

Darah merah cerah bisa muncul dalam kotoran bayi karena beberapa alasan berbeda. Beberapa hal yang dapat menyebabkan hal ini antara lain sembelit, diare, infeksi bakteri, atau pendarahan pada usus. Segera konsultasikan ke dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.

Tinja dapat menjadi tolak ukur dalam mendeteksi masalah pencernaan pada bayi. Tetapi orang tua wajib mempertimbangkan faktor lain seperti frekuensi BAB bayi dan gejala lain yang terjadi saat bayi buang air. Apabila dirasa ada gejala yang tidak biasa, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter anak.

Baca Juga: Buah Naga Bisa Bantu Melancarkan BAB



 
alt

Kenali apa itu

Kalkulator Nutrisi

Cek nutrisi si Kecil yuk! Sudah sesuaikah dengan kebutuhannya?

Artikel Terkait